11

3 0 0
                                    

PERHATIAN !!!

Semua karakter dalam cerita ini tidak ada kaitannya dengan artis/idol di kehidupan nyata. Cerita ini juga mengandung unsur dewasa usia 18 TAHUN KEATAS harap BIJAK dalam membaca

***********************

Beberapa hari berikutnya...

Joon sedang duduk di meja kerjanya, ia sudah menghabiskan waktu tiga jam di sana untuk melakukan penilaian, membuat materi dan memantau progress pendaftaran studi lanjutannya. Joon bersandar lalu meregangkan otot tubuhnya, tangannya bergerak ke atas dan punggungnya melengkung ke depan hingga terdengar bunyi dari tulang di tubuhnya. Atensi Joon teralih pada sebuah headphone yang berada di atas meja kerjanya.

Ia baru ingat bahwa saat terakhir kali Zevlyn ke apartemennya, wanita itu melupakan headphonenya karena terburu-buru pulang saat mereka selesai makan malam.

Joon meraih ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Zevlyn, meminta wanita itu mengambil headphonenya sendiri mengingat ini adalah akhir pekan sudah pasti Zevlyn ada di rumah.

Tidak lama suara notifikasi mulai terdengar, balasan dari Zevlyn yang meminta Joon membawanya saja nanti saat mengajar di kelasnya. Pria dengan lesung pipi itu tentu menolak, Joon membuat alasan sedemikian rupa agar Zevlyn mau datang ke apartemennya. Meskipun Zevlyn sempat ingin memberikan saja benda itu pada Joon, namun ia juga membalas dengan sedikit ancaman bahwa ia akan memberikan barang itu di universitas tepat saat kelas mereka akan dimulai, dimana saat itu semua mahasiswa sudah berada di ruang kelas.

Cukup licik memang tapi Joon tau jika ini bisa membuat Zevlyn tidak bisa menolak lagi. Zevlyn tidak suka kedekatan mereka diketahui oleh mahasiswa lainnya terlebih cukup aneh jika Joon memberikan handphonenya pada Zevlyn. Itu hanya akan menyebarkan rumor.

Suasana hati Zevlyn sebenarnya sangat tidak bersahabat, bahkan masih di siang hari dia sudah menegak segelas tequila. Setelah perdebatan dengan ayahnya beberapa hari yang lalu Zevlyn menuangkan kekesalannya pada sebotol alkohol. Ia tidak peduli jika perutnya terasa panas dan melilit di keesokan harinya. Bahkan setelah muntah dan merasa pusing siang ini Zevlyn masih mencari alkohol untuk menenangkan pikirannya.

Di saat itu juga ponsel Zevlyn berbunyi, dan ternyata adalah pesan dari Joon. Zevlyn sangat tidak ingin menemui pria itu sekarang namun karena ungkapan Joon yang akan memberinya di depan seluruh mahasiswa membuat wanita itu akhirnya mengiyakan. Dengan sangat terpaksa Zevlyn harus mengambil benda itu di apartemen Joon sore harinya.

---

Rasanya sangat berbeda saat pertama kali Zevlyn berdiri di depan pintu apartemen Joon. Saat itu dia begitu gugup dan berdebar, tapi kali ini dia memang berdebar, tapi rasa gugup itu tidak ada tergantikan dengan rasa yang sulit untuk Zevlyn artikan. Seperti ada rasa ingin bergantung atau meminta pertolongan dan rasa sakit karena ia tidak bisa menunjukkan hal itu.

Jari Zevlyn terangkat menekan bell, dan detik itu juga pintu apartemen Joon terbuka membuat Zevlyn bisa mencium aroma maskulin yang menyeruak dari posisi ia berdiri saat ini "mana headphoneku?" ucap Zevlyn pelan sambil menengadahkan tangannya "ada di dalam, masuklah" Joon melangkah mundur memberi jalan bagi Zevlyn tetapi wanita itu menggeleng "berikan saja, aku datang kesini hanya untuk mengambilnya" Zevlyn tentu tidak ingin masuk dan akan menghabiskan waktu disana.

Joon yang masih berdiri diambang pintu menaikkan sebelah alisnya, ia lalu berjalan sedikit mendekat ke arah Zevlyn, dan menunduk menatap wajah wanita itu. Joon hanya mengenakan kaos tanpa lengan berwarna mint dan celana pendek berwarna coklat "kenapa wajahmu memerah?" dari indera penciuman ia bisa mencium aroma alkohol "kamu minum? bahkan di sore hari seperti ini?" Zevlyn menghela nafas "tidak usah membahas itu, sekarang berikan headphoneku" Zevlyn sedikit mendongak karena tubuh Joon yang lebih tinggi darinya dan jarak mereka yang tidak begitu jauh "masuk dan ambil sendiri"

Would You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang