Antariksa berangkat ke sekolah bersama Genandra dengan diantar pak sopir. Kaca mobil sengaja Antariksa turunkan setengah, membiarkan semilir angin masuk ke dalam, aroma khas embun pagi ditambah jalanan yang basah akibat hujan kemarin malam. Rasanya menenangkan dan menyegarkan pikiran.
Sampai, tak lama kemudian tidak terasa mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah SMA Darmawangsa. Dua remaja tampan itu turun dari dalam mobil, hari ini Genandra memakai jaket jeans karena cuaca cukup dingin.
"Ngapain pake jaket Bang?" tanya Antariksa mengalungkan tas ranselnya di pundak kanan.
"Dingin Sa, tadi waktu mandi aja bibir gue gemeter sangking adem nya," balas Genandra, dan berjalan berdampingan bersama anak itu memasuki pintu gerbang.
"Owalah, kirain lo lagi sakit," responnya cuman dibalas senyuman kecil oleh Genandra. Kedua tangan laki-laki itu ia masukkan ke dalam kantong jaket jeans, dimana salah satunya terdapat sebilah pisau lipat.
"Hm, kayaknya," ujar Genandra kembali menoleh ke arah depan, memasang muka datar disertai senyuman smirk tipis yang hampir Antariksa tidak sadari.
Lama mereka berjalan, hingga sampailah keduanya di persimpangan koridor dekat mading sekolah. "Gue pergi toilet dulu, lo langsung ke kelas aja," ujar Genandra kepada Antariksa.
"Oke, jangan kelamaan bentar lagi bel masuk soalnya," balas Antariksa lalu melihat kepala anak itu mengangguk.
"Ya," respon singkat Genandra dan berbalik badan, melangkah terlebih dahulu meninggalkan Antariksa menuju ke toilet siswa. Sedangkan dirinya berbalik badan, menuju ke kelas dua belas MIPA 1.
Zavian, dia baru saja kembali dari parkiran untuk mengambil kunci motornya yang tertinggal. Ia tak menyangka kalau waktu mempertemukan dia dengan laki-laki yang memiliki wajah kembar, sama seperti sahabatnya itu.
"Zav, apa kabar?" sapa Antariksa kepada remaja dengan lengan baju tergulung sampai siku, membuat bola mata hazel itu pun menoleh ke sumber suara. Zavian menghentikan langkahnya di hadapan Antariksa.
"Baik, lo?" balas Zavian, Antariksa masih berani jika berhadapan ataupun sekedar mengobrol santai dengan Zavian. Anak itu tetap baik meskipun semua geng LEOPARD membenci dirinya karena mengira sebab Antariksa lah Antarez tiada, apalagi dengan Garuda. Antariksa sama sekali tidak berani.
"Gue baik, oh ya entar ada rapat OSIS kan? Kenzie bilang mau bahas soal event bulan depan," ujar Antariksa mengingat Zavian juga bergabung dalam organisasi OSIS SMA Darmawangsa.
"Iya, tapi gue izin telat dikit ya, pulang sekolah nanti kelas gue ada toefl soalnya," balas Genandra, lalu tatapannya sedikit bergeser ke pipi Antariksa. "Nggak ada luka lebam, cepet juga hilangnya, kalau sampai parah bisa mati gue sama Antarez," batin Zavian geleng-geleng kepala, kejadian kemarin memang diluar prediksi.
"Oh gitu yaudah gue ke kelas dulu Zav," pamit Antariksa dan kembali melanjutkan langkahnya, melewati raga Zavian menuju ke kelasnya.
"Yoi," jawab Zavian lalu menoleh ke belakang, menatap tubuh Antariksa yang berjalan menjauh. Ia mengambil handphone dari saku celananya, berniat untuk menelpon seseorang.
"Rez, Antariksa ada di sekolah sekarang, aman," ujar Zavian dalam panggilan telepon, ia wajib melaporkan kondisi Antariksa kepada anak itu. Karena ini adalah tugas yang Antarez berikan kepadanya.
"Ya, awasi dia terus," balas Antarez, sebelum akhirnya Zavian mengakhiri panggilan tersebut.
********
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Teen Fiction[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...