Vote dulu!
Ini oneshoot, 500 kata jangan minta nambah!
Happy reading!
.
.
.
Sepi, hanya aku sendiri dalan ruang gedung terang nan tinggi atapnya, dengan cekung kubah yang dilukis megah dengan berbagai warna-warna surga pun sayap malaikatnya. glassbox merah, biru, ungu, kunging jinga mengias tiap bagian atas dari jendela yang tak kalah tingginya.
Patung Tuhan Yesus di depan sana, begitu putih dan agung meski tertunduk di salib nya.
Aku yang duduk sendiri di kursi barisan nomer tiga tanpa ada siapa pun di dalam gereja kosong ini tersenyum tipis menatap sang putra Bapa, lalu terkekeh pelan membuang muka. "Tolol," umpatku pada diri sendiri.
Aku percaya Tuhan itu ada, tapi aku tidak menyembah satu pun dari mereka di tiap agama meski leherku terkalung rosario. Lucu, bahkan aku tidak tahu caranya berdoa tapi dengan bodoh tiba-tiba aku datang ke mari hanya karena jatuh cinta.
Kutatap lagi sang putra Bapa di depan sana, berkedip-kedip tidak tahu harus bagaimana memulainya. Menarik napas lalu menoleh melihat jam dinding. "Setengah jam," gumamku lalu kembali terkekeh sumbang, antara kasihan pada diri sendiri dan lucu karena ketololan. Sudah setengah jam aku duduk di sini sendirian, ingin bercerita ingin meminta, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.
Aku jatuh cinta, cinta yang jelas di semua agama mana pun menentangnya.
"Tuhan Yesus, Aku jatuh cinta ... aku harus bagaimana?" Satu tarikan napas dalam mencoba sedikit menghilangkan sesatu dalam dada yang seolah rasanya mengganjal. "Maaf aku tidak tahu apa pun, aku bahkan tidak tahu bagaimana caranya menyapa-Mu dengan benar ... tapi bolehkah aku merayu-Mu sekarang? Aku tidak meminta banyak hal ... aku hanya merasakan sesuatu dalam dadaku saat aku berada di dekat laki-laki berlesung pipi itu." Aku tertunduk malu. Pelan kusentuh rosario kalung yang tergantung di dada. "Engkau yang maha baik, roh kudus ... putra perawan Maria, bisakah di kehidupan selanjutnya kami diciptakan menjadi pasangan?" Kepala ini kembali kudongakan menatap sang putra Maria di depan sana. "Hatiku gersang, kering kerontang karena cinta yang Kau titipkan dalam dadaku adalah terlarang." Jeda dengan aku kembali menarik napas dalam lalu kubuang pelan. "Cinta tak salah, kan? Kau yang ciptakan zat perasaan cinta itu dan menurunkannya ke dunia, dan mungkin kebetulan yang ini, yang jadi bagianku kau jadikan ujian dengan cara-Mu. Tapi boleh kan jika aku bisa melewati ini tanpa melanggar apa pun ... dan masih tersemat perasaan cinta yang begitu mendalam ini padanya tak hilang ..., Kau hadiahi aku dengan jadikan dia sah milikku di kehidupan mendatang? Aku merayu-Mu duhai putra Maria ... tolong berikan aku petunjuk dan jawban sekarang meski aku seorang pendosa yang bodoh, pun datang tanpa pengetahuan apa pun kemari lalu-tiba meminta, aku masih manusia yang memiliki hak yang sama untuk berdoa, kan? Jawab aku putra maria." Kuhela napas setelahnya.
Kembali hening saat aku kembali terdiam dan tertunduk menyorot rosario yang masih kupegang di dada. Cukup lama aku duduk hingga matahari mungkin naik lagi satu jengkal di luar atas sana, Aku tidak tahu apa pun tapi dada ini menjadi lega sekarang saat cahaya hijau yang gerpancar dari glassbox salah satu jendela menyirami tiba-tiba.
Kembali kudongakan kepala, lalu terkekeh pelan dan menggeleng tak habis pikir. "Kenapa Engkau begitu baik, Putra Bapa? Terima kasih ... sudah mendengar rengek anak domba-Mu yang kadang lupa jalan pulang." Aku tersenyum, bangkit dari duduk lalu pergi keluar saat kurasa cukup merayu Tuhan dan berharap rasa lega ini adalah jawaban.
_selesai_
Dae Mahanta
Sabtu, 1 Juni 2024