34. Dengan Mu

8 4 2
                                    

Bersamamu itu anugerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamamu itu anugerah.

~Saujana.

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

*TYPO TANDAIN.

Tidak ada yang tahu takdir akan seperti apa. Tetapi, Nata sangat mensyukuri bahwa dalam takdirnya ia dipertemukan dengan Arina. Suatu kebanggaan tersendiri yang akan selalu ia agungkan untuk menjelaskan berapa beruntungnya bersama gadis itu.

Kini, di lobi bangunan sekolahnya Nata menunggu Arina. Tak lama gadis itu datang dengan mengguratkan sebuah senyuman.

“Ayookk.” Katanya menembus halus ke rungu laki-laki itu.

“Yuk,” Balas Nata. Keduanya berjalan keluar dari bangunan inti SMANSA menuju parkiran.

“Rin, boleh ke suatu tempat dulu engga sebelum pulang?”

“Ke mana?”

“Ke mama.” Ucap laki-laki itu dan mendapatkan anggukan serta senyuman dari Arina.

Namun, tujuan Nata kali ini berbeda dengan hal yang Arina pikirkan. Arina pikir dia akan pergi ke bangunan tinggi yang dihuni oleh manusia penggila kerja, tapi ternyata Nata menepikan motornya ke sebuah toko bunga. Laki-laki itu membeli satu buket bunga mawar putih. Lalu meminta Arina untuk memegangnya.

“Anak baik, mau ngasih surprise ke mama?” Celoteh gadis itu.

Nata tersenyum penuh arti. “Iya,” Arina ikut tersenyum. Sebelum melanjutkan perjalanan ia menyempatkan menghirup bunga mawar putih itu.

“Hmm, wangi.” Gumamnya bahagia.

Setelah menempuh perjalanan ke dua akhirnya mereka sampai di sebuah pemakaman. Arina tertegun saat turun dari motor. Ia salah mengira ....

“Ayok!” Ajak Nata.

Arina mengikuti laki-laki itu dari belakang. Mereka pun berhenti di sebuah makan beratasan nama 'Inggita Anjanika'
Nata mengambil bunga yang Arina pegang sebelumnya kemudian bersimpuh di pusaran itu.

“Assalamu'alaikum, mama,” Suara itu terdengar lebih lembut daripada Nata berbicara dengan Arina. “Maaf baru sempet lagi ke sini.” Imbuhnya.

Arina mengikuti gerakan Nata sebelumnya, gadis itu ikut bersimpuh. Ia membaca tulisan di atas baru nisan itu, dan menyadari bahwa ibu Nata telah berpulang dalam waktu yang cukup lama.

“Aku bawa seseorang, ma. Namanya Arina, dia cantik kayak mama.”

Mendengar penuturan itu hati Arina sangat tersentuh. Hati lunaknya seperti sedang disayat oleh benda tajam.

Nata menoleh pada Arina yang tertunduk. “Maaf enggak bisa terlalu lama, ma. Nata izin pulang, ya?” Kata Nata. Lalu ia memegang tangan Arina. “Udah, ayok pulang.”Ajaknya.

SAUJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang