Cahaya mentari berusaha memaksa masuk melalui sela-sela tenda, membuat perlahan tidurnya terganggu. Sesekali ia merasakan perih pada lututnya, ia meringis beberapa kali hingga akhirnya perlahan ia membuka matanya secara perlahan. Gadis itu mendudukkan tubuhnya kemudian terkejut karena seorang gadis tengah mengobati lukanya dengan telaten.
Namun, karena mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya, dengan cepat Rachel mendorong teman satu tendanya itu. "Jangan sentuh gue!"
Fadel menoleh dengan tatapan bingung, kini mengerutkan keningnya heran. "Shel, itu lukanya lagi gue obatin," jelasnya kemudian kembali berusaha meraih kaki Rachel. Lagi dan lagi, Rachel menahan tubuh Fadel. Bahkan, kini gadis itu mulai memukul Fadel dengan hoodie yang sebelumnya ia kenakan sebagai bantalan kepalanya. "Eh, Shel! Aduh!"
Fadel memundurkan tubuhnya, bahkan sampai keluar dari tendanya. Dari luar tenda, Hazel dan Misya yang kebetulan sedang berada di luar tenda melihat Fadel yang menerima pukulan Rachel berkali-kali. Hal tersebut berhasil membuat Kathrina dan beberapa temannya yang tadinya berada di dalam tenda, kini keluar dari tendanya masing-masing, menonton kejadian tersebut.
"Rachel! Lo kenapa sih?" tanya Fadel tidak paham dengan situasi. "Itu luka lo masih basah!" Berapa kali pun Fadel mencoba mendekatinya, Rachel terus menghindar. Dengan cepat gadis itu berlari, sedikit tertatih mendekati Hazel, bersembunyi tepat di belakangnya, memeluk tubuhnya erat.
"Gak mau sama Fadel. Aku mau sama kamu, Zel. Please, izinin aku sama kamu."
Hazel yang terkejut tentu berusaha melepas pelukan tersebut. Namun, tangan Rachel yang melingkar tepat pada pinggangnya tertaut begitu erat, membuat Hazel akhirnya pasrah. "Del, biarin gue ngobrol dulu sama Rachel." Hazel menghela napasnya panjang, kemudian meminta obat yang tengah Fadel genggam. Usai diberikan oleh Fadel, Hazel menggenggam jemari Rachel, membawanya sedikit menjauh untuk mengajaknya berbicara berdua.
Misya menghampiri Fadel yang sedang memijit pelipisnya pelan. "Jangan terlalu dipikirin, Del. Nanti juga dia baik lagi. Mungkin, dia trauma sama apa yang terjadi kemarin malem," ucap Misya berusaha menenangkan Fadel. Gadis tomboy itu mengangguk, kemudian tersenyum pahit.
Beberapa saat kemudian, Fadel berjalan meninggalkan Misya yang dengan cepat menahan tangannya. "Lo mau kemana?!"
"Cari Florisha."
Fadel melepaskan tangan Misya yang menggenggam jemarinya erat, kemudian kembali beranjak pergi begitu saja. Mencari keberadaan Florisha yang sudah dapat dipastikan ini adalah ide jahat yang dilakukan olehnya. "Cewe licik!"
Dari kejauhan, Kathrina, Gita, dan Gian hanya menatap Fadel yang sedang berlari dari kejauhan. Kathrina yang berdiri tepat di sebelah Gita hanya menggelengkan kepalanya. Gita melirik kilas Kathrina. Namun, saat menyadari tepat di sebelah Kathrina ada Gian, Gita segera menarik tubuh Kathrina mendekat. Gadis itu merangkul perut Kathrina, membuatnya sedikit terkejut.
"Git? Are you jealous, hm?" bisiknya tepat di telinganya, menggoda Gita. Gadis itu melirik Kathrina kemudian beralih menatap Gian dengan tatapan datar. Tidak menutup kemungkinan bahwa Gita benar-benar cemburu setiap kali Gian berada di sekitar Kathrina.
"Gak."
"You sure?"
Gita melepas pelukannya, menarik jemari Kathrina untuk menjauh dari Gian. Setidaknya, ia membuat Gian tidak berada di sekitar pacarnya. "Udah, mending kita prepare, packing semua barang yang kita bawa buat pulang nanti. Aku gak mau nanti ada barang yang ketinggalan karena kamu ceroboh."
"Bilang aja kamu mau berduaan sama aku di tenda. Iya, 'kan?" celetuk Kathrina yang dibalas dengan anggukan dari Gita. Membuat gadis itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat, kemudian tersenyum—menahan rasa geli yang tiba-tiba hadir. "Posesif banget ... suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed (END)
Fiksi Penggemar"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana dan menyenangkan, tiba-tiba berubah menjadi mewah namun begitu menyesakkan? Mulai dari masalah kelua...