Terbawa perasaan setelah percakapan dengan Karina dan perasaan nano-nano saat melihat Sangkara dan Chaya tampak akrab saat bertemu di bioskop membuat Jake gelisah luar biasa.
Menurunkan seluruh egonya, mengabaikan semua harga dirinya, menyisakan seluruh perasaan tulusnya, menyisakan ekspresi jujur atas semua perasaannya, Jake memutarbalikkan mobilnya dan memutuskan ke kosan Chaya.
Tepat waktu, Chaya baru saja turun dari vespa Sangkara.
Seakan-akan kiamat akan segera terjadi, Jake bergegas keluar dari mobilnya dan menghambur ke arah Chaya, mendekapnya tanpa kata membiarkan seluruh perasaannya tumpah.
Kehadiran dan pelukan Jake yang tiba-tiba membuat Chaya maupun Sangkara mematung.
"Jake?" Ujar Chaya lembut karena merasakan vibrasi kelam dari kehadiran Jake kali ini.
"Beri gue waktu 3 menit." Cicit Jake sembari makin merapatkan pelukannya.
Jantung Sangkara yang menyaksikan semua itu berdetak cepat, tangannya terkepal, seakan seluruh darah naik ke wajahnya, Sangkara hampir refleks menjatuhkan air mata.
Seakan-akan penampakan dihadapannya seperti akhir dari pengharapannya yang liar.
Seolah-olah ia terbangun dari mimpi yang melenakan dan harus dihadapkan pada kenyataan yang menghantam kepalanya seperti godam puluhan kilo.
Namun, orang itu adalah Jake.
Sahabatnya yang sangat bermakna.
Sangkara benar-benar bergejolak.
Keinginannya.
Kebahagiaannya.
Harapannya.
Mungkin, Sangkara harus merelakannya.
Karena Sangkara tau, bahwa Chaya juga sama sekali tidak ada intensi berada di sekitarnya untuk menarik perhatiannya secara romantisme.
Melihat bagaimana Chaya menepuk bahu Jake dan tatapan khawatirnya pada pria itu, Sangkara tau ia harus pergi.
"Gilaaa, mata gue tercemar ngeliat adegan opera sabun ini!" Sangkara hanya bisa menutupi kehancuran hatinya dengan candaan.
"Gue ga bakal lepasin Chaya sebelum dipisahin warga!" Racau Jake.
"Ck, bucin lo, bangke! Gue balik deh, daripada jadi figuran. Bye!" Sangkara segera menaiki vespanya dan menarik gas kencang tanpa menoleh ke belakang.
"Sial, mata gue berair karena kelilipan!" Monolog Sangkara di atas motor sambil menyapu air yang menggenang di pipinya.
Sementara itu sepeninggal Sangkara, Chaya tidak bertanya apapun pada Jake. Hanya menarik tangan Jake untuk masuk ke kosannya.
"Lo mau minum apa?" Tanya Chaya basa basi pada Jake yang diam saja di atas bangku di kamar Chaya.
Jake mengangkat wajah, "Air zam-zam." Jawabnya membuat Chaya frustasi.
Chaya memutar bola mata sebal.
Ekspresi yang Jake rindukan, senyumnya mengembang.
"Air putih aja deh." Katanya kemudian.
Chaya menuangkannya air putih dan menyodorkannya pada Jake. Lalu keduanya hanya beradu tatap.
"Kita lagi main siapa yang duluan ngedip kalah kah?" Tanya Jake kemudian.
Chaya memukul paha Jake.
"Atau lo kangen sama gue?" Tanya Jake sambil menggigit bibirnya, ragu dengan pertanyaan yang ia lontarkan. "Soalnya gue kangen sama lo, Chaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintke
Short StoryTentang mengubah tanda tanya menjadi tanda titik.