MPLS

97 18 91
                                    

Kalau tidak suka silakan skip

     Pagi yang cerah dengan langit yang biru sangat menghiasi hariku yang spesial ini. Ya, pertama kali menginjakkan kaki di tempat yang ingin sekali kumasuki. Tempat menimba ilmuku setelah jenjang Sekolah Dasar ku telah usai. Setelah itu kau Lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Aku berada di lapangan yang ada di SMP Negeri Bakti wiyata 01. Bukan hanya aku yang ada di lapangan slipper 10 kali 4 meter ini, namun ada 320 siswa yang lulus dari PPDB di berbagai jalur.
     Para guru pun mulai memperkenalkan diri kepada semua murid di depan lapangan ini. Setelah setelah semua guru memperkenalkan diri di depan lapangan ini kami pun dibagi menjadi 10 kelas huruf alfabet dari mulai kelas A sampai kelas J. Dan ya, aku mendapatkan kelas 7F yang artinya aku dan teman dekatku berbeda kelas karena dia mendapatkan kelas 7A. Dia adalah Evelyn Eka Prasetya. Dia adalah temanku sedari kecil. Dia baik, pintar, cantik, dan rendah hati. Sifatnya tidak bisa digambarkan dengan kata kata. Dia sangat luar biasa menurutku.
     Tapi sekarang ini, kami sedikit ada masalah. Tapi aku yakin, hubungan pertemanan kami akan terus bertahan karena kita berteman sejak 8 tahun yang lalu hingga kini. Aku memandanginya dari jauh. Dia sangat bahagia dengan teman barunya sekarang. Namun aku belum mendapatkan di hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Dan bahkan aku dengan Nirmala Charlista Putri yang tak lain teman sebangkuku di hari pertama masuk sekolah baruku ini.
     Menurutku dia orang yang ramah dan baik hati. Aku sedikit menyukai sifatnya itu. Bertutur kata yang lembut kepada semua murid.
   "Sangat langka," ucapku dalam hati.
Aku sangat memperhatikan betul di saat ia memperkenalkan diri di depan murid-murid yang lain tersenyum simpul yang membuatku sedikit tertawa.Dia anak yang culun,berkacamata.Namun dia dikenal banyak orang,berbeda denganku Aku hanya mengenal beberapa teman saja. Sekarang aku cukup dekat dengan teman sekelasku di kelas tujuh ini. Mereka sangat baik saat awal kita berkenalan.
     Pada saat itu terbilang baik-baik saja namun, bukan berarti seterusnya sifatnya tidak berubah. Saat Beberapa hari kemudian teman-temanku mulai menjauhiku tanpa alasan. It happened suddenly.Aku cukup terkejut karena pada saat itu tidak ada yang mau berteman denganku Aku dijauhi dan diasingkan aku duduk sebangku dengan murid yang sama dikucilkan denganku seorang murid yang sama dikucilkan-nya denganku. Dia adalah Nazila Hanifa.
     Dia baik dan perkataan tentang Zila pun tidak sesuai dengan sifatnya yang sekarang.
Aku mendapatkan informasi yang cukup mengejutkan untukku mengenai sikapku dipandangan teman-temanku. Aku mendapatkan informasi itu dari teman sekelas ku semasa SD.Ia pun sama terkejutnya denganku, karena ia juga pernah sangat dekat denganku.Bagaimana bisa sikapku berubah drastis sebelum satu tahun setelah purnawiata SD.
   "Siapa yang ngomong gitu mbak?," tanyaku kepada seorang gadis yang selisih 2 tahun dariku tapi ia masih seangkatan denganku. Dia bernama Aurellya Daffina Zyfa yang katanya lebih nyaman dipanggil Zyzy atau Zyfa.
   "Gua gak mau nyebut namanya sih, pokoknya temen sekelas lo," ucapnya yang kemudian melahap kue yang di genggamnya sedari tadi. Dia memang terbiasa menggunakan bahasa lo-gue karena dia asli Jakarta. Dan mengikuti gaya bicaranya meskipun belum cukup bagus, karena aku bukan lahir di Jakarta. Aku di Surabaya dan aku besar Jakarta. Aku ikut ayahku yang bekerja berpindah kota.
   "Arline? Aurel? Mala? Fira? Zoey? Elmira? Lia? Meisa? Jeeclyn? Kamila? Nifa? atau Mala?," tanya yang menyebut teman sekelasku yang menurutku mengatakannya pada Zyzy.
   "Gua cuma mau ngomongin apa yang mereka omongin ke gua dan gua juga gak mau nyebut nama, nanti gua yang salah," ucapnya.
   "Saran gua sih ubah sikap lo yang itu, gua yakin lo bisa," timpalnya.
   "Lo percaya sama mereka mbak?," tanyaku.
   "I don't know, kalo kenyataannya mereka bilang gitu. Lagipula mereka juga tau kan sikap lo di kelas, kan mereka sekelas sama lo," jawabnya sembari mengusap punggungku yang lalu meninggalkanku sendirian di depan kelasnya. Ya, dia tidak sekelas dengan ku. Dia kelas dapat kelas 7G.
     Aku pun duduk di taman kecil yang berada di depan kelas mbak Zyzy. Aku merenungi ucapan yang dilontarkannya tadi. Aku masih tidak percaya, mengapa sebutan itu untukku yang dibentuk sendiri oleh teman sekelasku. Dan bahkan teman SD ku mempercayai nya. Setelah cukup lama di taman, aku pun masuk ke kelasku dan menunggu guru masuk tuk memberikan materi pembelajaran. Dan ya, selama itu aku hanya duduk dan tidak berbincang apapun ke Nazila dan ke lainnya pun tidak.
     Dia memang anak yang baik jarang sekali membuka suara. Dan bahkan aku tidak pernah melihatnya mengukir senyuman di wajahnya. Guru pun tiba. Kami semua serentak berdiri dan memberikan salam. Yang lalu duduk setelah di persilakan tuk duduk oleh guru. Guru menjelaskan materi,pandanganku memang menghadap ke depan. Tapi, tidak dengan pikiranku. Aku masih memikirkan mengapa mereka semua menjauhiku. Secara tiba-tiba. Dan bahkan temanku semasa SD pun kini tidak mempercayaiku lagi. Aku pun menghela napasku. Mengapa ini semua terjadi? Padahal dulu aku memiliki teman.
   "Oke anak-anak, ada pertanyaan?," tanya bu Dista selaku wali kelas ku yang juga mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Ucapan beliau menyadarkanku yang sedari tadi melamunkan permasalahanku sendiri.
   "Tidak ada bu," jawab wakil ketua kelas, yang tak lain adalah Jeeclyn Claretta Angelina jenengku yang biasa kupanggil Jeeclyn. Dia pintar dan juga hemat suara. Siswa lain pernah mengira Jeeclyn anak yang sangat nakal, dan juga pandangnya membuat semua siswa takut. Tapi dibalik rumor itu, sebenarnya Jeeclyn anak yang ceria dan juga akrab dengan siapapun.
   "Oke kalau begitu, silakan kalian buat kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 4 siswa.
Degg
Kelompok?
Mereka semua telah memiliki kelompok. Sedangkan aku? Aku sangat benci dengan kelompok belajar.
   "Gue kelompok sama siapa?," tanyaku kepada teman yang berada di bangku depanku yang tak lain adalah Elmira Adristi.
   "Sama gue, Sifana, sama Nazila," ucapnya sembari mencari bukunya dalam tas.
   "Yakin?," tanyaku keheranan. Dan seperti yang terjadi saat. Aku dijauhi banyak teman. Dan entah mengapa Elmira tidak seperti yang lain. Dia memiliki sifat seperti bidadari.
   "Kenapa gak yakin? Lagi pula lo gak ada kelompok kan? Jadi, yaudah sama kita aja," ucapnya menatapku.
   "Kenapa lo gak sama yang lain?," tanyaku kembali menundukkan kepala.
   "Yang lain udah kelompok. Lagipula yang mereka omongin tentang lo gak semuanya bener. Setiap manusia juga pasti ada sifat maupun sikap yang gak disukai orang lain. Ataupun juga mereka belum terbiasa dengan sifat maupun sikap lo. Seharusnya sih dibiasain menerima apapun kekurangan maupun kelebihan dari seseorang. Itu hukumnya berteman. Ada masalah di setiap pertemanan itu wajar, jadi lo juga harus ubah sikap lo. Gue bukan mendukung mereka, tapi gue cuma mau lo punya temen kayak dulu." ucapnya bijak.
   "Makasih ya," tuturku sembari mengukir senyuman di wajahku yang membuat mata ku sedikit tersipitkan.
     Setelah belajar di sekolah yang membutuhkan waktu 8 jam di sekolah yang dimulai pukul jam 6,akhirnya kegiatan sekolah pun selesai. Para murid pun kembali ke rumahnya masing-masing. Seperti biasa aku selalu dijemput dengan ibuku yang selalu menggunakan sepeda motor nya yang ber merk Honda Kirana. Ibuku memiliki selera yang unik. Semua barang miliknya jarang sekali kulihat sama seperti orang lain.
     Setelah sampai di rumah kecilku, aku pun menuju kamar yang sering kusebut tempat ternyamanku. Semua benda yang ada di kamarku berwarna merah muda. Aku memang menyukai warna itu sampai saat ini. Aku memandangi foto diriku saat kecil yang sedang memainkan biola. Mengingatkanku pada masa kecilku yang sudah tertarik dengan dunia musik. Ya, aku memang sangat tertarik dengan dunia musik sedari kecil. Hal itu aku dapatkan saat aku mulai dekat dengan kakak sepupuku yang juga mulai memasuki dunia seni musik. Aku juga terbilang mirip dengan kakak sepupuku. Dari mulai wajah hingga hobi. Ia bernama Alena liora amanda. Ia hanya berselisih umur 2 tahun denganku.
~Ting~
     Ponselku berdenting. Aku pun langsung mengambil benda itu yang berada di saku rok ku yang saat ini sedang ku kenakan berwarna biru senada dengan warna seragam yang sedang membalut tubuhku.
     Pesan itu masuk ke dalam ponselku. Aku pun melihat siapa yang mengirim pesan itu. Setelah ku lihat, aku pun melemparkan pandangan tak acuh ke arah jendela. Ya, pesan itu dari Neo mahendra wijaya. Teman sekelasku saat ini dan juga teman sekelasku pada masa SD. Dia memang mudah bergaul dengan siapapun tanpa memandang gender. Dia asik. Dia juga dikenal dengan sebutan "Sepuh" karena dia memang pintar di semua pelajaran. Dia tidak seperti siswa laki-laki lain. Dia sangat pintar.
 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa pertemanan SMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang