Chapter 6

61 24 24
                                    

"Apa masih ada kesempatan untukku yang bodoh ini?"

-Razril Lamont-

●●●

Sejak kemarin malam Eyra tak kunjung keluar dari kamarnya entah apa yang tengah gadis itu lakukan di dalam sana, tak ada yang tahu. Matahari kian meninggi dan menyorot, bahkan ia pun sudah melewati sarapan paginya.

"Eyra udah berangkat mah?" tanya Razril. Velyn menggidikkan bahunya.

"Mamah gak liat dia keluar dari pagi, kayaknya gak kuliah. Samperin sana bang," titahnya.

"Untuk apa?"

"Tengok, lama-lama mamah khawatir. Kemarin kata Hika dia keserempet motor. Mamah udah nyamperin semalem, tapi kayaknya dia udah tidur." 

Razril terdiam sejenak.

"Ck, lagi pula dia sudah besar mah."

"Apa sih kamu bang! Itu semua juga gara-gara kamu. Kemana kamu kemarin dihubungi tidak bisa. Jangan bodoh! Kamu mau ngulangin kesalahan yang sama?" 

Pria itu kembali terdiam, ingatan 3 tahun yang lalu kini melesat di tengah-tengah bisingnya kepala Razril.

"Kamu yang harusnya inget. Retta udah sehat bang! Kamu juga punya kehidupan yang harus kamu prioritasin."

Razril menghela nafas berat, iapun beranjak dari duduknya mendekati pintu yang sudah lama sekali tak ia kunjungi.

Tok

Tok

Tok

Pintu tak kunjung terbuka, sedang Razril larut dalam kenangan masa lalu ketika ia berdiri seperti ini di depan pintu kamar Eyra.

Cklek~

"Bang?" Razril tersadar dari lamunannya.

"Sakit?" 

"Hah?" beonya. Eyra masih mencerna keberadaan Razril didepan kamarnya yang sangat tiba-tiba ini, lalu ditambah pertanyaan yang pria itu lontarkan.

"Tidak kuliah?"

"o-oh.. Aku sedang tidak enak badan."

"Dicariin mamah."

Razril menelisik keadaan adiknya itu dari atas sampai bawah, terlihat ada plester yang tertempel didahinya juga di lutut gadis itu.

"Sudah? Kau hanya ingin bertanya seperti itu?"

Razril berdehem seraya mengangguk, kemudian Eyra kembali menutup pintunya.

-Jangan bodoh! Kamu mau ngulangin kesalahan yang sama?-

Perrkataan Velyn kembali terngiang.

Dibalik pintu kamarnya, kedua mata Eyra terasa memanas, namun ia tak tahu apa yang menyebabkan dirinya sangat ingin menangis setiap kali berhadapan dengan Razril. Entah apa yang sudah ia lalui di masa lalu, bahkan Eyra tak mengingatnya sama sekali.

tok

tok

tok

Razril kembali mengetuk pintu itu.

Cklek~

"Hm??"

Razril terdiam saat menatap kedua netra yang jarang sekali ia lihat itu. Memerah.

Dia nangis? Atau demam?

"Ingin berobat?"

"Berobat? A-aku baik-baik saja kok."

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang