Pagi yang Gelap
Pagi menyingsing dengan hening di sekitar pondok kecil di dalam hutan. Ryuu dan timnya bangun lebih awal dari biasanya, siap untuk memulai hari dengan persiapan lebih lanjut. Dalam keheningan itu, Ryuu merasakan kegelisahan yang tumbuh dalam dirinya. Meskipun persiapan mereka sudah matang, ia masih merasa perlu untuk meningkatkan persediaan senjata dan amunisi mereka. Dan satu-satunya tempat yang bisa dia pikirkan adalah Markas The Sinister, tempat di mana Madeline, Yuujin, dan Kenzo sedang berada.
Setelah berkonsultasi dengan Haruka, Ryuu memutuskan untuk mengirimkan tim ke Markas The Sinister untuk mengambil persediaan senjata dan amunisi yang mereka perlukan. Namun, perjalanan ke sana tidak akan mudah. Markas The Sinister terletak jauh di dalam hutan, dan perjalanan menuju ke sana penuh dengan bahaya.
Ryuu memanggil Kazuo, Mei, dan Hiroshi untuk membahas rencana mereka. "Kita perlu membuat rencana yang matang untuk perjalanan ini," kata Ryuu dengan serius. "Kita harus memastikan bahwa kita bisa kembali dengan selamat dan dengan persediaan yang kita butuhkan."
Kazuo mengangguk setuju. "Aku akan menyiapkan rute terbaik dan membuat perencanaan untuk menghindari bahaya di sepanjang jalan."
Mei menambahkan, "Aku akan mempersiapkan peralatan yang kita perlukan, termasuk peta dan perangkat komunikasi."
Hiroshi berdiri dengan tegak. "Dan aku akan bertanggung jawab atas keamanan kita. Aku akan memastikan bahwa kita bisa menghadapi setiap ancaman yang mungkin kita temui di perjalanan."
Dengan rencana mereka sudah ditetapkan, Ryuu dan timnya bersiap untuk perjalanan yang berbahaya menuju Markas The Sinister.
Perjalanan mereka dimulai saat matahari baru saja terbit di ufuk timur. Mereka berjalan dengan hati-hati melalui hutan yang sunyi, menghindari jebakan dan ancaman yang mungkin mengintai di setiap belokan. Kazuo memimpin dengan tegas, mengarahkan mereka melalui jalur yang paling aman.
Selama perjalanan, mereka menghadapi berbagai tantangan. Mereka harus menghindari jebakan beruang, mengatasi sungai yang deras, dan bersembunyi dari pandangan musuh yang mungkin berada di sekitar mereka. Namun, dengan keahlian dan keberanian mereka, mereka berhasil mengatasi setiap rintangan yang mereka temui.
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, mereka akhirnya tiba di depan gerbang Markas The Sinister. Tempat itu terlihat misterius, dikelilingi oleh dinding tinggi dan dijaga ketat oleh para penjaga yang siap bertarung. Namun, Kazuo tidak ragu-ragu. Ia segera mendekati penjaga dan menjelaskan tujuan kedatangan mereka.
Setelah diperiksa dengan ketat, mereka diizinkan masuk ke dalam markas. Mereka disambut oleh seorang petugas logistik yang siap membantu mereka dengan persediaan yang mereka butuhkan. Ryuu menjelaskan kebutuhan mereka kepada petugas itu, dan dalam waktu singkat, mereka diberi perbekalan senjata dan amunisi yang mereka butuhkan.
Dengan persediaan mereka sudah lengkap, Ryuu dan timnya bersiap untuk kembali ke pondok. Namun, sebelum mereka meninggalkan Markas The Sinister, mereka dihadapkan pada sesuatu yang tidak terduga.
Ketika mereka hendak meninggalkan markas, mereka bertemu dengan seseorang yang mereka tidak duga akan ada di sana: Madeline, Yuujin, dan Kenzo.
Madeline tersenyum lembut saat melihat ayahnya. "Kami juga pergi untuk mendapatkan persediaan, Ayah. Kami tidak ingin kalian bertarung tanpa perlengkapan yang cukup."
Ryuu merasa terharu melihat kepedulian anak dan istrinya. "Terima kasih, Madeline. Aku sangat bangga denganmu."
Sambil menuju keluar dari Markas The Sinister, mereka berjalan bersama-sama, membawa persediaan yang mereka butuhkan untuk bertarung melawan musuh yang mengintai di hutan itu.
Dengan persediaan senjata dan amunisi yang cukup, Ryuu dan timnya sekarang siap menghadapi pertarungan yang akan datang. Dengan Madeline, Yuujin, dan Kenzo bersama mereka, mereka merasa lebih kuat dan lebih siap dari sebelumnya.
Saat matahari terbenam di ufuk barat, mereka kembali ke pondok, siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya. Dengan persiapan yang matang dan tekad yang kuat, mereka bersatu sebagai satu keluarga dan satu tim, siap menghadapi bahaya dan melindungi yang mereka cintai.
Di bawah langit yang penuh bintang, mereka bersama-sama menghabiskan malam itu di pondok kecil di dalam hutan. Dalam kebersamaan mereka, mereka menemukan kekuatan dan keteguhan hati untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
Saat mereka duduk mengelilingi perapian, mereka tahu bahwa pertarungan belum berakhir. Tetapi mereka juga tahu bahwa dengan persatuan mereka, mereka bisa mengatasi setiap rintangan yang mungkin datang di jalan mereka.
Mereka adalah keluarga Nakamura, dan bersama, mereka adalah bayang-bayang di balik kedamaian yang akan melindungi apa yang mereka cintai.
To Be Continued...
Dalam bab berikutnya, keluarga Nakamura dan tim pelindung mereka akan menghadapi serangan besar dari musuh yang lebih kuat dan lebih terorganisir. Mampukah mereka bertahan? Dan apakah ada rahasia lain yang akan terungkap
3.5
KAMU SEDANG MEMBACA
Chapter 4: Supplies Procurement Plan
ActionRyuu Nakamura, mantan pembunuh bayaran legendaris, telah meninggalkan dunia kelamnya untuk hidup dalam kedamaian di sebuah pondok terpencil di tengah hutan bersama istri tercintanya, Madeline, dan putri remajanya, Yuujin. Namun, ketenangan yang mere...