1. Awal Mula

10 2 6
                                    

Sakit..

Tolong..

Aku tidak mau mati..

Tenggorokannya terasa sakit, bagai terjatuh dari ketinggian, seluruh tubuhnya terasa remuk. Gadis itu meringkuk di lantai ruangan dengan sedikit pencahayaan yang dapat menyoroti seluruh badan yang penuh memar dan terluka parah.

Aroma amis darah menyeruak, membuatnya mual. Saat dia memiringkan tubuhnya ke samping hendak muntah, sosok lain yang  berjongkok di sampingnya sedari tadi itu tersenyum tipis.

"Hai," sapanya lembut, berusaha terlihat ramah, tapi suaranya justru terdengar tajam dan tak berperasaan. Tidak ada kenyamanan saat gadis itu mendengarnya, malah semakin mengundang gejolak mual di perutnya.

Bagaimana dia bisa lupa? Pria yang saat ini tersenyum menatapnya, mengelus rambutnya sayang, justru menjadi penyebab penderitaan yang sedang ia rasakan.

"Ma-af," Belvina tidak tahu mengapa takdir membawanya ke tempat ini hanya untuk disiksa dan dibuat hina, seumur hidupnya, dia tidak pernah merasa seputus asa ini.

Setelah tak sengaja menggilas seekor anjing karena mengemudi secara ugal-ugalan, dia berakhir di tempat ini, dibuat hampir mati oleh pemilik anjing yang begitu terluka melihat peliharaan kesayangannya mati terbelah menjadi dua.

Pada akhirnya Belvi diseret setelah mukanya ditonjok berkali-kali, hidungnya patah, dia pingsan dan saat terbangun dia sudah berada di tempat ini, setengah tubuhnya telanjang hanya menyisakan pakaian dalam.

Dia tidak tahu? Apa saja yang orang itu sudah lakukan padanya.

Belvi tahu dia salah dan mengatakan akan bertanggung jawab.

Dia bahkan akan memberikan setengah harta warisannya saat pemilik anjing itu menatapnya terluka, seolah tertampar atas kehilangan salah satu hal yang paling berharga.

Tapi, itu hanya anjing. Dan Belvi tak sengaja membunuhnya. Itu saja.

Adakah manusia yang tega membunuh manusia lain hanya karena seekor anjing?

"Maaf?"

Pria tinggi itu memilih berdiri, menuju ke sudut ruang di mana ada sebuah meja, di atasnya tersusun berbagai perkakas berbagai ukuran. Bersenandung riang, dia mengambil sebuah martil.

"Lo mau gue maafin? Setelah ngebunuh anjing gue dengan keji lo pikir masih pantas dapat maaf?" tanya pria itu, nadanya terdengar tajam menusuk. Belvi yang berbaring tak berdaya mengangguk ketakutan, dia tidak ingin mati secara menyakitkan.

"Lo tau? Orang yang berani ngeludahin anjing gue aja gue bikin jadi manusia panggang, dia gue bakar hidup-hidup, tulangnya gue jadiin makanan anjing gue." kepala martil itu berat, bahkan tubuh pria sekekar itu agak sulit mengangkatnya. Alat itu, jika digunakan untuk memukul kaki manusia, pasti kaki manusia itu akan langsung hancur. "Jadi~ Apa yang membuat lo mikir gue bisa maafin lo?"

Belvi mulai berteriak, dia merangkak menjauh ketika pria itu mengangkat martil lalu menghantamnya di kaki kanannya, untungnya pukulan itu tidak kena.

Atau, memang sengaja dibuat meleset?

Pria itu menatap tertarik. Entah perasaannya saja atau bagaimana? Saat gadis itu merangkak, mirip sekali dengan anjingnya.

Dia tertawa ngakak. Benar benar mirip, yang membedakan hanyalah warna rambutnya.

"Lo..."

"Am-ampun." Gadis itu meringkuk, memeluk dirinya sendiri di sudut ruang. "Aku akan kasih kamu apapun. Uang? Aku punya banyak, sebutin jumlahnya berapa aja, aku bakal kasih. Aku juga nggak akan laporin kamu ke polisi. Tapi tolong, aku masih mau hidup."

Seluruh tubuhnya bergetar saat ia menangis, penampilannya sangat kacau. Gadis itu benar benar putus asa.

"Kenapa lo masih mau hidup?" pria itu berjongkok di depannya, sedikit memiringkan kepalanya tidak paham.

"Aku... masih punya dendam pada seseorang," cicit Belvi, balik menatap kedua iris gelap yang memandanginya dengan pandangan kosong. Dia tidak berbohong, beberapa jam lalu sebelum nasib buruk ini menimpanya, Belvi memang ingin mati. Dia mengendarai mobil secara ugal ugalan dan berniat menjatuhkan diri ke jurang, tidak sampai dia teringat pada dendam yang memupuk di hatinya, Belvi berusaha berhenti, tidak boleh mati sebelum melihat orang itu tersiksa di depan matanya sendiri. Tapi, sekuat apapun dia mencoba, mobilnya tidak bisa berhenti. Mengalami rem blong, mobil itu terus melaju.

Lalu, tanpa disengaja, menabrak seekor anjing milik seseorang.

"Dendam?"

Dia mengangguk. Dia mungkin takut pada pria itu, tapi yang membuatnya lebih takut justru meninggal sebelum dia berhasil membalas dendam.

"Baiklah.. gue punya penawaran bagus." Pria itu tersenyum lebar, menampilkan seluruh gigi depannya, juga dua gigi taring yang tampak runcing. "Lo bisa bikin orang yang lo benci itu berada di posisi lo sekarang."

Belvi berkedip dua kali, gadis itu terlihat bingung. Tangan pria itu terulur mengelus rambutnya, menepuk nepuk pucuk kepalanya, membuat Belvi merinding.

"Gue kasih waktu 2 jam buat lo mikir-"

"Aku setuju!" Belvi menggenggam pergelangan tangan itu, membuat si empunya tangan terkejut. Dia tidak bodoh, dia paham apa yang pria itu katakan. Tidak perlu memberinya waktu 2 jam untuk berpikir, dia menjawab pertanyaan itu hanya dalam dua detik. "Kamu boleh nyiksa aku, tapi tolong buat orang yang aku benci jauh lebih tersiksa."

Huh?

Pria itu tertawa. Gadis ini~ lucu juga.

"Kamu boleh bunuh aku setelah bunuh orang yang aku benci duluan," tambahnya tanpa ragu.

"Nggak-nggak, itu nggak baik. Nyakitin hewan peliharaan itu dosa." Pria itu bangkit, mengulurkan tangannya dengan tubuh agak membungkuk. "Auris, panggil gue Auris."

"Auris?"

"Hn..." Pria itu, Auris, tersenyum semringah. "Mulai sekarang, gue majikan lo..."

Belvi mendongak, bibirnya menjadi lebih pucat, seluruh tubuhnya menggigil.

"Dan mulai sekarang, lo jadi anjing peliharaan gue dan gantiin Keiya."

Ini... Terdengar gila.

"Gonggong dua kali untuk Ya!"

"Guk! guk!"

HAHAHAHAHAHAHAHAHAA

.





.








.

Yeah inilah akibat kelamaan nggak nulis, otak jadi tercemar, berakhir nulis book sensitif dan tercela ini HAHAHAHAHA
Bodo amat lah yg penting sy suka hahahahaha

Bye~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong Way to Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang