Chapter 1: Fog of the Past
Hutan itu adalah tempat yang sunyi, terpencil, dan hampir tidak dapat dijangkau oleh manusia. Di sana, di tengah keheningan dan kedamaian yang melingkupi setiap sudut, berdirilah sebuah pondok kecil. Ryuu Nakamura, seorang mantan pembunuh bayaran legendaris, memilih untuk menghabiskan sisa hidupnya di tempat ini, jauh dari hiruk-pikuk dunia yang pernah ia kenal. Pondok tersebut bukan sekadar tempat tinggal; itu adalah simbol dari kebebasan baru yang ia temukan setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang.
Ryuu, bersama istri tercintanya, Madeline, dan putri remajanya, Yuujin, telah menetap di pondok ini selama tiga tahun terakhir. Kehidupan mereka yang sebelumnya penuh bahaya dan intrik kini berubah menjadi rutinitas sehari-hari yang damai. Pagi-pagi, Ryuu akan berjalan-jalan di hutan, mengumpulkan kayu bakar, sementara Madeline menyiapkan sarapan. Yuujin, dengan semangat khas remaja, sering berlarian di sekitar rumah, mengejar kupu-kupu atau mencari bunga liar.
Namun, ketenangan ini bukan tanpa bayang-bayang masa lalu. Setiap sudut hutan, setiap desiran angin, seolah menyimpan rahasia kelam yang tak terucapkan.
Pagi itu, seperti biasa, Ryuu bangun lebih awal. Udara pagi yang segar menyapa wajahnya saat ia membuka pintu pondok. Ia menghirup dalam-dalam aroma pinus dan tanah basah, merasakan kedamaian yang sudah lama dirindukannya. Madeline masih tertidur di kamar, wajahnya tampak tenang dan damai. Yuujin, di sisi lain, sudah bangun dan sedang duduk di teras, membaca buku kesukaannya.
Ryuu menghampiri putrinya dan duduk di sampingnya. "Pagi, Yuujin. Apa yang kamu baca hari ini?"
Yuujin mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Buku tentang flora dan fauna di hutan ini. Menarik sekali, Ayah. Ada begitu banyak hal yang belum kita ketahui."
Ryuu mengangguk. "Hutan ini memang penuh misteri. Tapi itu juga yang membuatnya indah."
Setelah berbincang sebentar, Ryuu beranjak untuk memulai pekerjaannya. Ia mengambil kapak dari gudang kecil di samping pondok dan mulai memotong kayu. Setiap ayunan kapak mengingatkannya pada kekuatan yang masih dimilikinya, meski sudah lama ia tidak menggunakannya untuk hal-hal yang lebih gelap.
Saat matahari semakin tinggi, Madeline keluar dari pondok, menyusul suami dan putrinya di luar. "Pagi, sayang," katanya lembut sambil mencium pipi Ryuu. "Sarapan sudah siap. Ayo kita makan bersama."
Mereka duduk di meja kayu sederhana di luar pondok, menikmati sarapan sederhana namun lezat. Ryuu merasa begitu beruntung memiliki keluarga yang mencintainya, meski masa lalunya begitu kelam. Namun, di balik senyum dan tawa mereka, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantui Ryuu. Ia selalu merasa ada yang mengawasi mereka, meski ia tidak pernah menemukan bukti nyata.
Hari itu, saat Ryuu sedang mengumpulkan kayu di tepi hutan, ia mendengar suara yang aneh. Seperti desiran langkah kaki yang berhati-hati. Ia berhenti sejenak, mendengarkan dengan seksama. Namun, suara itu hilang begitu saja, seolah ditelan oleh hutan.
Saat senja tiba, Ryuu memutuskan untuk berjalan lebih jauh ke dalam hutan. Ia ingin memastikan bahwa tidak ada ancaman yang mengintai keluarganya. Setelah berjalan beberapa kilometer, ia tiba di sebuah sungai kecil. Di sana, di tepi sungai, ia melihat seseorang yang tak pernah ia duga akan bertemu lagi.
"Sato?" Ryuu terkejut melihat sosok pria berambut hitam dan bertubuh kekar itu. Sato adalah rekan sekaligus rivalnya di masa lalu. Mereka pernah berjuang bersama, namun juga pernah berseteru dalam bayang-bayang.
Sato menoleh dan tersenyum tipis. "Ryuu. Lama tidak berjumpa. Aku tahu kau akan menemukan tempat ini."
Ryuu berjalan mendekat, tangannya masih memegang kapak dengan erat. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau inginkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadows Behind Peace
ActionRyuu Nakamura, mantan pembunuh bayaran legendaris, telah meninggalkan dunia kelamnya untuk hidup dalam kedamaian di sebuah pondok terpencil di tengah hutan bersama istri tercintanya, Madeline, dan putri remajanya, Yuujin. Namun, ketenangan yang mere...