Happy Reading
Jangan lupa vote & komen
***
‘’BUNDA! KAN KAN KAN ... UDAH AKBAR BILANG JUGA!’’
Teriakan Akbar yang berasal dari lantai dasar terdengar menggema memenuhi seluruh sudut rumahnya. Remaja itu baru saja masuk ke dalam rumah dengan tangan menenteng sebuah kresek kecil berisi belanjaan. Bundanya itu menyuruhnya pergi ke warung di depan persimpangan komplek menggunakan sepeda motor.
Lagi-lagi Akbar membuat kericuhan di rumahnya. Beruntung kakaknya yang suka tantrum itu belum juga pulang ke rumah, dia jadi bebas jungkir balik tanpa mendengar omelan dari kakaknya.
Bunda Hasna yang sedang menuangkan air ke dalam gelas sontak terkejut. Alhasil air yang seharusnya dia tuang ke dalam gelas malah tidak tepat sasaran dan berakhir lantai menjadi basah. Hampir saja Bunda Hasna mengumpat jika tidak mengingat Akbar adalah anaknya.
Bunda Hasna mendelik kesal, empat hari sejak Zea pergi, jantung Bunda Hasna selalu tidak aman karena ulah anak bungsunya. Akbar selalu berteriak mengenai perkara kecil yang sebenarnya itu tidak terlalu penting baginya. Contohnya, Akbar selalu berteriak memanggilnya lalu bercerita tentang Haidar yang sering kali melirik ke arah rumah mereka. Namanya juga punya mata. Ya, hal-hal kecil tentang Haidar selalu membuat remaja itu heboh sendiri.
Bunda Hasna kerap kali menegur Akbar agak tidak selalu membicarakan tetangga mereka itu, tapi, ya Akbar tetap bandel. Termasuk sekarang.
‘’Kamu mau Bunda kena serangan jantung?’’ omel Bunda Hasna sembari mengambil lap lantai dan mengelap air yang tumpah.
Si pelaku hanya terkekeh pelan sambil mengusap telinganya. ‘’Akbar punya berita penting loh. Nanti Akbar ceritain, sekarang Akbar mau ke kamar bentar ambil hp.’’ Remaja itu meletakkan belanjaannya di atas meja lalu melenggang pergi begitu saja berlari menaiki anak tangga yang menghubungkan dengan tiga ruangan di atas.
‘’Mau cerita apa kali ini, Akbar?’’ tanya Bunda Hasna yang pertanyaannya malah diabaikan oleh Akbar.
Tidak lama kemudian Akbar kembali lagi. Bedanya dia berlari keluar rumah sambil menggenggam ponselnya. Bunda Hasna bertanya-tanya.
Abar yang berlarian tentu saja membuat dia terengah begitu tiba di depan. Berjalan cepat menuju perbatasan antara rumahnya dan rumah tetangganya itu di mana ada seorang pria sedang berdiri tegap menunggu kedatangannya.
‘’Ini, Om,’’ unjuk Akbar memberikan ponselnya pada Haidar.
Haidar mengangguk. Dia tampak mengotak-atik ponselnya sambil sesekali melihat layar ponsel Akbar yang menyala.
‘’Terima kasih, Bar. Oh ya, sekalian nomor kamu.’’ Haidar memberikan ponselnya kepada Akbar yang langsung disambut oleh remaja itu.
Akbar langsung mengisi beberapa angka nomor ponselnya di ponsel Haidar, lebih tepatnya di aplikasi berwarna hijau yang selalu orang gunakan untuk bertukar pesan atau melakukan telepon.
‘’Udah, Om.’’
‘’Terima kasih sekali lagi, Akbar. Kalau begitu saya masuk ke dalam duluan.’’
‘’Iya, Om.’’ Akbar menatap Haidar hingga pria itu menghilang dari balik pintu rumahnya. Sedari tadi remaja itu menahan dirinya agar tidak menjerit. Dia cepat-cepat masuk ke rumah dan langsung menemui bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Duda
RomanceSEASONS 1 CERITA DENGAN ALUR RINGAN!!! WELCOME TO SPESIALIS LAPAK HAPPY ENDING! ***** Pertemuannya dengan Alana ternyata membawanya menuju jurang penuh siksaan. Zea tak tahu kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai harus hidup bertetanggaan den...