Hari-hari selanjutnya berjalan mulus bagi Andira, kecuali tentang Angga yang belum membelikannya tempat tidur. Andira tidak mungkin meminta, karena ia hanya tamu di rumah ini. Hubungannya dengan Angga pun membaik, Andira sudah bisa menyesuaikan diri dengan sikap Angga yang cerewet dan usil. Angkasa pun sudah merasa nyaman bersama Andira.
Semuanya berjalan begitu sempurna sampai hari ini datang.
Dua bulan sudah Andira tinggal di rumah Angga, hari ini Andira duduk di ruang keluarga dan menonton televisi sambil mengunyah oreonya, sedangkan Angkasa juga duduk tenang sambil menjilati krim oreo. Angga? Angga masih di rumah sakit dan sekitar 30 menit lagi baru sampai di rumah.
"Kalau aku ketahuan sama papa kamu gimana ya? Kamu udah boleh makan oreo belum, sih?" Andira menarik oreo dari tangan Angkasa untuk menggodanya. Angkasa menggapai-gapai tangan Andira dan mulai merengek. Bukannya langsung memberikannya, Andira malah menggerak-gerakkan tangannya dan membuat Angkasa kesal. Akhirnya, Angkasa duduk diam dan memasang muka cemberut.
Andira tidak kuat jika Angkasa memasang muka cemberut seperti itu, begitu imut dan menggemaskan. "Na'ah, not that face, Angkasa."
Andira menyerah, ia mengembalikan oreo yang sudah basah itu kembali ke tangan Angkasa. Andira menjawil pipi gembul Angkasa kemudian memeluknya erat. Angkasa diam saja diperlakukan seperti itu oleh Andira. Karena Andira memang sering melakukannya. Kegiatan peluk memeluk itu terhenti ketika bel rumah berbunyi. Andira menggendong Angkasa dan berjalan menuju pintu.
"Tumben papa sudah pulang." Kata Andira.
Andira membuka pintu itu dan terlihatlah seorang yang begitu asing baginya. "Anda siapa?"
"Loh, kamu siapanya Angga?" balas orang itu dengan tatapan menyebalkan.
.
.
.
Andira dan orang itu duduk berhadapan di ruang tamu. Untungnya, tadi Bi Sumi datang dan menjelaskan pada Andira bahwa orang itu adalah mantan istri Angga yang bernama Aurora. Dan Bi Sumi menjelaskan pada orang itu bahwa Andira adalah Baby Sitter untuk Angkasa. Angkasa yang tidak mengerti apa-apa masih saja menjilat oreonya.
"Memangnya Angkasa sudah bisa makan oreo?" tanya Aurora sambil memperhatikan anaknya. Tadi, Aurora mencoba menggendong Angkasa namun disambut tangisan dan pemberontakan dari tubuh Angkasa.
Andira mengangguk pelan. "Dia sudah 6 bulan, sudah biasa diberi biskuit."
"Tapi ini oreo bukan biskuit bayi biasa, kamu jangan kasih makanan sembarangan untuk anak saya!" Aurora mulai meninggikan suaranya.
"Loh, saya Baby Sitternya Angkasa, saya tahu pasti perkembangan dia. Saya yakin tidak akan ada masalah hanya karena dia menjiati krim oreo." Balas Andira tidak mau kalah, baru pertama bertemu saja, Andira sudah tidak suka dengan mantan istrinya Angga. Kenapa sih dulu Angga mau nikah sama malaikat pencabut kesabaran ini?!
"Kamu jadi Baby Sitter saja sombongnya selangit! Saya ibunya! Derajat saya lebih tinggi dari kamu!" Aurora mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
"Anda memang ibunya, tetapi lihat saja tadi, Angkasa bahkan tidak mau Anda gendong! Dan masalah derajat, saya rasa tidak ada hubungannya. Karena yang membayar saya adalah Angga bukan Anda!"
"Angga itu suami saya!"
"Mantan mungkin maksud Anda."
Aurora diam, Andira juga diam.
Keheningan terpecahkan ketika mendengar suara bel dan suara Angga yang berteriak. "KOK GAK ADA YANG BUKAIN? ANGKASAAA PAPA PULAAANG BAWA MAINAN LOOHH."Andira menggerutu, disaat tegang seperti ini, bisa-bisanya Angga begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romance[PART DIPRIVATE ACAK] Andira lupa ingatan! Yang dia lihat pertama kali adalah wajah dokter tampan yang bernama Angga. Baru saja Andira merasa tertarik, ternyata Angga sudah punya anak. Malah, Andira menyanggupi untuk jadi babysitter anak Angga. U...