☁ happy reading ☁
☁
Cakrawala mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi. Hanya dengan cara itu ia menyalurkan emosi dalam dirinya. Ia selalu teringat kejadian di sekolah tadi.
Vior dan kedua temannya itu memang sering mengganggu Cakrawala. Semua itu bermula begitu Cakrawala mencoba menghentikan aksi Vior dan teman-temannya yang tengah memalak seorang siswi. Namun, keadaan berbalik menjadikan Cakrawala mainan Vior dan antek-anteknya.
Dulu Cakrawala tak bisa melawan begitu ia diseret ke atas rooftop dan dipukuli habis-habisan. Tak jarang ia pulang dengan badan memar. Vior dan kedua temannya sudah sering di beri peringatan. Bahkan di skors pun pernah. Tapi nampaknya hal itu tak membuat preman itu jera. Seolah menindas siswa siswi yang lemah adalah kesenangan baginya.
Baru sekarang Cakrawala mencoba melawan. Walau pada akhirnya ia tetap kalah. Andai Angkasa tak datang mungkin tubuhnya di penuhi memar lagi.
Sepuluh menit perjalanan, Cakrawala sampai di tempat tujuannya. Bukan rumah tempat ia tinggali tempatnya berhenti sekarang. Tapi sebuah bangunan sedang minimalis dengan interior aesthetic.
Cakrawala sampai di tempat ia bekerja paruh waktu. Sebuah kafe bernama Sweetcafee. Cakrawala bekerja disana sudah 3 bulan lebih.
Renald, sang pemilik kafe mengijinkannya bekerja dari pulang sekolah sampai jam 10 malam saat kafe tutup.Cakrawala melangkah masuk ke dalam setelah memarkir motornya di parkiran khusus karyawan. Ia menyapa beberapa karyawan lainnya. Kebanyakan dari mereka usianya lebih tua dari Cakrawala. Hanya satu orang yang usianya sepantaran dengan Cakrawala. Namanya Feri. Pemuda itu juga sudah datang untuk bekerja di shift siang.
"Oii Cak." sapa Feri sembari mengenakan apron miliknya.
Cakrawala yang tengah mengganti seragamnya, mengangguk membalas sapaan Feri.
"Abis berantem lo. Pipi lo lebam," celetuk Feri melihat pipi Cakrawala lamat. Nampak lebam membiru membekas di sana.
Cakrawala memegang pipinya pelan. "Ini abis jatoh." elak pemuda itu sembari memakai apronnya.
Feri hanya mengangguk mendengar hal itu. Setelah selesai, kedua pemuda itu keluar dari ruang ganti menuju ke depan untuk memulai pekerjaan mereka.
🌥🌥🌥
Waktu menunjukkan pukul 10:15 malam. Angkasa tak bisa tidur di kamarnya. Ia gelisah menunggu seseorang pulang ke rumah. Sedari sore tadi kedua orang tuanya nampak marah mengetahui satu hal yang mereka dari sekolah. Angkasa khawatir kemarahan kedua orang tuanya akan meledak nantinya. Maka dari itu ia tak bisa tidur.
Sebuah suara motor terdengar memasuki garasi rumah. Angkasa menahan nafasnya begitu mendengar suara motor adiknya yang baru pulang. Ia bergegas keluar kamar menuju ke lantai bawah untuk menemui adiknya itu.
Baru saja kakinya menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, sebuah tamparan keras ia dengar dari arah samping bagian rumah.
Plakk!!
"MAU JADI ANAK SEPERTI APA KAMU??!" bentak seseorang dengan suara besarnya. Angkasa tau siapa itu. Faris, ayahnya yang ternyata menunggu kepulangan adiknya.
Angkasa bergegas menghampiri asal suara tersebut. Dilihatnya adiknya di marahi habis-habisan oleh ayahnya.
"Di sekolah berantem, pulangnya pun kamu masih keluyurann!! Kamu pikir papa gak malu? Hah?!" marah Faris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja bersama Cakrawala [HIATUS]
Fiksi RemajaSetiap orang mempunyai badai dan pelanginya masing-masing. Begitu juga dengan Cakrawala. Pemuda dengan segala pesonanya tapi nyatanya menyimpan luka yang amat dalam. Hingga Senja datang. Mewarnai dan menghangatkan hidup Cakrawala yang penuh abu-a...