Karma (TinnGun)

181 21 5
                                    

"Kita nggak sejalan lagi kayaknya, Gun, nggak bisa kita lanjutin ini,"

Cincin perak yang berdesain sama dengan Gun itu diletakkan dengan kasar oleh wanita di depannya dengan marah. Namun tak ada raut penyesalan yang tercipta dari wajah pria berusia hampir tiga puluh tahun itu, hal ini semakin membuat tunangannya murka.

"Kamu terlalu anggep remeh perempuan yang hamil, semoga kamu ngerasain hamil beneran," Kutuknya, lalu pergi begitu saja, meninggalkan raut sombong dari Gun, "Mana ada cowok hamil?"

Hubungan lima tahun yang hampir ada di tahap pernikahan itu hancur begitu saja, begitu Joy mengetahui Gun terlalu menganggap remeh wanita hamil. Hal ini terungkap setelah keduanya menjenguk sahabat Joy yang harus istirahat total di rumah sakit selama masa kehamilannya, Gun tidak memiliki rasa kasihan sama sekali. Joy tahu tunangannya ini sombong, namun kali ini Gun sudah keterlaluan.

Akhirnya dengan santai, Gun pulang ke rumah mengendarai motor Ninja kesayangannya itu.

Sebelum sebuah kesialan terjadi.

Motor Gun mengalami rem blong hingga motor yang melaju dengan kecepatan tinggi itu masuk ke jurang demi menyelamatkan banyak nyawa, namun nyawa Gun sendiri yang mungkin telah meregang karena menghindari sebuah gerobak es krim yang tengah menyebrang.

Seketika kerumunan terbentuk, banyak orang penasaran dan ingin tahu, bagaimana nasib si pengendara yang telah terjun ke bawah jembatan setinggi lima puluh meter itu. Ada kemungkinan ia tak selamat, namun jika sungai di bawah mereka itu dalam, mungkin Gun akan selamat.

***

"Air... tolong,"

Bibir serta tenggorokannya terasa kering, kepalanya juga pusing bukan main. Ia merasa dunia berputar bahkan ketika ia telentang di atas kasur.

Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang mengusap surainya lembut, "Gun?! Haus ya, sayang? Sebentar ya aku panggilin suster dulu,"

Kesadarannya masih diatas awang, namun Gun yakin, sosok yang menyapanya tadi adalah pria tegap dengan postur bagus, suara berat yang penuh nada khawatir, dan secara keseluruhan, dia mungkin tampan.

Oh tidak! Apakah Gun sudah mati? Apa ia di surga sekarang?

Tiba-tiba Gun membuka matanya dengan jelas, mengangkat tangannya yang tersemat jarum infus, dan ruangan putih yang ia kenali sebagai ruang perawatan di satu rumah sakit. Seketika Gun menghela nafas lega, Tuhan masih berbaik hati menyelamatkan hamba-Nya yang sombong ini.

Tetapi, kelegaan Gun tiba-tiba berhenti sampai ia menyentuh perutnya, "Apa ini? Kenapa perut gue buncit? Apa gue kena diabetes, ya?" Gumam Gun, "Perasaan perut gue Six-packs, kenapa ini?!" Pria itu mulai panik, mencoba bangkit dengan kondisi kepala yang masih berdenyut nyeri.

Hal itu bertepatan dengan lelaki tampan tadi yang datang dengan seorang perawat. Melihat Gun yang berusaha bangun, lelaki itu berlari kearahnya, berusaha menangkap pergerakan Gun yang dianggap tidak perlu, "Gun sayang, jangan duduk dulu, kamu harus rebahan, ya? Biar suster periksa kamu sama anak kita dulu,"

Gun seketika mengerutkan keningnya, "Anak? Anak siapa?" Pria itu mencari keberadaan pasien lain di ruangan ini, namun nihil, hanya ada dirinya yang sakit di sini.

Lelaki itu tersenyum simpul, menyentuh perut Gun yang membuncit, "Ini sayang, anak kita, kamu lagi hamil kok masih ikutan senam aerobik, kecapean kan jadinya, untung tadi kak Por sama Sound bisa nangkep kamu waktu pingsan,"

"HAH?!"

"Gun, jangan teriak-teriak, ah! Ini rumah sakit,"

Gun membeku, ia tak bisa menerima hal ini. Dirinya hamil? Kan dia pria, apa yang terjadi?

"Lo siapa?!" Tanya Gun ngeri, "Sejak kapan gue hamil?! Gue cowok! Gue ga bisa hamil, bangsat!"

Ada yang tidak beres di sini, lelaki itu lantas meminta perawat agar memberikannya ruang berdua saja dengan Gun.

Setelah perawat itu pergi, barulah lelaki itu duduk di depan Gun, membelai surai Gun dengan lembut, meski Gun nampak ketakutan, "Gun sayang, kita udah nikah, aku Tinn alphamu, kamu omegaku, kamu lagi hamil, bercandanya jangan jangan gitu deh! Aku takut!"

Tunggu! Alpha? Omega? Apakah ini dunia yang sering Joy bicarakan padanya?

"Lo jangan gila! Gue bukan omega! Gue cowok, nggak bisa hamil!" Sangkal Gun masih belum percaya.

Tinn menghela nafas, meraih tangan Gun membelai perutnya sendiri, lalu Tinn tersenyum, "Kamu bisa rasain? Dia bagian dari diri kamu loh?"

Ini gila, tapi Gun merasakannya, ada semacam ikatan batin yang terasa sangat kuat, seketika perasaan tenang tercipta ketika Gun menyentuh perut buncitnya sendiri. Lelaki itu juga tersenyum tenang, ketika mencium aroma jeruk segar menyapa indra penciumannya.

Tapi tunggu! Gun tidak pernah menyukai aroma jeruk sebelumnya, tapi kenapa ia tidak mual kali ini? Justru Gun ingin menghirupnya lagi dan lagi.

"Eum... mas... Tim? Ting? Tin? Siapa yang ngasih pengharum ruangan pake aroma jeruk, ya?" Tanya Gun tiba-tiba, membuat Tinn mengerutkan keningnya, "Gun sayang? Jeruk itu feromon aku," Jelas Tinn dengan heran, "Kamu udah nggak suka sama feromon aku? Kenapa sayang?"

Feromon? Gun sedikit banyak tahu tentang feromon ini, tapi yang ia tahu, manusia tak ada yang bisa merasakannya, tidak seperti kucing yang tengah menarik perhatian lawan jenisnya.

Melihat Tinn menunduk bersedih itu pun membuat Gun ikut merasakan sedih. Kenapa ia menjadi sensitif sekali? Entahlah, semenjak ia tersadar di dunia aneh ini, tiba-tiba hidung dan perasaannya menjadi sensitif.

"Oke, mas Tim? Tin? Aku minta maaf, mungkin emang aku masih sakit kali, ya- aduh!"

Gun mengerang, tiba-tiba perutnya mengencang, kemudian tubuhnya pun juga terasa sakit dimana-mana, "Tolong, ini sakit banget!" Rengek Gun, "Kayak ada yang mau keluar dari badan gue! Tolong!"

Tinn sebagai satu-satunya orang yang berada di dalam satu ruangan dengan Gun itu ikut panik ketika lelaki itu terus mengerang kesakitan memegangi perutnya.

"Astaga! Kamu mau melahirkan?! Bentar aku panggil suster!"

Gun tak menghiraukan Tinn yang beranjak keluar mencari pertolongan, rasa sakit luar biasa menjadi fokusnya sekarang. Apa ini penderitaan orang hamil? Rasanya seperti seluruh tulangmu dipatahkan secara bersamaan, kalau begini Gun sangat menyesali sikap acuhnya pada ibu hamil, apalagi sahabat Joy yang ia katakan lemah saat itu.

Karmanya datang dengan cepat.




















Selesai! Vee tiba-tiba kepikiran ini aja sih, hehe Vee lagi belajar buat cerpen sesuai aturan yang bener, buat latihan lomba, mungkin Vee bakalan sering up di sini buat latihan, tapi belum tau juga sih, hehe

Gado-gado (GeminiFourth Oneshoots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang