bab I

4 2 0
                                    

Sebuah darah putih bening keluar dari sudut mata, lalu mengalir turun hingga ke pipi tirus milik seorang pria yang sedang menutup matanya. Alisnya berkerut gelisah, kepalanya pun tak ada hentinya untuk menggeleng. Entah apa yang sedang terjadi dalam alam bawah sadarnya sehingga membuatnya cemas seperti ini.

Kelopak mata yang awalnya tertutup, perlahan terbuka, napasnya pun sedikit memburu. Mark mengusap setitik air di sudut matanya. Lagi ya?

Bukan pertama kalinya ia mendapatkan kejadian yang sama seperti ini. Ini sudah beberapakali bahkan dari hari setelah kepergian sang kasihnya. Bukan gelisah ketakutan akan kedatangan sang kasih di mimpinya, akan tetapi rasa penyesalan yang dilakukannya terhadap kasihnya di masa kala sosok itu masih ada disisinya.

Banyak sekali kesalahan dan dosanya terhadap mendiang sang kasih. Penyesalan sangat mendominasi dalam hidupnya. Mengingat perlakuan buruk yang dilakukan olehnya membuatnya menangis dan rasanya ingin meminta maaf sembari bersimpuh pada kekasihnya tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat

Ia bersumpah dan berjanji. Jika diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya, ia berjanji akan menjaga dan memperlakukan dengan baik, ia berjanji akan mengubah seluruh sikap nya serta perilaku buruknya yang masa itu sangat menyakiti perasaan kasihnya.

Mark bangkit dari tidurnya, antara ibu jari dan jari tengahnya memijat pelipisnya sebab merasa pusing akhir-akhir ini. Ya, selain itu penampilan yang awalnya terkesan sangat wah dan membuat siapapun terpukau itu sekarang sudah hilang, kini hanya tersisa penampilan yang tidak terawat dan berantakan semenjak ditinggal.

Dari rambutnya yang mulai memanjang, kumis tebal, pipi semakin tirus, tubuhnya juga kering bak lidi, itu karena dirinya yang suka sekali melewatkan waktu makan. Pola hidupnya sangat berantakan. Ia terlalu depresi.

Tubuh itu berjalan gontai ke kamar mandi, ia menghadap ke cermin kamar mandi. Dia sudah tahu seberapa kacaunya dirinya sekarang, ia hanya ingin melihat dan menertawakan betapa menyedihkannya dia. Mark menyentuh wajahnya, lalu mengusap nya.

Matanya melebar kala melihat perbedaan yang sangat jauh dari wajah dan tubuhnya saat ini. Yang dilihatnya di cermin adalah tubuh nya yang lebih berisi dari akhir-akhir ini, rambut panjangnya kali ini terpangkas rapi dan kemana hilangnya kumis tebal itu? Ia bahkan tidak percaya apa yang sedang dilihatnya.

Apa mungkin ia berhalusinasi sebab kebanyakan menghabiskan lima botol semalam? Pikirnya.

Akhirnya ia buang jauh-jauh pikirannya, seperti nya ia memang sedang berhalusinasi, mana mungkin itu berubah dalam semalam? Tidak masuk akal. Ia membasuh muka tersebut, lalu niatnya setelah itu pergi menuju ruang tamu yang semalam dibuatnya untuk menenangkan pikirannya. Pasti keadaan ruang tamu saat ini seperti kapal pecah.

Sebelum pergi ke ruang tamu, ketika baru melangkah keluar dan menutup pintu kamar, Mark mencium aroma wangi yang berasal dari ujung, tempat meja makan berada. Niatnya berganti menuju kearah meja makan, matanya membulat terkejut melihat banyak nya makanan yang tersaju rapi di meja makan. Makanan lezat yang pastinya menggoda perut kosongnya. Siapa yang memasaknya?

Tidak mungkin jika keluarga nya datang kemari diam-diam dan memasak untuknya. Mark ingat jika dia sudah tidak memiliki siapapun lagi setelah kejadian waktu itu, keluarga nya sudah sangat kecewa padanya.

Sebuah tuturan lembut memelawa raganya untuk berbalik. Suara yang terdengar sangat familiar ditelinga nya, suara yang selama ini dirindukannya, suara yang ingin di dengarkan kembali olehnya.

"Sudah bangun? Sarapan terlebih dahulu."

Napasnya tercekat, sosok yang dirindukannya sudah berhadapan dengannya. Wajah yang awalnya dipandang buruk olehnya hingga memandanginya pun tak ingin, saat ini menjadi sosok yang ingin dipandangnya setiap hari, sosok yang dirindukan dan ia tunggu. Kini paras tampan dan manis tersebut terlihat sempurna dimatanya. Ia rindu si manis ini.

Perasaan takut mulai menyerangnya. Bukan, bukan, bukan takut akan kedatangan sosok itu secara tiba-tiba, melainkan takut jika ini hanya halusinasinya dan dalam sekejap itu menghilang kembali.

"Dong...hyuck?" panggilnya, suaranya pun sedikit bergetar kala memanggil nama itu.

Raut wajah tanya itu diperlihatkan untukny. Ia tampak bingung akan panggilan dari Mark. Pria dihadapannya ini memanggil namabya untuk pertama kali setelah enam tahun pernikahan mereka. Orang yang dipanggil Donghyuck itu masih memasang raut wajah bingung ketika Mark memanggil nama aslinya, bahkan nada yang digunakan Mark berbeda dari biasanya. Seperti kesulitan mengeluarkan suara dalam tenggorokan nya.

"Donghyuck-ah..."

Kedua kakinya menarik langkah mendekat kearah pemuda didepannya, dibawanya tubuh sempit Donghyuck kedalam dekapannya. Dekapan yang sangat erat seakan tidak mengizinkan tubuh itu menghilang dari hadapannya. Ia tidak mau itu terjadi kembali.

"Hyuck.."

"Rindu. Aku merindukanmu."

'*'*'

a/n: ini book pertama yang aku publish setelah nulis banyak cerita gak jelas dan yang berakhir berhenti ditengah jalan. yaa semoga aja book ini gak bakal berhenti ditengah jalan dan berlanjut sampai selesai. mm... aku tahu mungkin bahasa yang aku pakai sangat sangattt kurang atau bahkan berantakan? tapi aku berusaha buat yang terbaik untuk ini, aku harap kalian suka sama book ini. ^ω^

Terimakasih banyak yang sudah mau baca ♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang