Sohee terkekeh, dia kemudian tersenyum bangga setelah berhasil membalut tangan kiri Anton yang sedikit melepuh akibat siraman air panas barusan. Untung saja tidak terbakar serius, kalau iya bisa-bisa kedai kecil ini disidak polisi dengan tuntutan enggak-enggak. Sohee mendapatkan uang saku dari kedai ini, jangan sampai deh tempat penting dalam hidupnya ini ditutup karena kejadian bodoh.
"Udah, all better." Ucap Sohee.
"Thanks." Cicit Anton, suaranya kecil seperti takut kalau ketahuan.
"Lain kali hati-hati, kan sayang kalau kulitnya kebakar," ujar Sohee seraya merapikan kotak P3K yang diberikan oleh Shotaro barusan.
"Lagian, dongo banget sih. Udah tau megang air panas, bisa-bisanya gak fokus!" tegur Sohee.
Anton tertawa kecil, canggung dan ragu. Ketika tangannya dipegang oleh Sohee barusan, dunia seperti berhenti berputar. Saking kencangnya jantung berdetak, Anton sampai bisa mendengarnya pakai telinga sendiri. Lebay, tapi emang beneran. Kulit Sohee lembut, beradu dengan telapak tangan kapalan karena mengangkat beban berat di gym. Kalau dari dekat begini juga Anton jadi paham kenapa dia seperti jatuh cinta pada pandangan pertama; Sohee itu ganteng, imut, baik hati lagi. Misalnya gak diselamatin dari kejadian pemalakan dua hari lalu, kayanya Anton trauma dan gak mau sekolah lagi.
"Sorry. First time nyobain soalnya," balas Anton sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Iya iya, seenggaknya luka lo gak parah. Perbannya jangan dibuka dulu, biarin kulitnya sembuh sendiri. Inget!" seru Sohee.
Anton tersenyum. "Iya, dokter." Sarkasnya.
Sohee lalu memalingkan pandangannya ke langit-langit kamar. Ternyata Anton meninggali kamar ini, dulu kamar ini sempat dijadikan gudang untuk menyimpan barang-barang keperluan kedai. Salah satunya ya papan tulis kapur dan suplai melukis yang sengaja Sohee titip supaya tidak ribet membawanya terus dari rumah. Kamar ini jadi bersih, lampu oranye sudah diganti LED, pun sekarang nuansanya lebih nyaman dan modern. Netra Sohee fokus pada beberapa poster yang Anton pasang di dinding kamar.
"Suka Star Wars juga?" tanya Sohee tiba-tiba.
"Suka." Jawab Anton.
"Kaya si Jeongwoo," gumam Sohee dalam hati. "Kenapa?" tanyanya lagi, kali ini suaranya kembali ke volume normal.
"Ya seru aja. Alien, perang, politik, romance, keluarga," balas Anton. "Kamu suka juga?"
Sohee menggeleng. "Enggak, gue sukanya film horror aja atau enggak ya paling animasi keluaran Disney."
"Oh, oke."
Hening. Anton kikuk, berusaha menetralisir degupan jantungnya sambil memutar otak supaya obrolan terus mengalir. Anton merutuk, dia kesal karena otaknya mendadak macet kalau dalam tekanan seperti sekarang ini. Untungnya, Sohee sudah terlanjur melanjutkan obrolan sebelum Anton menanyakan pertanyaan aneh.
"Udah gak apa-apa, 'kan?" Sohee menatap Anton, memastikan si pemuda sudah tidak kesakitan lagi.
Anton mengangguk pelan.
"Oke deh kalo gitu, gue izin ke bawah dulu ya? Ada kerjaan soalnya." Ujar Sohee sambil berdiri, dia melambaikan tangannya pelan kemudian keluar dari kamar Anton yang ada di lantai atas.
Setelah Sohee keluar, Anton membaringkan tubuh di atas kasur sambil berteriak ke bantal. Untung saja suaranya teredam, kalau enggak bisa-bisa dianggap kerasukan. Gak tau kenapa, si pemuda Amerika ini seperti gak bisa berakting normal setelah berinteraksi dengan Sohee barusan. Duh, kalau begini, sepertinya Anton harus belajar cara mendekati orang a la orang Indonesia supaya Sohee gak kaget!
YOU ARE READING
Teh dan Kue Keranjang | Anton x Sohee
Fanfiction[bxb, non-baku, local] Anton, si barista ogah-ogahan di kedai kopi milik neneknya mendadak rajin kerja karena setiap sore bertemu dengan Sohee, si pelukis yang begitu indah.