02

1.9K 197 13
                                    

"Gue bener-bener minta bantuan kalian untuk cari anggota baru klub dance. Kalau kalian, nggak mau klub ini di tutup."

Ashel, yang mendengar permintaan dari ketua klub nya itu mengehela napas. Ia adalah anggota dari klub dance.

Dua tahun belakangan ini, murid yang mengikuti klub dance hanya lima orang. Total murid yang mengikuti klub dance saat ini hanya delapan orang.

Klub dance sudah mendapat peringatan oleh Bu Jian, penanggung jawab klub SMA Bumantara. Jika dalam tahun ini, klub dance tidak memiliki minimal dua puluh orang, mau tidak mau klub akan dibubarkan.

Ashel sangat menyukai dance. Ia tidak akan pernah membayangkan bagaimana kehidupan sekolahnya jika klub dance ini dibubarkan. Setiap dia merasa lelah dengan kehidupannya, dance adalah hal terbaik yang dapat membuat dirinya bangkit kembali.

Salah satu siswa di ruangan klub dance itu mengangkat tangan. "Kenapa kita gak coba lagi buat apply proposal kerja sama ke klub musik?"

Dira, ketua klub dance itu menggeleng lemah. "Dua tahun ini, proposal kita selalu ditolak. Gue gak tau harus gimana lagi ngebujuk Denaya."

"Kenapa harus selalu ke klub musik si? Kita bisa minta kerjasama ke klub lain," ucap Ashel menatap ketuanya

Dira menggeleng, "Kalau kita bisa kerjasama dengan klub musik, udah dipastikan bakal banyak murid yang berminat ke klub kita, Shel."

Ashel mendengus, "Klub musik ramai juga karena kebantu sama klub wajib."

Klub musik memang peminatnya sangat banyak. Klub musik itu memiliki dua bagian, bagian khusus untuk anak kelas 10 dan bagian yang benar-benar untuk meminati klub musik. Jadwal klub juga berbeda, hari rabu untuk klub wajib dan hari jumat untuk klub yang diminati.

Setiap klub di SMA Bumantara itu dapat bekerja sama satu sama lain saat demo ekskul atau kegiatan lainnya. Klub dance sudah mengirimkan proposal kerja sama selama dua tahun berturut-turut, tapi tidak pernah di accept.

Hal itu yang membuat Ashel, sedikit sensi jika berhadapan dengan Denaya. Menurutnya Denaya itu adalah sumber yang dapat membuat klub dance miliknya sepi peminat dan dapat dibubarkan kapan saja.

"Biar gue yang ngomong ke Denaya," ucapan Ashel membuat semua pasang mata yang ada di ruangan itu menatap ke arahnya.

"Lo yakin? Biasanya gue suruh lo gamau?"

Ashel berdecak, "demi klub dance ini biar ga dibubarin, gue bakal bujuk dia. Pembukaan pendaftaran klub dimulai bulan depan, begitupun demonya. Jadi kita masih punya banyak waktu."

"Kalau misal dia tetep gak mau, kita harus cari cara lain oke? Jangan bergantung ke klub musik, gue yakin kita punya solusinya."

Dira mengangguk senang. "Oke gue bakal bikin proposalnya. Nanti gue bakal kasih ke lo."

"Gue bener-bener berharap kali ini klub musik mau kerja sama," ucap Dira penuh harap.

Dalam hati Ashel juga mengharapkan hal yang sama. Jika Denaya tetap tidak menerima proposal klub dance, Ashel akan benar-benar mengibarkan bendera perang ke Denaya, bahkan anak klub musik.

---

Setelah menyelesaikan tugasnya, gadis dengan rambut panjang bergelombang itu masuk ke ruangan khusus pengurus klub musik.

Denaya, menelungkungkan wajahnya di lipatan tangan. Terlihat sangat lelah. Selang beberapa menit, ia kemudian mengangkat wajahnya dan menatap tumpukan kertas, proposal yang berisi permintaan kerja sama antar klub.

Denaya kemudian membaca dan meneliti semua proposal di depannya itu. Setelah selesai ia merapikan mejanya, dan membawa tumpukan kertas tersebut ke rak yang bertuliskan 'untuk dibuang'.

CHANGED [BABYMONSTER] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang