Sugar Daddy

7.1K 378 150
                                    

Dada Febri naik turun dengan cepat menahan amarah yang sedang membumbung tinggi melihat seseorang yang sedang bercumbu di halaman belakang kampus.

Tadinya Febri pikir jalan pulang ke gerbang belakang akan menjadi lebih cepat daripada ia memakai gerbang depan. Tapi bukannya cepat, kakinya seolah tertancap sesuatu melihat dua sejoli yang asik berciuman di koridor yang sepi.

Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh sampai jarinya memutih. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun layaknya lahar panas yang akan meletus sebentar lagi.

Dengan kekesalan yang ada Febri melangkah lebar menuju keduanya, tangannya menarik lengan si lelaki sampai cumbuan mereka terlepas.

"Apa-apaan ini?!" Serunya tidak terima. Tatapan melototnya beralih pada si perempuan yang bajunya kusut tak tertata.

"Lo yang apa-apaan, ngapain lo ganggu gue?" Liam menarik kasar lengannya yang di cengkram Febri.

"Lo selingkuh?!" Berang Febri menunjuk wajah Liam yang angkuh tiada dosa.

Liam mendengus malas, "iya, kenapa?"

Mulut Febri menganga tidak percaya, wajah Liam benar-benar tidak menampilkan ekspresi ketakutan karena terbukti selingkuh atau sekadar terkejut ketahuan olehnya.

"Dasar cowok brengsek!" Tangannya melayang menampar pipi Liam sampai terdengar suara yang begitu nyaring.

Kepala Liam langsung tertoleh ke samping, pipinya berdenyut hebat dengan rasa panas yang menjalar. Sedangkan perempuan di sebelahnya hanya diam saja memperhatikan dengan wajah terkejut.

"Udah?" Tanya Liam. Perlahan menatap Febri yang terengah kepayahan. "Kalo udah lo boleh pergi, lo ganggu kegiatan gue."

Mata Febri bergetar menahan air mata yang sudah berembun. Kedua tangannya benar-benar mengepal kuat, hatinya sakit sekali melihat kekasihnya selingkuh tanpa alasan atau dalih apapun. Seolah sengaja agar dilihat olehnya.

"Bener-bener cowok brengsek, kenapa lo lakuin ini? Apa alasan lo? Apa maksud lo kayak gini?"

"Karena lo ngebosenin." Jawab Liam cepat, tangannya merangkul perempuan di sebelahnya dengan santai, "coba lo inget-inget. Berapa lama kita jadian? Ah, 5 bulan, ya? Dan selama itu lo gak pernah mau gue sentuh, jangankan sentuhan, gue ajak pelukan aja lo gak pernah mau. Apalagi ciuman. Cih, sok suci."

Langkah Febri mundur dengan gerakan kaku, kepalanya menggeleng perlahan melihat wajah Liam yang acuh tak acuh. Muak sekali melihat wajah yang seakan tidak ada dosa itu. Rasa ingin mencabik-cabiknya sudah berada di ujung tangan.

"Jadi menurut lo cewek yang gampangan itu lebih nyenengin? Cewek yang selalu bisa di pake itu lebih lo suka? Apa bedanya dari lo yang nyewa jalang?!" Seru Febri tanpa mengindahkan suaranya yang menggelegar.  "Cowok bajingan! Cowok tukang celup! NAJIS BANGET GUE PERNAH SAYANG SAMA LO!!" Suaranya begitu keras hingga urat-urat lehernya tercetak jelas.

Liam hanya mendengus malas, "ya, ya, ya. Terserah. Kalo lo gak suka lebih baik lo pergi. Anggap hubungan kita udah berakhir. Cari aja cowok alim yang sefrekuensi sama lo."

Gigi-gigi Febri bergemeletuk menahan amarah, dia kembali menunjuk wajah Liam yang super menyebalkan dalam pandangan matanya.

"Awas lo sialan! Gue bakalan bikin lo nyesel senyesel-nyeselnya! Liatin aja, brengsek! Suatu saat nanti lo bakalan ngerangkak di bawah kaki gue!" Serunya hebat. Lalu Febri berbalik pergi dengan segera.

Meninggalkan Liam dan perempuan tersebut yang hanya memandang tak acuh. Mereka kembali melanjutkan kegiatan yang tadi terganggu.

****

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang