02

11.9K 271 2
                                    

[Author's]

"An,"

Setelah hampir lima belas menit menggedor pintu kamar sang tuan putri akhirnya pemilik kamar keluar dengan wajah bantal dan mata setengah terbuka sambil mengusap pelan kelopak mata nya.

"Kenapa sih, Om? Masih pagi."

Theo mengarahkan layar ponsel nya, memberitahu gadis itu pukul waktu. "Matahari udah di atas kepala, An."

Anna masih mendumel tidak jelas, "Nama nya juga Jetlag."

Theo tidak mengindahkan kalimatnya, "Saya di suruh Bapak untuk menjemput kamu."

Anna akhirnya bisa membuka bola mata nya untuk menatap pria itu dengan jelas. "Mau kemana?"

"Hari ini ada pertemuan anggota Partai, kamu di suruh menghadap Pak Anwar." balas Theo.

Anna berdecak, hal yang paling malas dia lakukan adalah harus memasang poker face di depan semua rekan dan rival sang Ayah di Pemerintahan. "Bilang aja Anna lagi—"

"Saya juga diberi wewenang untuk menyeret kamu kalo kamu menolak."

Anna menatap pria itu sebentar. Terlihat sorot kekesalan dari netra hitam nya namun itu tak bertahan lama karna selanjutnya otak Anna kembali mencerna betapa tampan nya pria di hadapan nya.

Kemeja biru muda dengan Jas hitam yang membalut tubuhnya dengan sangat baik.

Anna yakin, Theo dan kemeja biru itu bisa membunuhnya suatu saat.

Anna mulai tersenyum centil, "Mau seret aku kemana, Om?"

Theo merasakan Anna kembali ke stelan awalnya menarik napas panjang.

"Om tinggal masuk, lho." Anna menyandarkan kepala nya di pintu. "Atau Om mau di hotel aja? Kita buka kamar. Aku tahu kok hotel yang—"

"Dua puluh menit." Belum selesai Anna berbicara, Theo sudah memotong nya seraya melangkah pergi dari sana.

Anna tersenyum memandangi punggung pria itu menjauh dari lorong kamarnya. Cara yang baik untuk memulai hari adalah melihat pria itu dalam balutan pakaian formal.

Dengan begitu saja sudah membuat selangkangan Anna basah.

*.*.*.*

Anna mengirimkan pesan kepada teman-teman nya melalui ponsel di dalam genggaman nya lalu entah kenapa ia malah menoleh ke arah Theo, ke arah pria yang tengah fokus memegang kendali supir sambil telponan dengan Ayahnya melalui ponsel di telinga nya.

Tanpa di duga, Anna mengarahkan tangan nya ke arah kaki pria itu membuat sang empu nya langsung menoleh dan menatapnya was-was.

"Kemungkinan 10 menit lagi kami akan sampai, Pak." Theo menatapnya dengan tanda tanya walaupun bibirnya harus menjawab pertanyaan sang atasan.

Anna tersenyum penuh kemenangan saat Theo tak punya kendali apa-apa. Satu tangan nya harus memegang ponsel dan tangan yang lain harus memegang stir mobil.

Lantas dengan tidak sopan nya Anna menghelus kaki pria itu sensual dan sesekali nekat ke bagian rawan namun tetap menghindari titik pusat nya.

Theo menggeram lalu menoleh ke depan, mencoba tetap fokus dengan jalanan di hadapan nya. "Baik, Pak, saya pastikan Anna tidak terlambat."

HIS SECRET SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang