Dua anak yang baru sampai di asrama itu langsung menghempaskan diri mereka ke sofa.
"AHHHH---, capek banget hari ini."
"Bener, capek fisik sama mental ini mah."
Amora dan Chesa yang baru saja sampai di asrama pukul setengah 5 sore. Sepulang sekolah tadi, mereka berdua langsung melanjutkan untuk pertemuan klub musik.
Untuk pertemuan pertama dilakukan di kelas masing-masing. Dimana ada coach yang akan masuk dan membimbing mereka.
"Kenapa hidup kita dikelilingi manusia jahat ya, Ra?" keluh Chesa sambil menutup wajahnya.
"Apa kita kurang berbuat baik ya Ches?" balas Amora lemah.
Tadi, saat pertemuan klub musik. Coach mereka benar-benar galak. Mereka disuruh latihan pernapasan dan juga menyanyikan nada-nada lagu. Masih pertama kali, pastinya banyak dari mereka yang fals.
Mereka kira coach akan membimbing mereka dengan lemah lembut, ternyata mereka salah. Mereka dibimbing dengan tegas dan penuh emosi. Makanya, Amora bilang mereka bukan hanya capek fisik tapi capek mental juga.
"Arghhhhh---"
Ambar yang baru saja turun dari kamarnya itu menatap heran Amora dan Chesa. Mereka masih tetap pada posisi setengah terlentang di sofa dengan pakaian seragam.
"Kalian kenapa deh? Kusut banget."
Chesa membuka matanya dan memelas di hadapan Ambar, "capek tau kak habis pertemuan klub musik! Lo denger suara gue serak gini."
Ambar tertawa mendengarnya, "Emang dapet coach siapa?"
"Siapa Ra namanya?" bukannya menjawab, Chesa malah beralih bertanya kepada Amora.
"Coach Fedly apa Fadly gitu tadi."
Ambar yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. "Pantes aja, paling tegas itu coach emang, kuat-kuat aja kalian kalau kena beliau."
Amora dan Chesa yang mendengar itu semakin frustasi.
"Tapi mending coach Fadly si daripada Denaya," ujar Ambar.
"Kenapa?" Chesa bertanya penasaran.
"Denaya mode leader galaknya gak ngotak anjing. Pernah sampai bikin anak orang nangis dia."
"Bukannya di tenangin, itu anak yang nangis malah disuruh keluar. Katanya ganggu anak-anak yang lain."
Ambar mengucapkan itu dengan nada pelan, agak takut jika mungkin suaranya terdengar oleh Denaya.
"Buset emang titisan mak lampir," Amora yang mengatakan itu.
Chesa mengangguk menyetujui, "berati anak-anak yang masuk klub musik peminatan itu harus punya mental baja."
Ucapan Chesa itu mendapatkan balasan tertawa dari Ambar dan Amora.
--
Malam harinya, lima orang sedang duduk di meja makan. Dua orang belum terlihat, jadi mereka berlima menunggu agar lengkap semua kemudian baru makan malam. Dari hari pertama mereka di asrama, memang sudah menjadi kebiasaan bagi mereka jika harus menunggu semua orang lengkap, baru bisa makan.
Sekitar 10 menit menunggu belum ada tanda-tanda Ashel dan Denaya untuk bergabung di meja makan, Arumi kemudian menyuruh Amora untuk memanggil mereka berdua. Amora langsung menolak tegas permintaan Arumi itu.
"Gak mau ih, kakak aja sana yang panggil sendiri."
Arumi berdecak kesal, ingatkan dia untuk melakban mulut Amora. Arumi kemudian berdiri dari kursinya untuk beranjak memanggil dua anak lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024