Jayseung {} D'abord

368 13 2
                                    

Happy reading and enjoy the story
Have a nice day, dear♡








D'abord (n.) French, Pertama dan Terpenting.
















Riuh titik hujan hujami tiap inci bumi bersama guntur telan segala macam rutukan yang menggantung di ujung lidah Janendra atau lebih sering disapa Jay itu, pandanganya tertuju pada riak air hujan yang kini menggenang pada sisi lapangan tak sedikitpun tandakan diri untuk mereda. Helaan nafas itu kembali terdengar, saat dirinya bawa tubuh jangkungnya bersandar pada tiang perantara lobby sekolah.

Seragam putih itu sudah dirinya tanggalkan dan dicampakkan begitu saja oleh sang pemilik pada kursi. Biarkan sisa celana panjang berwarna abu, bersama kaos segelap malam yang balut tubuhnya yang terasa lengket karena keringat. Labiumnya kembali memaki, untuk kesekian kalinya.

Merutuki segala macam kesialan yang dirinya kini hadapi. Harusnya Jay dengarkan pesan pria paruh baya yang dirinya panggil papa itu saat mewanti-wanti dirinya untuk membawa payung. Bukannya malah putuskan secara sepihak telepon sang papa karena memiliki keyakinan besar kalau ramalan cuaca seratus persen omong kosong atau kesialan lainnya mengenai dirinya yang ketahuan loncat dari tepi tembok demi larikan diri dari pelajaran fisika, malah berakhir dengan dirinya yang bereskan segala macam kekacauan pada perpustakaan baru disekolahnya tercinta ini atau pula dengan keputusannya yang tak bawa charger ponselnya berakhir benda pipih itu kehilangan segala dayanya disaat genting seperti ini.

Entah kesialan mana, yang pasti ia sial hari ini.

Bukan sekali dua kali dipikirkan Jay terlintas niat untuk menerobos hujan saja. Bila biasanya ia akan pilih berlari dan biarkan sebagian seragamnya basah demi sampai pada mobilnya yang dirinya parkirkan pada warung belakang sekolah, Jay tak akan masalah. Tapi sayangnya, si bakpao hitam gagah berani miliknya itu tengah bersemayam nyaman pada bengkel langganan sang papa karena merajuk sebab tak dirayakan ulang tahun ke 10 tahunnya dengan sang pemilik yaitu dirinya sendiri.

Berujung dengan Jay yang mau tak mau, harus awali hari dan akhiri harinya bersama puluhan? Atau mungkin ratusan orang dengan bermacam wewangian memutar-mutar gelitik pangkal hidungnya dan tentunya desakkan, demi tumpangi kotak besi yang siap antar mereka pada tujuan. Jadi jika dirinya pilih menerobos hujan deras hingga stasiun itu hanya akan membuat dirinya bagaikan kucing tercebur air kolam, di deretan banyak orang tengah ramainya kereta.

Tangannya kini terangkat, kala inderanya dapati semua suara gemuruh begitu kencang. Bukan dari langit hitam, tapi perut Jay yang kembali terasa lapar. Tentu, pancing sebuah sebuah helaan nafas yang kembali keluar dari labiumnya- sudahlah hujan perutnya terasa keroncongan sebab hanya diisi oleh beberapa potong gorengan dengan sebungkus siomay dan good day. Dan itu pada siang hari tadi hingga kini matahari telah total kembali pada peraduannya, bergantikan pada sang kembaran yang tertutup oleh gemuruh dan awan-awan hitam.

"Wow, suara perut kamu gede banget. Aku kira guntur tadi."

Suara manis itu mengusik keheningan yang semulanya hanya diisi guyuran hujan, hujami atap. Buat Jay berjengit kaget, dengan spontan keluarkan sebuah umpatan pada siapapun yang membuatnya keget sebelum berbalik; "Anjing! Ngagetin, kurang ajar lo."

Hingga jelaganya kini dapati sosok perempuan? Tidak lebih tepatnya laki-laki karena dirinya menggunakan celana sama seperti dengan dirinya tengah berdiri di belakangnya dengan riak wajah kaget- kaget disambut sambutan sebuah umpatan. Helaian rambutnya berwarna kecoklatan, senada dengan iris mata bulatnya, dengan bibir kecilnya samar berwarna pink. Hanya sekilas visualisasi yang dapat dirinya lihat di bawah redupnya lampu lobby sekolah.

Belamour - Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang