05

1.6K 199 37
                                    

Hari ini adalah weekend. Dimana mereka semua bebas untuk keluar asrama maksimal sampai jam 10 malam. Ada yang pulang ke rumah masing-masing, tetapi banyak juga yang tetap berada di asrama, karena cuaca hari ini buruk, mendung dan angin kencang. Jadi, menurut mereka lebih baik berada di dalam asrama saja lebih aman.

Seperti pagi ini, Ambar baru saja akan mandi pada pukul 11 siang. Ia menyampirkan handuk di bahunya, dan berjalan sambil bermain ponsel sanbil bersenandung. Ia memang membawa ponsel ke kamar mandi, karena biasanya Ambar sambil mendengarkan musik di ponselnya.

Bruk

Matanya mengerjap saat tidak sengaja menabrak bahu Denaya yang ada didepannya. Dirinya sudah was-was jika kena semprot. Tetapi yang ia lihat saat ini hanya Denaya yang menatap ke arah dirinya dengan sayu sambil memegangi perut.

"Gue mau ke kamar mandi,"

Setelah mendengar ucapan Denaya itu, Ambar tidak langsung menjawabnya. Ia memikirkan kata-kata yang baik untuk dia ucapkan.

"Yah, tapi gue udah gerah banget De mau mandi. Gue dulu ya, please?" tanya Ambar dengan cemas. Ia tidak bohong untuk mengatakan bahwa dirinya sudah sangat gerah.

Denaya seperti memikirkan sesuatu, lalu mengangguk. "Yaudah."

Setelah itu Denaya pergi ke lantai bawah, sepertinya akan memakai kamar mandi bawah. Ambar yang melihat itu heran sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Udah gitu doang? Ih kok tumben gak ngereog?"

--

Di lantai bawah, ternyata kamar mandi juga masih antri. Ada Chesa yang berjongkok di depan pintu kamar mandi sembari bermain ponsel. Seakan merasakan ada seseorang, Chesa mendongak melihat Denaya yang berjalan ke arah dirinya.

"Di dalam siapa?" Tanya Denaya pelan.

Chesa mengerjap sejenak, kemudian menjawab dengan suara tak kalah pelan. "Kak Ashel."

Denaya yang mendengar itu mendengus sebal. Hari ini adalah red days, perutnya benar-benar nyeri. Bahkan saat berjalan-pun ia harus pelan-pelan sambil memegang perutnya.

"Kalau udah selesai, panggil gue."

Denaya kemudian mengambil air putih hangat dan ia bawa ke ruang tamu. Setelah meminum beberapa teguk, ia kemudian membaringkan badannya miring di sofa dengan kaki sedikit tertekuk. Nyeri di perutnya lumayan reda, tapi beberapa saat kemudian nyerinya terasa kembali, bahkan semakin nyeri. Ia sampai tidak sadar bahwa rintihannya sampai terdengar ke Chesa.

Chesa yang mendengar itu, menengok ke arah ruang tamu. Dimana Denaya merintih kesakitan sambil meringkuk di sofa.

Chesa yang merasa kasihan itu berjalan mendekati Denaya. Ia memberanikan diri untuk berjongkok di hadapan Denaya.

Denaya yang merasa ada seseorang di depannya membuka matanya perlahan. Yang Chesa lihat, mata Denaya tampak berkaca-kaca dan mukanya sangat pucat.

"Kak, kenapa?" tanya Chesa khawatir.

Lama Denaya hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Chesa. Bibirnya terus mengeluarkan keluhan sambil memegang perut. Dahinya juga mengeluarkan keringat.

"Perutnya sakit banget kak?" tanya Chesa yang langsung dibalas anggukan pelan oleh Denaya.

Chesa kemudian bangkit, "tunggu ya, kak." Ia kemudian beranjak untuk pergi mengambil sesuatu.

Beberapa saat kemudian, Chesa kembali sambil membawa menstrual patch miliknya. Ia berpikri bahwa denaya merasa nyeri di perutnya karena sedang red days.

CHANGED [BABYMONSTER] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang