-Chapter 3 -

13 2 0
                                    

☁ happy reading ☁

Pagi kembali tiba. Menandai mulainya aktivitas para manusia.

Senja tengah melipat saputangan pemberian seseorang lalu memasukkannya ke sebuah paperbag kecil. Ia akan mengembalikan saputangan itu hari ini.

Langkah kakinya membawanya turun menuruni tangga. Dilihatnya ibunya telah selesai menyiapkan sarapan.

"Ibuuu. Pagiii," sapanya dengan nada ceria khasnya.

Arum, ibu Senja tersenyum melihat putri satu-satunya menghampirinya.

"Pagi sayangg. Duduk gih kita sarapan bareng."

Senja mengangguk. Ia memposisikan diri duduk di tempat ia biasanya. Didepan Arum.

Keduanya mulai sarapan dengan tenang.

"Hari ini jadwal ibu masuk pagi?" tanya Senja melihat perlengkapan kerja ibunya.

Arum mengangguk. "Ada janji sama pasien pagi-pagi Nja," jawabnya sembari melahap roti selai miliknya.

Arum adalah dokter spesialis anak di sebuah rumah sakit. Setiap enam hari ia berhadapan dengan berbagai pasien anak. Ia sudah cukup ahli akan hal itu.

Senja mengangguk paham. Gadis itu melanjutkan sarapannya.

Tak berlangsung lama, keduanya selesai sarapan. Meja makan akan di bereskan oleh asisten rumah tangga mereka yang akan datang sebentar lagi.

Kreitt.

"Buu," sapa bik Min, pada Arum begitu ia datang. Asisten rumah tangga mereka yang rumahnya tak terlalu jauh.

Arum mengangguk membalas sapaan bik Min.

"Piringnya sudah saya simpan di wastafel ya bik, tinggal beresin meja makan. Di meja makan masih ada nasi goreng, bibik bisa makan," ucap Arum.

Bik Min mengangguk. "Baik bu."

Arum lantas masuk ke dalam mobil diikuti Senja. Ia akan mengantar Senja terlebih dahulu.

"Senja berangkat dulu, bikk." pamit Senja sembari melambaikan tangan.

Bik Min mengangguk membalas lambaian tangan Senja. "Hati-hati bu, non."

Mobil sedan hitam itu kemudian keluar dari pekarangan rumah dan berjalan perlahan keluar kompleks.

Begitu tuannya pergi, bik Min lantas menutup gerbang kemudian masuk ke dalam rumah untuk memulai pekerjaannya.

"Itu apa Nja?" tanya Arum melirik paperbag yang berada dipangkuan Senja.

"Oh ini. Ini saputangan bu. Ibu inget tempo hari Senja pulang dengan kaki luka? Ini saputangan yang di kasih sama orang yang nolongin Senja."

Tentu saja Arum ingat hari itu. Ia bahkan kaget melihat Senja keluar kamar dengan sedikit pingsan. Kala itu ia baru saja pulang dari rumah sakit. Rasa khawatir tak terbendung melihat kaki putrinya yang terluka. Untung saja lukanya tidak terlalu serius.

Senja bersama Cakrawala [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang