Pagi hari seisi sekolah dihebohkan dengan foto Zio yang berciuman dengan Shanin di lobi apartemen itu. Banyak spekulasi-spekulasi yang bermunculan. Namun, semuanya memiliki kesamaan yaitu kebencian pada Shanin.
Bahkan saat Zio dekat dengan Seria atau gadis-gadis sebelumnya, tidak ada yang seperti ini. Belum lagi Shanin yang masih target bully kelas."Cewek sialan," umpat Stella dengan rahang yang merapat kuat.
"Dia tenyata cewek licik, bitch!"
Baru saja dirinya umpati, sosok yang kini sangat dibencinya itu menampakan diri di depan kelas. Dengan wajah lugu yang semakin menyulut amarah Stella. Stella langsung berjalan cepat menghampiri lalu memberi tamparan dengan kuat.
"BERANI-BERANINYA LO GODAIN ZIO!"
Shanin memegangi pipinya yang terasa panas. Dirinya menatap Stella tidak mengerti.
"Aku nggak pernah goda Zio!"
"Terus ini apa?!"
Shanin terdiam saat Stella menunjukkan fotonya saat dicium oleh Zio. Orang gila mana yang bisa mengambil gambar dari kejadian yang sesingkat itu.
Shanin memekik tertahan saat rambutnya ditarik dengan kencang. "Lepasin."
Tubuh Shanin didorong hingga punggungnya membentur tembok. Rahang Shanin dicengkeram kuat. Stella menggerakkan tangannya memberi tanda dan beberapa anak lain langsung menghampiri.
Salah satunya membawa air mineral. Pipi Shanin ditekan agar mulutnya terbuka, lalu mereka memaksa meminumkan air itu hingga Shanin tersiksa dan terbatuk-batuk. Air mata kini berlinang di pipi gadis itu berkat rasa sakit di dadanya.
"Jalang!"
Shanin sudah tidak tahu siapa yang melakukan, bajunya ditarik begitu kencang hingga membuat beberapa kancingnya terlepas. Shanin memeluk dirinya dengan panik, mencoba menutupi baju yang terbuka itu. Mereka tidak menyerah, terus menarik baju Shanin hingga terkoyak di mana-mana.
"PERGI!" Shanin memekik kencang di sela isakannya.
Mereka sama sekali tidak menggubris.
"KALIAN NGGAK DENGER ZIO MAU MASUK KELAS?" Suara Ryan memekik kencang.
Kebringasan perempuan-perempuan itu seketika terhenti. Mereka mulai menyingkir, meninggalkan Shanin yang terduduk dengan menyedihkan di atas lantai. Shanin menggigit bibir menahan isakan. Dia mencoba membenahi bajunya yang terkoyak-koyak itu.
Sebuah tangan tiba-tiba terulur di hadapan Shanin. Shanin perlahan mendongak dan menatap Zio.
"Kamu belum terlambat."
Tangan Shanin terlihat mencengkeram. Air mata semakin berjatuhan dengan cepat.
"Ayo."
Shanin pun perlahan mengangkat tangannya lalu menerima uluran Zio. Pria itu tersenyum manis lalu membantu Shanin untuk berdiri. Ia melepas jaketnya lalu memasangkan pada tubuh Shanin.
Zio mengusap air mata Shanin dengan lembut. "Nggak papa, semua bakal baik-baik aja."
Selanjutnya Zio pun membawa Shanin ke dalam gendongannya.
oOo
Zio membawa Shanin pada sebuah gedung apartemen yang tidak jauh dari sekolah. Shanin tidak tahu milik siapa, yang jelas bukan Zio karena pria itu kini menekan bel.
Shanin sama sekali tidak mengeluarkan suara, dirinya hanya terdiam di samping pria itu.
Tak lama pintu pun terbuka, menampilkan seorang gadis yang beberapa tahun lebih tua dari Shanin. Wajahnya terlihat heran saat melihat Shanin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Memories
Teen FictionShanin kehilangan adiknya, satu-satunya keluarga yang dirinya punya. Hingga terkuak fakta jika adiknya ternyata bukan murni meninggal karena kecelakaan, tapi dibunuh! Sebuah bukti mengarah pada Zionathan, orang yang punya kuasa tinggi hingga mudah m...