20

318 29 0
                                    

"kakak~."rengek Gibran manja

"Apa sih!! Iih geli tau, kamu tuh dah gede Gibran!"balas Ella

"Kenapa aku harus menjalani hukuman bareng kakak, perasaan aku gak punya salah, yang bolos kerja kan kakak kok aku ikut-ikutan dihukum."sambung Gibran menggerutu

"Gak punya salah!? Hey! Siapa yang kehilangan uang sampai miliaran tapi gak sadar!! Walaupun kita orang kaya miliaran juga punya arti lain kali dengan uang itu kita bisa menggaji karyawan, secara gak langsung kamu membuat para karyawan itu gak punya gaji bulan ini."balas omel Ella

"Tapi kan itu uang yang dijatah buat aku, aku kan gak pakai uang perusahaan."bela Gibran

"Tapi kamu seharusnya tahu pentingnya uang itu!! Ini karena ayah dan ibu terlalu memanjakanmu, makanya konsep uang yang ada di pikiranmu terlalu samar."omel Ella

"Tapi bukankah sama saja papah dan mamah juga memanjakan kakak."gerutu Gibran

"Gibran!! Sekali lagi kamu menimpali Omelan kakak, kakak siram pakai air bekas cucian, biar sekalian otak kamu tambah fress."omel Ella sembari mengangkat ember berisi air bekas cucian dan mengarahkannya kepada Gibran

Gibran langsung terdiam dan menggelengkan kepalanya lalu menganggukan kepalanya

  Mereka kini tengah di restoran milik sang ayah, tadi sore mereka dipanggil sang ayah untuk datang

  Kirain mau ngajak mereka makan bareng nyatanya malah menghukum kakak beradik itu untuk mengelap piring

  Iya mengelap bukan mencuci

Orang yang bertugas mencuci piring ada di dekat Ella

                         ••••••••••••

  Arman pernah berkata kalau yang terpenting dalam hidupnya adalah hubungan darah (chapter 2)

  Jujur setelah Arman mengetahui bahwa baik jiwa maupun raganya bukanlah kakaknya dia melakukan segala upaya untuk mencari jejak kakaknya (chapter 8)

Ruang lingkup Aruna sempit seharusnya mudah bagi Arman untuk mencari jejaknya

   Namun saat mencari jejak Aruna dimulai dari sekolahnya (Aruna sempat sekolah umum), gurunya, dan juga dari para pelayan lama yang berkerja di situ

   Dan hasilnya selalu nihil mereka hanya mengenali Aru yang sekarang tapi tidak mengingat Aruna yang dulu

   Berbagai foto Aruna dari masa bayi sampai dewasa pun hanya foto tubuh tampa wajah

Bahkan foto tahunan keluarganya yang dipajang di ruangan depan, foto mereka berempat hanya foto Aruna yang tidak memiliki wajah

Anehnya paman pelayan dan para tamu yang datang ke tempat itu tidak merasa aneh sama sekali

   Seakan-akan itu adalah pemandangan yang wajar

  Dan yang paling membuat Arman heran wajah Aru dan dirinya sama sekali tidak memiliki kemiripan

   Tapi banyak yang mengatakan bahwa wajah mereka mirip jujur saja selain bentuk bibir mereka yang sama-sama penuh

  Sebenarnya Tidak ada yang bisa di gambarkan bahwa mereka mirip

    Arman juga sudah bertanya kepada Aru apa dia mengingat seperti apa kakaknya atau gambaran tentang kakaknya

   Aru hanya tau gambaran umum tentang Aruna dari novel yang dibacanya sementara dari ingatan yang diperolehnya

  Wajah Aruna dikosongkan jadi percuma saja Arman bertanya kepadanya

     Dan selain dirinya tidak ada orang yang mengingat keberadaan Aruna dulu

    Bahkan Arman merasa semakin dia menolak keberadaan Aru semakin dia melupakan tentang Aruna dan jejaknya

  Mau tidak mau dia harus menerima Aru

  Perlahan tapi pasti Aru membawa warna baru dalam hidupnya

  Arman bahagia untuk kehidupannya sekarang

   Dia akan lebih bahagia jika Aruna juga ada di sampingnya

  Jujur Arman masih mementingkan hubungan darah seperti bagaimana Arman tidak mau melepaskan perusahaan yang dibangun oleh ayahnya

    Arman menyayangi Aru tapi seandainya jika Aruna kembali ke dunia ini dan dia hanya bisa membuat satu pilihan antara Aru dan Aruna

   Maka tanpa ragu-ragu dia akan memilih Aruna sekalipun dia tahu itu pilihan terburuk baginya

   Tapi jika Arman tahu Aruna yang selama ini ia anggap kakak ternyata juga tidak memiliki hubungan darah dengannya

  Apakah Arman tetap bisa memilih tanpa ragu-ragu antara Aru dan Aruna?

                           ••••••••••••






"Yudha! Please jangan tinggalin aku."ucap Andisa memeluk pria didepannya

"Lepas! Ingat perjanjian kita, kalau kali ini kamu gak bisa memenuhi kebutuhan aku, mending kita pisah!"balas Yudha melepas paksa pelukan Andisa

"Aku pasti akan memberikan kamu uang, kamu tenang saja, kamu bisa bersabar kan! sebentar lagi."ucap Andisa dengan memohon

"Dis, kurang sabar apalagi aku ini! Lelang kali ini amat sangat penting untuk posisiku di perusahaan, lebih baik aku mencari orang lain untuk dimintai bantuan."balas Yudha

"Gak--gak biasa!! Kamu hanya milik aku, kamu hanya bisa meminta bantuan kepadaku!! kamu gak boleh minta bantuan kepada orang lain!!"teriak Andisa dengan ekspresi gila

"Aku milik diriku sendiri!!"seru Yudha melepaskan tangan Andisa

"Melangkah sekali lagi aku akan menyebarkan rahasia kamu pada dunia!"ancam Andisa

"Lakukan saja! Maka aku juga akan bunuh diri dan kamu tidak akan pernah bisa menemui aku lagi."balas Yudha

"Yudha!! Kalau kamu bunuh diri aku juga akan mengikutimu!!"teriak Andisa

"Kau!!"

"Yudha is ok, aku pasti akan membuatmu memenangkan lelang ini, dan kamu tidak akan jatuh dari posisi kandidat pewaris! apapun akan aku lakukan untuk kamu."ucap Andisa lembut sembari memeluk Yudha

"Ck, aku beri kamu kesempatan sekali lagi, jika kali ini gagal lebih baik kita saling bunuh."balas Yudha

"Iya tidak apa-apa, asalkan mati di tanganmu aku bahagia."balas Andisa dengan ekspresi gila

Ini alasan kenapa saat pertama kali Aru bertemu FL dia merasa najis (chapter 10)  bukan karena sifatnya yang munafik karena dirinya sendiri juga munafik

  Tapi karena obsesinya pada ML yang bikin najis

                          ••••••••••

Cuplikan episode berikutnya

Ml dan FL mulai banyak ambil peran

Aru kedatangan tamu gak diundang dari dunianya siapakah itu?






Maaf buat para pembaca sekalian mungkin
Mulai dari chapter ini author bakal slow update

   Karena author lagi sakit awalnya batuk pilek gak taunya malah kena serangan asma ringan

 
   Mohon doanya ya biar author bisa cepat sembuh

pikirannya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang