"Gak jelas banget" gerutu Kinar begitu ia duduk di bangkunya, "Kenan kenapa sih? Gitu aja sensi, Janu kan emang biang kerok. Gue juga gak bela siapa-siapa kok, dia aja yang ngerasa gue belain Arka, kalau cemburu bilang dong! Heran gue! Kesel!".
"Jangan kesel gitu dong sama pangeran gue" celetuk Agnes membalas Kinar yang menggerutu di sampingnya.
"Geli gue dengernya, Nes" balas Kinar bergidik geli, "Kenan cuek gitu, kesel gue kadang-kadang sama dia".
"Kenan ganteng kok, baik, cuek sih tapi omongnya tuh halus banget" Agnes menutup wajahnya malu saat membicarakan tentang orang yang dia suka itu, "Tapi dia.." Agnes melirik Kinar sejenak.
"Kenapa dia?" tanya Kinar.
Agnes menggeleng, "Enggak, gak apa-apa".
"Lo juga" sewot Kinar, "Sama-sama gak jelas!".
Agnes memainkan jari-jari di atas meja sambil melirik Kinar yang bersandar di bangkunya sendiri sedang mengatur nafas menenangkan diri.
"Kin" panggil Agnes membuat Kinar melirik ke arahnya sambil mengangkat salah satu alisnya seolah bertanya.
"Kalau suatu saat nanti gue bikin lo kecewa, gue minta maaf ya" ucap Agnes.
Kinar memutar bola matanya malas, "Gak usah bilang gitu, gue gak suka" balasnya karena Agnes membuatnya teringat tentang kata-kata terakhir sang Ayah.
"Ya gue mau minta maaf aja" sahut Agnes, "Jangan benci sama gue juga, temen gue cuma lo sama Mawar" lanjutnya sambil memeluk lengan Kinar, "Kalau kalian pergi, gue sama siapa?".
"Lagian kenapa juga gue mau ninggalin lo?" sahut Kinar bertanya, "Emang sih lo itu orangnya berisik, tapi ya gak yang ngeselin banget sampai gue atau Mawar pengen jauh dari lo".
Agnes hanya diam, ia semakin erat memeluk lengan Kinar membuat si empu sedikit meronta.
"Gerah, Nes!" Kinar berusaha melepas lengannya dari pelukan Agnes.
"Maafin gue dulu" Agnes menggeleng kecil tidak mau melepaskan lengan Kinar.
"Iya!" balas gadis itu dan akhirnya dapat melepaskan lengannya dari pelukan Agnes.
Jam pelajaran kembali di mulai sesaat setelah bel tanda berakhirnya waktu istirahat berbunyi.
Kinar ingin sekali mengirim pesan pada Arka untuk menanyakan keadaan pemuda itu, ia cukup khawatir karena melihat cukup banyak luka di tubuh Arka akibat pukulan bertubi dari Janu.
Ia menoleh pada Agnes yang tiba-tiba bangkit dari bangkunya, "Mau kem—".
"Toilet" potong Agnes membawa.
Kinar mengangguk saja, ia melihat Agnes yang meminta ijin pada guru dalam kelas lalu berjalan keluar.
Saat akan kembali mencatat materi, Kinar merasa getaran kecil pada mejanya. Ia pikir ada seseorang yang menelfon di ponselnya, tapi saat Kinar lihat tidak ada panggilan maupun pesan dari siapapun.
Ia melihat ke dalam laci meja Agnes dan dari situlah sumber getaran singkat itu.
Kinar mengambil ponsel Agnes itu berniat menutup panggilan atau mengangkatnya jika dari seseorang yang penting dan dia kenal.
Namun, alangkah terkejutnya Kinar begitu melihat nama kontak seseorang yang tertera di layar ponsel tersebut.
Arka is calling...
Segera Kinar beranjak dari tempat duduknya, "Bu, saya mau ke toilet".
"Gak boleh!" sahut Bu Rini sambil menutup bukunya menyelesaikan materi yang ia tulis di papan tulis, "Temen kamu yang tadi belum kembali kok kamu mau keluar".
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kinar
Genç KurguSepeninggal Ayahnya, Kinar merasa tidak ada lagi seseorang yang bisa dia percaya. Sampai dia sadar, masih ada Kenan yang setia bersamanya. Start, 25 April 2024