Forgotten 14

533 26 9
                                    

Yuki duduk beralaskan tikar rotan di sebuah rumah, yang dirinya sendiri tidak mempercayai di mana dia sekarang. Matanya menelisik seluruh pergerakan yang terjadi di sana dengan waspada.

SRET!

Tirai yang memisahkan ruang tamu –tempat Yuki duduk saat ini dan dapur tersibak, menampakan sesosok wanita yang terlihat sudah berumur.

"Nak Kiki," panggil wanita itu ramah. Kerutan di wajah dan tangannya tidak mengelakkan bahwa harusnya wanita ini sudah menikmati masa tuanya dengan beristirahat bersama anak atau pun cucunya, alih-alih hidup sendirian di sebuah tempat yang sangat jauh dari keluarganya.

Melihat sebuah nampan yang ada di tangan wanita yang melangkah ke arahnya itu, Yuki segera bangkit dan meraih nampan dengan kikuk dan hati-hati.

"Ini namanya ubi kukus." Wanita itu memperkenalkan sebuah makanan berwarna keunguan yang tidak pernah Yuki lihat.

"Kiki belum pernah makan?"

Sebuah pertanyaan yang begitu lembut terdengar, menarik kembali perhatian Yuki pada wanita yang berdiri di hadapannya dengan wajah yang terlihat sangat bersemangat. Yuki menggeleng pelan. Sekali lagi, hari ini dia mengalami 'Indonesia experience' setelah sekian lama tinggal di sana.

"Ditaburkan sama gula nanti jadi lebih enak."

"Oma! Oma!" Noah datang dengan begitu tergesa-gesa, membawa sebuah teko dan dua gelas kecil di tangannya, tanpa nampan. "Aku enggak bisa matiin apinya!"

Berbeda dari kebiasaannya sehari-hari, Noah kali ini berbicara dengan nada manja yang tidak biasa. Bahkan dia membuat raut wajah yang ditekuk, seolah-olah berusaha menarik perhatian wanita yang dia panggil 'oma' itu.

Yuki hanya memperhatikan interaksi keduanya dengan sesama. Berdiri dengan kikuk sambil membawa nampan. Menunggu percakapan yang sangat harmonis itu berakhir dengan sabar. Oma menarik kedua pipi Noah dan disambut dengan tawanya yang menggelegar. Oma melangkah pelan menuju dapur dan menghilang di balik tirai, setelah mengomeli Noah yang tidak bisa mematikan api dari tungku.

Setelah kepergian oma, tanpa permisi Yuki kembali duduk di lantai yang beralaskan tikar, menaruh nampan yang sedari tadi dia pegang dengan pelan. Disusul Noah yang dengan hati-hati menata gelas dan menuangkan teh dengan pelan.

"Kenapa lo ngajak gue ke sini?" tanya Yuki.

Noah duduk di samping Yuki dengan kaki terbuka lebar, layaknya seorang atlet yang kelelahan berolahraga. Senyumnya sangat tipis mengarah pada Yuki yang masih menanti jawaban.

Mereka melewati perjalanan yang memakan waktu lebih dari setengah hari, ke sebuah desa kecil yang menaiki daerah perbukitan. Hawa di sana terlebih dingin dibandingkan tempat tinggal mereka, membuat Yuki merasa jika mereka memasuki alam yang berbeda.

Tempat yang begitu jauh, untuk menemui seorang kerabat, nenek Noah dari sisi ibunya, yang ternyata tinggal sendiri, di sebuah rumah sepetak dengan dua ruangan dan dapur dengan atap yang terbuka. Tidak ada kursi ataupun meja di rumah itu. Jika ada tamu yang datang, maka mereka harus duduk di lantai. Di ruangan lain hanya ada sebuah tempat tidur dan sebuah lemari.

Sejujurnya, Yuki sempat tidak percaya jika wanita tua yang tinggal di rumah ini adalah nenek dari Noah. Melihat sosok Noah, yang nampaknya hidup dari keluarga yang begitu berada, kehidupan di rumah ini tidak serasi dengannya.

Namun, melihat bagaimana beberapa fitur wajah oma dan Noah tidak begitu berbeda, serta beberapa foto kecil dari laki-laki itu yang terpajang di rumah ini, Yuki pun mengangguk percaya.

Noah mengabaikan pertanyaan Yuki. Dia menaburkan gula pada ubi ungu yang tadi sajikan oleh neneknya dan melahap ubi dengan sekali gerakan.

"Enak." Noah berbalik, menatap Yuki yang mungkin saat ini sedang berpikir untuk menghempas wajah Noah dengan nampan yang ada di depan mereka. Semua hal itu mungkin terbaca dengan jelas di wajah Yuki, membuat Noah seketika terbahak.

Uncovered Feeling [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang