selamat membaca!
Aku bangun, dengan wajahku yang basah dengan air mata bercampur dengan keringat, tubuh ku pun ikut basah akan keringat karena mimpi itu lagi.
Aku berdiri, berjalan arah pintu kamar ku setelah mendapat ketukan berulang, aku membukanya dan mendapati anak kecil yang langsung saja memeluk ku.
Aku berlutut, membuat tubuhku sejajar dengan tubuhnya yang kecil itu, aku menangkup wajahnya, menciumi dirinya, dengan dia yang menerima itu tanpa penolakan.
Ku ajak anak kecil itu, anak yang dulu umurnya 3 tahun dan tidak sengaja dilihat oleh Sisca duduk di ayunan panti asuhan tanpa teman yang ingin bermain dengannya.
Lihatlah kini, sekarang anak itu berumur 6 tahun setelah 1 tahun, tubuhnya kecil namun tidak juga besar.
Ku bawa dia tepat hingga ke meja makan, menemui Papa, Mama, juga Gita, angan lupakan anak kecil ini yang langsung berlari ke arah Kathrina, yang sedaritadi siap untuk memeluknya
Gita sudah lulus kuliah, dan Kathrina memilih untuk melanjutkan kuliahnya di kota ini, di Jakarta, di mana Sisca? Ah, tepat sekali, hari ini adalah hari minggu, aku dan anak kecil itu akan mendatangi rumah baru Sisca.
Sedikit jauh dari rumah ini, tapi lumayan dekat dengan pusat bermain, rencana ku ingin membawanya ke pusat bermain, sedikit mengenang beberapa kenangan manis yang dulu kami lakukan di sana.
"Gimana cucu Oma, kemarin kan habis study tour. Seru sayang? Apa aja yang cucu Oma lakukan, yang dipelajari?" tanya Mama pada anak kecil itu.
Anak kecil itu memilih untuk duduk tepat di samping Kathrina, dengan Kathrina yang sudah siap untuk menyuapi dirinya makan.
"Avel belajar tentang kehidupan bawah laut, Oma! Avel jalan-jalan ke aquarium besar, terus kita ke museum, seru sekali!" jelas anak kecil itu.
Anak kecil bernama Marvel, lebih akrab disapa sebagai Avel, bercerita penuh dengan semangat pada Oma-nya alias Mama ku.
Makanan sudah datang, setelah kedatangan Gita kemari dan umur Mama yang sudah tidak lagi muda, kami memilih untuk menyewa pembantu saja.
"Avel, nanti habis makan kita ke tempat Ibu ya? Setelah dari tempat Ibu, kita main, oke?" ajak ku.
Avel menatap ku dengan wajah terkejutnya, setelah itu dia tersenyum padaku lalu berlari mengarah ke diriku.
Dia melompat naik ke pangkuan ku, memeluk tubuhku erat lalu menjauhkan tubuhnya dan mencium pipi ku.
"Terimakasih, Mami! Avel sayang sekali dengan Mami!" balas Avel.
Dia kembali mencium ku setelah menyelesaikan kalimatnya lalu dia turun untuk kembali duduk di samping Kathrina.
"Nanti Avel pakai baju yang paling bagus, biar Ibu kaget liat Avel. Pasti Ibu juga kangen kan?" ungkap Avel.
"Ibu pasti kangen sama kita semua, tapi yang Mami bawa sekarang hanya Avel. Yang lain nanti saja, kali ini biar kita bisa merasakan waktu bersama keluarga kecil kita, bersama Ibu, setuju?" ucap ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
kita | shansis - end
Diversosini tentang perjalanan dengan rusak, patah, dan luka 'kita' setelahnya.