✂ - - - dihapus sebagian
TW: Perselingkuhan, contains sexual activities, 21+, harsh words, sad and lonely girl, please read it wisely
***
Tatap mata itu menjerat, lekat dan mengikis akal sehat. Sorotnya membuat jantung berdebar lebih cepat, berhasra...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dilla sedang malas-malasan sambil nonton Netflix ketika ponselnya berbunyi untuk kesekian kali. Dilla pikir, ia akan kembali melihat nama Radit. Namun ternyata tidak untuk kali ini.
"Halo?"
"Kamu lagi berantem sama Radit?" Sergah Dani tanpa sapa atau salam.
Kedua bola mata Dilla berputar malas. "Tahu dari mana?"
Dani berdecak sebal. "Radit itu sampe telepon kakak, lho! Katanya kamu udah hampir seminggu nggak bisa dihubungi!"
"Bisa," jawab Dilla datar. "Cuma nggak diangkat aja."
Sontak Dani menggerutu. Suaranya mendadak tinggi seperti suara ceret di atas kompor ketika air yang dimasak di dalamnya sudah matang. Dilla cuma bisa menangkap ocehan sang kakak di bagian ujungnya saja. "Masa berantem sampe seminggu gitu, sih, Dil?"
"Ya, harusnya?"
"Menurut agama, kita itu nggak boleh diam-diaman lebih dari tiga hari, lho."
"Lah, kakak sama bapaknya Jara udah diam-diaman berapa tahun?"
Dani mendengkus. "Kamu udah mau nikah, lho, Dil! Udah tunangan kalian," Dani tak sama sekali tergoda untuk berbelok membahas masalahnya meskipun Dilla mengungkitnya. "Dijaga hubungannya. Ini baru pacaran aja udah diam-diaman seminggu. Kalau udah nikah terus tingkah kamu kayak gitu, bisa bubar juga rumah tangga kamu! Lebih cepet dari kakak! Naudzubillahimindzalik!"
"Ya, jadi mendingan dipikir-pikir lagi, kan?" Dilla menatap kosong teve yang menyala di hadapannya. Pikirannya melayang-layang tak tentu arah.
"Maksudnya?!" Seru Dani dengan suara melengking.
Dilla mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan membiarkan pertanyaan kakaknya tak terjawab. Ia tak ingin bicara terlalu banyak ketika bahkan ia tak yakin itu yang ia inginkan.
"Kamu udah tunangan, lho, Dil! Apa kata orang nanti?"
Kedua alis Dilla berpautan. Dahinya berkerut. "Kakak peduli banget kata orang?"
Decakan dari mulut Dani kembali terdengar. "Ck, bukan gitu! Kalau dikit-dikit putus gini, ngapain sok-sokan tunangan, sok-sok mau nikah segala?"
Lagi-lagi Dilla tak mampu memberi komentar. Sebab ia tahu betul bahwa yang dikatakan oleh sang kakak adalah benar.
Jika hubungannya serapuh ini, kenapa dia percaya diri sekali untuk segera menikah dengan Radit?
"Jangan gegabah, Dil!" Dani memperingatkan.
"Ya ... makanya, kan, aku bilang dipikir-pikir lagi. Itu namanya malah berhati-hati." Jawab Dilla pelan.
"Halah, halah. Kamu ngerti maksud kakak! Nggak usah diputar-putar kalimatnya." Balas Dani dengan cepat.