Di salah satu ruangan rumah sakit terdapat seorang pemuda bersurai coklat tampak duduk melamun di atas ranjang rumah sakit, kepalanya tertunduk membuat beberapa helai rambutnya menutupi sebagian wajahnya.
"Yukki, kamu jangan terus-terusan ngelamun kayak gini, kamu harus nerima ini." Ucap seorang wanita paruh baya yang bersurai sama dengan pemuda tadi.
Si pemuda mendongak menatap sang wanita. "Tapi, Bu. Yukki gak bisa nerima ini gitu aja, Yukki masih pengen sekolah dan ngeraih impian Yukki." Ucapnya.
"Tapi gak kayak gini juga, kamu ngelamun kayak gini juga gak bakal nyelesain apa-apa." Sahut ibu bertepatan dengan seorang pria paruh baya yang berjalan masuk dan duduk di samping ibu.
"Kalian bisa aja nyari pendonor mata, buat apa uang yang kalian punya kalo gak digunain buat bantu anak kalian?" Tanya Yukki dengan nada suara yang semakin naik, semenjak dokter mengatakan kalau penyakit dirinya tidak bisa disembuhkan, emosinya sering kali berubah-ubah dan sering melamun.
"Kenapa kalian diem aja? Seolah-olah kalian cuman ngebiarin hal ini terjadi, bukannya kalian punya uang? Gunain uang kalian bantu Yukki." Ucap Yukki yang semakin tak terkendali.
"Jadi apa lagi yang kalian tunggu? Cariin-"
"Yukkimiya Kenyu." Potong sang ayah.
"Cukup semua omongan kamu itu, kamu ngomong kayak gitu juga gak bakal bantu nyembuhin penyakit kamu. Kamu pikir selama ini kita gak berusaha nyari pendonor mata buat kamu?" Ujar sang ayah membuat Yukki seketika menunduk.
"Ayah." Ucap ibu menghentikan suaminya.
"Yukki, kamu harus bisa nerima ini semua, ibu tinggal dulu ya?" Ucap ibu menarik ayah keluar dari ruang rawat Yukki.
Yukki kembali tertunduk, merenungi semua perkataan orangtuanya. Tapi bisakah dirinya mengatakan apa yang selama dirinya tahan? Bahkan untuk sekedar melihat dengan jelas saja sudah tak bisa, tinggal menunggu waktu hingga seluruh penglihatannya menjadi gelap sempurna.
***
Di ruang keluarga yang besar di rumah bertingkat tiga, tampak dua orang gadis dan dua orang laki-laki yang terlihat sedang membicarakan sesuatu.
"Kamu yakin mau sekolah lagi? Kamu bisa aja ngejalanin home schooling." Tanya seorang laki-laki yang lebih tua di sana.
"Yakin, Lela juga gak bisa terus-terusan ngambil izin." Ucap seorang gadis bernama Lela.
"Gini, Abang cuman takut kalo kejadian itu ke ulang lagi." Ucap Abang.
"Tenang aja bang, Devan janji bakal jagain Lela sama Leli." Ucap Devan. Kenapa dirinya bisa berada di sana? Jawabannya adalah karena mereka masih memiliki hubungan darah, bisa dikatakan kalau Devan adalah keponakan si kembar dan hanya terpaut usia satu tahun lebih dan memutuskan untuk tinggal bersama.
"Yang bener kamu?" Ucap Abang yang tak yakin dengan ucapan Devan.
"Beneran, Abang bisa pegang janji Devan." Jawab Devan menunjukkan jari kelingkingnya.
"Jadi di izinin gak? Dia udah dua bulan loh ngambil izin." Kali ini Leli yang berbicara.
"Gimana ya? Agak gak yakin soalnya." Ujar Abang.
"Ayo dong bang, masa Lela gak dibolehin masuk sekolah lagi?" Pinta Leli kepada sang Abang.
Abang menghela nafas panjang. "Yaudah, Abang izinin tapi kalian harus jaga diri baik-baik." Ucap Abang memberi izin. "Terutama kamu, Devan. Abang pegang janji kamu." Tambahnya memberi tatapan tajam kepada Abang.
"Siap, bang." Ucap Devan melakukan pose hormat kepada sang Abang sebelum ber-tos ria dengan Leli.
***
Pagi hari telah tiba, para siswa-siswi sekolah VIS mulai berdatangan dan memenuhi seantero sekolah. Tak terkecuali juga dengan kedelapan siswa asal Indonesia yang datang dengan anggota lengkap, ya! Lela kembali bersekolah.
"Rayain gak sih? Rayain gak sih?" Tanya Hengki menaik turunkan alisnya, bermaksud untuk merayakan kembalinya Lela ke sekolah.
"Harus ada traktirannya sih kalo kata gue mah." Sahut Rofiq.
"Nah! Setuju tuh!" Timpal Devan.
"Kali ini yang neraktir kita... Riki." Ucap Fatir melihat catatan di ponselnya.
"Hah? Kok gue?" Tanya Riki mengalihkan fokusnya dari ponsel di genggamannya.
"Kan kita semua mah udah, tinggal Lo lagi." Jawab Hengki.
"Tapi coba kalian liat si Sera, dia kelihatan seneng banget liat si Lela balik ke sekolah." Celetuk Fatir.
"Ya iyalah seneng, orang gak ketemu dua bulan." Ucap Rofiq.
Singkat cerita, mereka telah sampai di depan kelas. Lela terlihat sedikit kebingungan melihat adanya perbedaan di dalam kelas, seperti Rin yang kini terlihat akrab dengan Chira dan tidak adanya dua orang laki-laki di kelas itu.
"Ryusei dikeluarin dari sekolah karena bikin anak dari sekolah lain masuk rumah sakit, kalo Sae dia pindah sekolah ke Spanyol ikut sama ayahnya." Ucap Riki memberitahu Lela yang terlihat kebingungan.
"O-oh..." Ucap Lela yang sedikit tergagap.
"Halo! Halo! Halo! Teman-teman satu kelasku!" Teriak Devan berlari masuk ke dalam kelas.
"Berisik bangke!" Ucap Shouei balas berteriak dan hendak melemparkan sepatunya ke arah kepala Devan kalau saja dirinya tak ditahan oleh Ren.
"Tebak siapa yang kembali?!" Tanya Devan tidak memperdulikan ucapan Shouei.
"Emang siapa yang balik?" Tanya Sei yang tak mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.
"Ta-da!!" Ucap Devan merentangkan tangannya dan menunjukkan Lela yang berdiri di sampingnya.
"Anjay! Si Lela balik!" Ucap Karasu.
"Si kembar udah lengkap coy!" Ucap Eita balas berteriak.
"Lo masih inget gue?" Tanya Ren yang terlihat lebih tenang daripada kedua laki-laki tadi. "Gue Ren yang sekarang jadi ketua kelas." Tambahnya.
Lela mengangguk kecil. "Iya, masih inget kok." Ucap Lela yang berjalan menuju bangku miliknya.
"Yukki kemana?" Tanya Lela kepada Leli dan Sera, menyadari teman sebangkunya tidak ada di sana.
"Ee... Gimana ya ngomongin nya?" Ucap Leli yang tampak bingung.
"Dia berhenti sekolah." Sahut Sera dengan wajah yang terlihat tak berdosa.
"Berhenti sekolah? Kenapa?" Tanya Lela lagi.
"Itu, penyakit dia makin parah dan gak memungkinkan dia buat sekolah lagi." Ucap Leli menjelaskan kepada kembarannya.
"Jadi gue sendirian sekarang duduknya?" Tanya Lela.
"Iya." Jawab keduanya.
"Tadinya gue mau pindah ke sini tapi gak jadi, gak dibolehin sama Ren." Ucap Sera yang kini sudah duduk di bangku miliknya dan melemparkan tasnya asal, sedikit menimbulkan suara gemerincing dari dalam tas membuat Oliver yang duduk di sampingnya menoleh ke arahnya.
"Lo bawa apa lagi sekarang?" Tanya Oliver yang penasaran dengan isi tas Sera kali ini.
"Kepo." Jawab Sera bertepatan dengan bel tanda masuk yang berbunyi nyaring, disusul dengan pak Renzo yang berjalan masuk menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Class
De TodoDiwajibkan membaca deskripsi terlebih dahulu 🙏🙏 Ini hanya halu saya, jika ingin tau bisa dibaca sekarang. Penasaran dengan semua kerandoman tingkah anak-anak kelas unggulan Victoria internasional school (VIS)? Ayo baca! Dijaman bikin mood balik, t...