3

221 22 6
                                    

Uchiha Sasuke adalah pria yang tidak akan membiarkan dirinya terjerumus ke dalam sebuah masalah yang tidak seharusnya datang. Penuh perhitungan dan sangat hati-hati, itu adalah ciri khasnya sebagai anggota dari keluarga Uchiha yang terpandang.

Tapi... Bahkan dirinya sekalipun, (mungkin tidak akan pernah menyangka) bahwa pria yang penuh dengan logika dan akal sehat itu baru saja melakukan hal yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya sendiri.

Bersembunyi bersidekap dada di balik dinding sambil memperhatikan perempuan berperut buncit yang memakan ramen di pagi hari.

Ah.... Ketertarikannya pada salah satu pegawainya itu ternyata mampu mengundang perhatian banyak pihak. Bahkan sampai detik ini-belum pernah tercatat di dalam sejarah manapun, kalau si bungsu Uchiha itu begitu tertarik dengan keadaan orang lain (terutama pada barisan wanita). Ia pasti akan langsung memecat atau mungkin memaki orang yang akan menghambat keuntungan bagi dirinya. Tapi untuk Sakura, itu seperti pengecualian yang istimewa.

Sasuke bahkan bersedia untuk selalu menjadi punggung setiap kali wanita bermahkota merah muda itu mengalami kesulitan.

Sasuke selalu berupaya menawarkan semua kehangatan, perhatian dan rasa cinta yang ia punya meskipun Sakura akan tetap memasang jeruji di sekitar hatinya.

Tak butuh waktu lama sebenarnya bagi pria secerdas itu untuk menyadari, mengapa Sakura selalu menatap langit siang sambil mengelus perutnya tapi juga menghapus matanya di saat yang bersamaan.

Yaa. Si pirang itu (pria terbodoh yang sialnya adalah rekan bisnisnya) menjadi jawaban dari segala pertanyaan yang terus bersarang di benaknya. Tentang; Siapa pria yang sangat beruntung yang bisa membangun tembok curam di hati wanita seperti Sakura?

Semua itu terjawab saat ia menjemput Sakura di rumah Naruto. Sebuah foto kecil berbingkai kayu yang terletak di atas meja menampilkan Sakura bersama pria itu berfoto dalam waktu yang sudah cukup lama.

Dan itu menjadi sekian alasan mengapa hari ini Sasuke tampak seperti elang yang siap mencabik-cabik sosok yang juga tak kalah menatapnya seperti serigala yang lapar.

Aroma perselisihan dan rasa tidak senang seolah menguar dari tatapan keduanya. Padahal seharusnya hari ini mereka bertemu untuk meninjau progres kerja sama yang sudah berjalan beberapa bulan. Dan jika bukan karena angka tender yang begitu menggiurkan, keduanya pasti punya alasan yang sama untuk sebaiknya mereka tidak saling bekerja sama. Dan mungkin akan lebih baik jika berakhir saja dengan saling bertukar pukulan.

Namun sayangnya, angkanya memang tidak bisa ditolak, dan keduanya seolah menelan ego dengan saling membubuhkan tanda tangan di atas selembar kertas pemersatu bangsa.
.
.
.

"Sakura, aku ingin Donburi untuk makan siang kita nanti. Akan kukirim alamatnya."

"Apa? Bukankah kita sudah sepakat untuk makan ramen berdua, Sakura-chan?"

"Apa msksudmu? Aku masih butuh Sakura untuk mengurus beberapa pekerjaan."

"Bukankah ini sudah waktunya istirahat? Wah..... aku tidak tahu kalau kau ternyata seorang bos yang tidak memiliki empati pada pegawainya."

Sakura, kepalanya terus bergerak seiring siapa yang sedang berbicara di antara keduanya. Begitulah keadaan dua orang yang sepuluh menit lalu baru saja berjabat tangan dan tersenyum, kini berubah menjadi saling menikamkan belati.

Baik Naruto maupun Sasuke masih meributkan tentang menu makan siang terenak dan siapa yang akan dipilih Sakura. Yang jika Sakura tidak sepolos itu untuk mengerti bahwa keduanya sedang bertaruh atas dirinya alih-alih makan siang. Keduanya hanya tidak bisa secara gamblang untuk mengatakan 'Sakura kau sebaiknya bersamaku saja'.

Loved You Yesterday, Love You Still, Always Have, Always WillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang