2

180 22 3
                                    

Sebuah kenyataan yang membuat Sakura akhirnya termenung setelah melihat sosok yang juga tak kalah menunjukkan raut sama terkejutnya dengan dirinya.

Sosok yang membuat Sakura mulai merasa nyaman dengan kehidupannya selama lima bulan ini tanpa 'dia'.

Sasuke bahkan sempat memanggilnya beberapa kali karena pria berambut pirang itu belum mendapat sambutan dari tangannya yang mengambang terlalu lama di udara.

"Uzumaki Naruto."

Ya... Nama itu sudah lama ia kubur sejak ia meninggalkan Konoha.

"Ha-Haruno Sakura. Aku sekretaris Sasuke-sama. Mohon kerja samanya." Ujar Sakura sambil membungkukkan tubuhnya dengan hormat.

Naruto- Pria itu tersenyum meski tatapannya tak pernah lekang dari setiap gerak-gerik kecil Sakura. Dan sama seperti drama yang sedang dimainkan Naruto, nyatanya wanita itu juga begitu pandai untuk tetap bersikap seolah mereka tidak saling mengenal satu-sama lain dan baru bertemu sebagai sesama rekan bisnis.

"Aku Hyuga Hinata. Aku sekretaris Naruto-kun. Dan karena kerjasama ini, kita akan lebih sering bertemu Sakura-san."

Ah.., Ternyata pertemuan ini begitu banyak menyimpan kejutan. Terutama ketika Sakura mendengar suara merdu itu bersama nama pemiliknya.

Hinata... Hinata... Ya, sudah lama sekali ia tidak mendengar nama itu di telinganya. Nama yang dulu begitu dibencinya justru Sakura sekarang harus melihat dengan matanya sendiri, bahwa wanita yang di samping Naruto adalah perempuan yang selalu menjadi fantasi Naruto selama ini. Tidak heran betapa cantiknya gadis itu terlihat memukau. Sakura bahkan seketika menjadi insecure sebagai perempuan.
.
.

Pembahasan bisnis selesai dan keduanya sepakat untuk saling bekerja sama dan akan melakukan kontrak besok yang akan di wakilkan oleh Sakura.

"Semuanya akan ditangani oleh sekretaris ku. Sakura."

Sasuke melihat sekretarisnya itu dari tadi hanya terus menunduk dan mencatat beberapa hal di bukunya. Tidak seperti Sakura yang biasanya selalu tampak sigap dengan energi seperti tak terbatas. Wanita itu justru tampak jadi lebih pendiam dari biasanya.

"Kau sakit?" Sasuke meletakkan tangannya di kening Sakura. Pria itu terlihat begitu cemas mengingat kejadian terakhir kali saat Sakura di bawa ke rumah sakit.

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja." Senyuman indah terukir di wajah Sakura menandakan bahwa ia memang baik-baik saja. Sikap Sasuke yang terlalu peduli terkadang memang bisa saja di salah artikan jika orang lain tidak mengerti hubungan apa yang mereka miliki. Nyatanya hal itu juga membuat mata sebiru langit itu tak pernah lepas untuk memperhatikan interaksi mereka berdua.

"Naruto-kun, ayo aku sudah bosan di sini."

Hinata bergelayut mesra di lengan Naruto dan mengatakan ada toko dessert yang ingin ia coba. Setelah kedua pasangan ini saling berpamitan karena masing-masing pergi ke tempat yang berbeda.

Sakura ikut berjalan keluar sambil mengusap perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit. Saat Ia menoleh kebelakang sebentar. Ia hanya bisa berbisik lirih. Bahkan Sasuke yang di sampingnya tidak mendengar apa yang ia katakan.

'Mereka sangat serasi. Kau memilih hal yang tepat Haruno Sakura.'

.
.
.
.

Naruto ada hal yang membuatnya tidak terlihat seperti keadaan biasanya. Apartemennya itu bahkan tak lebih seperti museum yang kosong.

Ada banyak kaleng bir, remah-remah dan sampah junk food di atas meja makannya. Tak ada suara dentingan dari dapur. Tak ada suara mesin cuci atau apapun yang menunjukan seseorang bersamanya.

Loved You Yesterday, Love You Still, Always Have, Always WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang