Si Paling Perhatian

486 44 13
                                    

"Hinata! Ada Sasuke nih!"

Kalimat tersebut menghentikan tawa Hinata yang sedang asik bercanda dengan Ino. Tatapannya beralih ke arah pintu kelas dan menemukan sosok Sasuke yang tengah berdiri sambil menenteng sebuah keresek kecil di tangannya. Hinata bangkit dari duduknya dan langsung menghampiri pemuda tampan yang merupakan sahabatnya tersebut.

"Udah makan belum? Tadi lo gak keliatan di kantin." tanya Sasuke saat Hinata sampai di hadapannya.

Hinata mengangguk, "Udah, Sas. Gak ke kantin soalnya hari ini gue bawa bekal dari rumah."

"Oh, pantesan." Sasuke menyerahkan keresek kecil yang sedari tadi dia pegang, "Nih, tadi beli ini takutnya lo belum makan."

Hinata menerima keresek tersebut lalu memeriksa isinya. Di dalam keresek itu ada sebuah roti rasa keju, dua buah risol mayo dan sekotak susu. Hinata tersenyum senang, "Wow, makasih, Sas!"

"Hm, sama-sama." Sasuke menepuk pelan kepala Hinata, "Ya udah, gue balik ke kelas ya."

"Oke, bye."

Sasuke terkekeh kecil lalu meninggalkan Hinata sambil melambaikan tangannya. Saat sosok pemuda itu sudah menjauh, Hinata segera kembali ke tempat duduknya.

"Gila, gak heran sih lo naksir." kata Ino saat Hinata kembali duduk di sampingnya sambil mengeluarkan satu persatu makanan yang Sasuke bawakan untuknya lalu menaruhnya di laci meja. "Udah ganteng, baik, perhatian lagi. Minusnya judes aja sih." lanjut Ino.

"Sasuke gak judes ya." sanggah Hinata.

"Ya ke elo doang, Ta. Sama yang lain mah buset, senyum aja susah banget kayaknya."

Hinata tertawa, apa yang dikatakan Ino memang benar. Sasuke itu susah senyum. Padahal sudah sering Hinata tegur untuk lebih ramah pada orang lain, tapi sahabatnya itu tak mau mendengarkan. Alasannya ribet, katanya.

"Sasuke kayaknya naksir juga sama lo deh, Ta." celetuk Ino.

Ino mengatakan hal itu tentu bukan tanpa dasar. Tapi melihat perlakuan Sasuke pada Hinata selama ini, menurutnya tidak masuk akal jika pemuda tampan dari jurusan otomotif itu hanya melihat Hinata sebagai sahabat.

Tawa Hinata otomatis berhenti. Gadis itu mencubit lengan Ino.

"Aww!" pekik Ino. Cubitan Hinata sebenarnya pelan, tapi tetap saja cubitan itu meninggalkan rasa sakit di lengannya. "Kok nyubit sih?!" protes gadis cantik itu sambil mengelus pelan lengannya yang sakit.

"Ya lagian ngomongnya sembarangan!"

"Dih, sembarangan apanya coba?" Ino menatap Hinata serius, "Nih, ya, Sasuke tuh perhatian banget sama lo. Perhatiannya tuh tumpah-tumpah banget gitu masa sih bukan karena naksir sama lo? Gak wajar ah sahabat doang kayak gitu banget, beda pokoknya beda!"

"Perhatian tumpah-tumpah.. apaan coba? Aneh banget bahasa lo." balas Hinata yang malah salah fokus pada istilah yang digunakan Ino.

Ino mendecak, "Ck, ya maksudnya perhatiannya Sasuke ke lo tuh kebangetan gitu lah."

"Ya elah, No, Sasuke gitu tuh karena emang dia dari dulu, dari kita kecil, biasa kayak gitu. Jadi lebih ke kebiasaan aja sih." kata Hinata.

Kini pikirannya mulai melayang ke masa-masa yang lalu. Sasuke dari dulu memang selalu perhatian pada Hinata. Itu karena mereka berteman sejak kecil dan orang tua Hinata itu suka berpesan pada Sasuke untuk menjaga Hinata. Sasuke kecil yang pada dasarnya memang penurut, tentu menuruti permintaan Mama dan Papa Hinata.

Hinata tiba-tiba terkikik geli ketika teringat Sasuke kecil yang lucu dan menggemaskan. Ia juga jadi teringat, dulu waktu mereka masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, Sasuke pernah memarahi salah satu teman sekelas mereka karena membuat Hinata menangis. Lucunya, Sasuke juga ikut menangis waktu itu. Sasuke kecil marah-marah sambil berderai air mata. Saat guru bertanya pada Sasuke kecil kenapa ia ikut menangis, Hinata ingat dengan jelas jawaban sahabatnya itu adalah karena ia merasa gagal menjaga Hinata.

Beautiful Secret (SASUHINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang