25. Hati yang bersatu [FIN]

298 39 7
                                    


Tak terasa satu bulan telah berlalu, kerumunan terlihat besar dari kejauhan, mengarah ke arah papan pengumuman dengan membawa rasa antusiasme dibarengi debaran jantung yang tak beraturan. Fiony sangat hafal dengan suasana berdesakan seperti itu. Sampai rasanya dia akan terinjak kalau masuk ke dalamnya, sehingga ia memutuskan berdiri saja dari kejauhan bersama Dey dan Marsha.

"Aduh, yang udah liat hasilnya enggak mau gantian sih, ngeselin, malah nangis di depan situ lagi," Gerutu Dey merasa bosan juga menunggu kerumunan itu menyusut.

Sementara Fiony dengan penuh harap bisa melihatnya sendiri. Ia hanya memandang jauh ke kerumunan itu dengan menyimpan keinginan untuk bisa menerobos ke sana. Tapi, nggak mungkin, Kata Marsha, biar Zara saja yang melihatnya untuk semua karena cuman gadis itu yang paling bisa bergabung dengan kerumunan walau akhirnya haru sikut-sikutan sama siswi lainnya yang nggak mau mengalah buat maju ke depan.

"Tenang Fi, lo pasti lulus," Kata Marsha sambil meletakan tangannya ke bahu Fiony berharap dapat menghilangkan rasa cemas yang sedang mengerubungi temannya itu

Fiony cuman tersenyum, ia juga berusaha untuk berpikiran positif meski jantungnya kian deg-degan.

"Kalau gua sih nggak peduli mau lulus apa enggak," Dey menyambar, cuek. "Lagian juga yang penting kerja apa pun nanti kalo cuman buat bertahan hidup"

"Ihh jangan gitu lah Dey, hidup kan nggak cuman buat bertahan aja" balas Marsha , ia sedih karena mendengar ucapan Dey yang terasa kehilangan semangat seperti itu setelah patah hati karena Pak Gito akhirnya balikan dengan mantannya. Sejak Dey melihat sendiri kencan mereka, sejak itulah dia jadi kembali pesimis.

"Mau bagaimana lagi, gua nggak ada pilihan lain Sha," kata Dey murung sambil menundukkan kepalanya, menatap ubin yang sama sekali tak menarik.

"Gua berencana buat pindah ke Semarang, dan cari kerja di sana. "

"Hah ke Semarang?" Fiony menyambar terkejut. " Kenapa harus ke Semarang Dey?"

"Di sini nama gua dan keluarga gua sudah jelek banget Fi," jelasnya, terdengar sedih. " Nggak ada yang mau nampung hidup gue lagi di sini..."

Fiony dan Marsha tak mampu bersuara. Mereka hanya bisa bersimpati sambil memberikan Dey pelukan untuk menunjukkan bahwa keduanya sangat sayang dengan sosok Dey yang terkenal jutek itu. Bagi Fiony dan Marsha Dey adalah sosok teman yang layak untuk dikagumi karena sikapnya yang tegar meskipun di hantam masalah yang pelik dan berulang kali dunia tak berpihak padanya.

"Masih ada kita Dey... "ucap Marsha.

"Makasih .... tapi tetap kan , kita semua bakalan jalani hidup masing- masing," balas Dey, seketika langsung menyeka air matanya yang menetes. " Fiony mau kuliah di jurusan seni, lo juga mau nerusin ke Jepang kan? Dan gua bakalan sendiri lagi..."

"Lo masih bisa main ke rumah gue, Dey," ucap Fiony, bersungguh-sungguh. " Atau kalau lo mau lo bisa tinggal di rumah gue salama yang lo mau"

"Iya bener Dey, Kan cuman gue yang pergi, Nanti kalau gue sudah balik kita bisa kumpul lagi, jala bareng bertiga, lo nggak perlu merasa sendiri, kita nggak akan pernah ninggalin lo. "sambung Marsha.

Tangis Dey pun kian pecah, ia tak pernah menyangka bisa mempunyai Fiony dan Marsha dalam hidupnya . "Haduhh" keluhnya sambil menarik nafas dalam-dalam

"Kalian memang sahabat terbaik yang pernah gue punya..., gue nggak tahu lagi harus ngomong apa, tapi makasih ya karna kalian udah buat gue jadi berarti" seutas senyum terbit di wajah Dey dan hal itu membuat Fiony dan Marsha ikut tersenyum sambil merasa lega, mereka berdua hanya tak ingin Dey jadi selalu berpikir bahwa dia hanya sendiri di dunia ini, mereka sangat tulus untuk menjadi teman Dey.

Princess sleeping (FIONY CHK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang