Bagian 1

42 2 0
                                    

“Huh capek banget” gumam Aurora sambil menghempaskan tubuhnya ke ranjang berukuran kecil di kamar kost nya.

Aurora yang sedang berkuliah harus selalu membagi waktu antara belajar dan bekerja karena semenjak ia masuk kuliah sang ayah tidak lagi membiayai kebutuhannya sehingga Aurora harus bekerja menjadi barista di cafe yang tak jauh dari kampusnya.

Aurora juga sering mendapat uang dari hasil mengerjakan tugas kuliah teman-temannya mereka biasa menyebutnya joki tugas.

“Sebentar lagi ujian akhir semester. Gue harus bisa kumpulin uang buat bayar UKT”

“gak mungkin banget gue minta sama papa karena tante maya pasti marah-marah”

“ayolah Ra, selama ini juga lo selalu berusaha sendiri kan. Gak perlu meratapi hidup yang emang menyedihkan ini!” Setelah cukup lama berdebat dengan isi pikiran nya Aurora memutuskan untuk segera tidur karena besok pagi ia harus kembali beraktifitas.

***
Pagi harinya Aurora bergegas pergi bekerja karena baru saja mendapat pemberitahuan bahwa kelas hari ini ditunda minggu depan.

Segelas air mineral hangat dan dua keping roti tawar tanpa tambahan apapun menjadi menu sarapan Aurora setiap pagi. Bosan sudah pasti, tapi itulah caranya menghemat biaya hidup karena biasanya  pada hari jumat sampai sabtu berbagai produk termasuk roti tawar pasti berharga diskon di minimarket.

“Kamu hari ini masuk pagi Rora?” tanya pemilik cafe

“iya kak. Tadinya mau ngampus tapi dosen nya bilang kalo kelas diundur minggu depan, daripada bengong di kosan mendingan kerja aja he he”

“yaudah selamat bekerja, Saya mau pulang dulu ambil barang dirumah”

“iya kak.”

Tiga puluh menit berlalu, waktu menunjukkan pukul sembilan pagi dimana sudah saatnya cafe dibuka.

kring..

Terdengar suara lonceng kecil di atas pintu yang menandakan adanya pelanggan yang masuk kedalam cafe.

“Selamat pagi bu. Mau pesan apa” Tanya salah satu karyawan yang bertugas di meja kasir

“saya mau pesan kopi satu, milkshake coklat, dan sandwich dengan ekstra keju masing-masing satu ya”

Suara wanita itu terdengar tak asing di telinga Aurora. Benar saja, ternyata itu adalah ibu tiri dan juga adik tiri Aurora

“Ternyata tante Maya dan Dinda. Enak ya jadi mereka, masih sepagi ini udah nongkrong di cafe” batin Aurora

“semuanya seratus dua puluh lima ribu bu”

“silahkan ditunggu ya bu” sambung kasir itu

setelah itu ibu dan adik tiri Aurora duduk di kursi yang berada di sudut ruangan dengan dinding kaca yang langsung memperlihatkan pemandangan kepadatan jalan di pagi hari.

“Rora pesanannya sudah siap nih, kamu antar ke meja nomor 14 disana ya”

“iya kak” jawab Aurora sabil mengambil nampan berisi pesanan Maya dan Dinda

Aurora sebenarnya terlalu malas untuk bertemu Maya karena memang sikap Maya yang kurang baik terhadap Aurora. Masih jelas dalam ingatan Aurora bagaimana Maya dengan terang-terangan meminta Ayah Aurora agar mereka tinggal terpisah dari Aurora. Yang lebih membuat hati gadis itu kecewa adalah sang ayah yang tidak merasa keberatan dan langsung menyetujui permintaan istri barunya itu.

“ini pesanannya. Silahkan dinikmati”

Setelah mengantarkan pesanan Aurora bergegas pergi namun Dinda memanggil dan memegang tangan Aurora.

“Kak Rora!”

“hmm Dinda, Tante Maya apa kabar?” sapa Aurora

“Baik” ucap Maya singkat

“kak Rora kerja disini?”

“iya. Kalau gitu silahkan dinikmati makanan nya, saya harus lanjut kerja. Permisi” setelah mengatakan itu Aurora bergegas pergi meninggalkan mereka.

“Udah lah Din, anak belagu begitu masih aja kamu sapa. Liat tuh gak ada sopan nya sama orang tua” ucap Maya kesal

“Dinda juga kalau jadi kak Rora kesal kali ma, mama lupa kalo mama yang udah usir kak Rora secara halus dari rumah”

“ah udah lah, kamu jangan bikin mama kesel pagi-pagi”

Aurora merapikan barang yang ada di dapur dengan isi pikiran yang entah kemana. Dia selalu berpikir bagaimana bisa sejak menikah lagi Ayah kandungnya sama sekali tidak peduli pada Aurora, jangankan memberikan uang untuk biaya hidup, menanyakan kabar pun tidak pernah.

***

Jam kerja Aurora telah selesai ia bergegas pulang kerumah, badan nya terasa sakit terutama kaki nya. Ia berpikir mungkin karena hari ini cafe cukup ramai sehingga ia merasa lebih lelah dari biasanya.

Dalam perjalanan pulang Aurora bertemu dengan Sagara yang terlihat membawa beberapa paper bag di tangannya. Hampir setiap hari Sagara selalu menunggu Aurora di tempat yang sama karena Aurora selalu berjalan kaki setiap pulang bekerja untuk menghemat biaya.

“Muka lo kusut amat Ra. Kaki lo juga kenapa rada pincang gitu?” tanya Sagara sambil berjalan menghampiri Aurora

“hari ini gue cape banget sa. Mungkin karna hari ini cafe rame” mereka berbincang sambil berjalan

“gue kan udah bilang untuk cari kerjaan yang lain Ra, kenapa gak mau dengerin gue sih?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“gue kan udah bilang untuk cari kerjaan yang lain Ra, kenapa gak mau dengerin gue sih?”

“lo kira cari kerjaan gampang! enak banget kalo ngomong”

“hehe ngomong doang emang enak Ra. Oh iya nih gue beliin lo makanan, lo pasti belum makan kan?”

“hmm makasih ya sa” ucap Aurora dengan senyum manis nya

“oh iya. Hari ini ada yang bikin lo kesel atau happy gak? Buruan ceritain sama gue” Sagara pasti bertanya pertanyaan yang sama setiap harinya. Mungkin sudah seperti sebuah rutinitas untuknya

“tadi pagi gue ketemu sama tante Maya dan Dinda di cafe. Gue cuma nyapa sebentar terus pergi. Males mau lama-lama ngobrol, masih sakit hati gue” jelas Aurora

“kalo itu gue males mau nanya lebih jauh. Takut nya lo makin kesel”

“jangan terlalu mikirin hal yang bikin pikiran dan kesehatan lo terganggu Ra, inget kalo hidup udah susah jadi jangan dibikin makin susah gara-gara pikiran lo yang kemana-mana. Gue inget banget terakhir kali lo mikirin masalah keluarga lo nilai ujian lo turun” sambung Sagara

“iya iya. Gak gue pikirin lagi kok”

“ini gimana gue gak jatuh cinta sama lo kalo lo sebaik dan seperhatian ini sama gue Sa” batin Aurora

To be continue…

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang