✂ - - - dihapus sebagian
TW: Perselingkuhan, contains sexual activities, 21+, harsh words, sad and lonely girl, please read it wisely
***
Tatap mata itu menjerat, lekat dan mengikis akal sehat. Sorotnya membuat jantung berdebar lebih cepat, berhasra...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ntar pulang jam berapa?" Tanya Dilla pada Abil saat mereka sedang menunggu pesanan mereka di pick-upcounter Starbucks.
"Paling abis maghrib." Abil mengangkat bahu santai.
Dilla yang menumpukan sikunya di atas counter sambil bertopang dagu hanya mengangguk-angguk.
"Lo?" Abil bertanya balik. Pria yang berdiri di sebelah kiri Dilla itu menyandarkan sisi kiri pinggangnya ke counter hingga tubuhnya kini menghadap ke arah Dilla.
"Sama."
"Bawa mobil?"
"Nggak."
Cengir lebar Abil merekah dengan jahil. "Oooh, ini nanyain gue pulang jam berapa karena pengen minta diantar pulang?"
Dilla membeliak ke arah Abil sambil menahan senyum. "Heh! Nggak, ya!"
Abil berdecak-decak sambil menggelengkan kepala. Senyumnya yang menyebalkan membuat Dilla semakin salah tingkah.
"Ya udah, ntar gue anterin pulang lagi, deh." Goda Abil yang langsung membuat Dilla hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan senyum terkulum.
"Terserah lo, dah." Dilla menggelengkan kepala sambil tertawa kecil.
"Ini lo nggak bawa mobil biar ada alasan bisa bareng gue, kan?" Abil mulai iseng mencolek-colek lengan Dilla.
Dilla menegakkan tubuhnya sebelum kemudian menepis pelan tangan jahil Abil. "Gila, ya? Urusin dulu, tuh, bahu lo yang kebakar koyo cabe." Ledeknya sambil pura-pura galak. Padahal ia harus berusaha keras menahan senyum agar bibirnya itu tak melengkung terlalu lebar.
"Dih, dibahas lagi." Abil mendengkus malas.
Dilla tergelak puas. "Lagian ngakak banget. Lo yang ngajak taruhan, lo juga yang ternyata nggak kuat."
"Hilang, deh, kesempatan gue makan Gion gratis."
"Halah, bilang aja lo kecewa karena nggak jadi makan sama gue."
"Iya, sih." jawab Abil santai dengan senyum yang melengkung miring.
Sial. Tubuh Dilla mendadak tersetrum. Niat hati ingin membuat Abil juga salah tingkah, jawaban santai dari pria itu malah membuat jantungnya berdebum.
Harusnya Dilla tahu bahwa Abil pasti hanya bercanda seperti yang daritadi ia lakukan. Jadi, untuk apa reaksinya malah norak seperti remaja yang baru kena gombalan seperti barusan?
Raditya Adiwinarya is calling ...
Dalam sekejap, perhatian Dilla teralih ke layar ponselnya yang menampilkan foto Radit.
Sejak kemarin, Dilla masih tidak membalas semua upaya Radit menghubunginya. Namun Radit tidak menyerah. Laki-laki itu tetap terus berusaha. Ia tetap menghubunginya melalui telepon ataupun pesan singkat seperti biasa. Bahkan Radit masih mengabari semua kegiatannya seperti yang telah mereka sepakati bersama selama ini. Sedangkan Dilla tidak.