00. Prolog

89 12 1
                                    

***

Nakala Januar Sanjaya, putra tunggal dari keluarga Wiguna yang tercipta sebagai anak laki-laki, padahal saat di USG jenis kelaminnya adalah perempuan.

Naka itu bukti konkret dari manusia berwajah dua, bisa tampan bisa cantik. Itu yang terkadang menjadi alasan mengapa kakak-kakak kelasnya bisa jatuh hati kepada Naka. Alasan lainnya ya mungkin karena doi anak tunggal kaya raya, bilang saja kalau ingin menguras harta Naka.

Mungkin dari 400 sekian murid SMKN 3 Jakarta, ada kisaran 300 orang yang menyukai Naka, entah itu laki-laki atau perempuan. Naka itu tipikal cowok ganteng yang friendly, tapi juga sering menyembunyikan masalah dari orang lain.

Oh iya, mungkin juga dari 300 orang yang menyukainya, yang Naka sukai balik adalah orang yang sepertinya tidak menyukai dirinya. Dulu, Naka menganggap kalau jatuh cinta itu adalah hal wajar, namun sekarang baginya terasa tidak wajar.

Bagaimana mungkin Naka menyukai gadis yang bahkan baru pindah dua tahun? Dan bahkan rumahnya berada persis di samping rumah Naka? Dan baginya, itu terasa aneh, sangat. Kenapa? Karena, Yara yang menyukainya sejak MPLS SMP pun belum pernah ia sukai balik, lah ini malah tiba-tiba menyukai gadis baru. Tap—

"Woy, ngelamun aja lo!"

Tapi, Naya sudah punya pacar.

Naka terperanjat ketika Candra dengan iseng menepuk bahunya keras. "Tolol, ngagetin aja." Naka melempar tatapan sinis pada Candra yang sudah duduk nyaman di sebelahnya. "Mana ada orang ganteng tapi tolol? Gak ada, cuy." Ujarnya.

"Lo tuh tolol, sadar diri dikit bisa gak sih? Lo tuh tolol bin goblok, gue lagi diem-diem masih aja lo gangguin." Naka menggerutu kesal, ia menopang pipinya menggunakan tangan kanan. "Hehehe, gantian lah, kan kemarin-kemarin lo yang gangguin gue."

Keduanya geming, yang satu fokus dengan ponsel dan yang satunya lagi sibuk melamun. "Lo tahu kan, kalo kita bakal ngadain study tour ke Yogyakarta empat hari lagi? Ini bagan kursinya udah ada di grup tahu." Ujar Candra, menunjukkan bagan kursi bus di ponselnya.

Naka menoleh, meraih ponsel Candra. "Oh? Berarti Naya juga?" Tanyanya.

Candra berdecak. "Ck, Naya mulu lo mah, yang lain atuh." Ujar Candra. "Nggak ada cewek lain selain Bunda, Mama sama Naya di otak gue." Timpal Naka, wajahnya kelihatan tenang ketika melihat namanya tertera di kolom sebelah kiri barisan ke enam, bersama dengan Nayaka.

"Lo gak capek apa mendem perasaan kayak gitu? Gemes juga gue liatnya, dah confess aja sana!" Titah Candra, ia menyimpan ponselnya di atas meja. Naka melirik Candra sekilas, "Takut di tolak gue."

Candra memutar bola matanya malas, ia menghela napas. "Mata lo gue colok juga lama-lama, lo tuh ganteng Nakala, lo tuh ganteng!!" Candra menoyor pelipis Naka, hingga pemuda itu mengeluh sakit. "Ya kalem dong anjir, sakit nih!"

"Ya lagi, orang goblok mana yang mukanya ganteng tapi takut buat confess?" Tanya Candra, ia bersidekap dada. "Ya tahu gue ganteng, tapi kan.." Naka berhenti bicara, ia menghela napas seraya menenggelamkan wajahnya pada tumpukan tangan di meja.

"Tapi kan dia udah punya pacar, Can." Ia lagi-lagi menghela napas. "Ya tapi kan doi seringnya sama lo, jarang-jarang tuh kita liat doi sama pacarnya, iya kan?" Kata Candra. "Eh, iya juga sih. Siapa tahu doi suka juga sama gue? Allah maha membolak-balikkan hati manusia, kan?"

Gegap Gempita Kota Jakarta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang