Aku masih memiliki dua sosok pria yang setia.
Meski kamu tidak ada,
Kedua pria itu masih bersedia menopangku yang penuh lara.
Aku tidak apa-apa.
Hanya sedikit kecewa.
(Salma)"Papa." Salma langsung memeluk lelaki paruh baya itu dengan hati yang haru dan gembira. "Papa kok tiba-tiba dateng nggak kabar-kabar dulu?"
"Ini namanya surprise." Masih dengan logat bulenya papa Salma tetap berusaha berbahasa Indonesia dengan baik.
"Papa. Salma kangen."
"Papa juga kangen sama kamu."
"Ayok Pah masuk dulu. Papa pasti capek kan. Sini Salma bantu bawa kopernya." Salma menggeret tangan papanya untuk masuk ke dalam rumah. Ia sangat bahagia melihat kehadiran sosok laki-laki itu.
"Pah. Papa duduk dulu. Buk Mar tolong siapin makan buat Papa ya, Salma mau tarok koper dulu."
"Siap Non."
Buk Mar memberikan semangkuk sup tulang untuk Papa Salma. Beruntung Buk Mar hari ini masak lebih banyak, biasanya ia masak sedikit karena hanya dimakan oleh Salma saja.
"Ini dari wanginya seperti masakan Paul."
"Iya Tuan. Ini memang resepnya Den Paul, Non Salma yang minta."
"Oh begitu rupanya." Papa Alex menikmati sup tulang itu sedikit demi sedikit. Ia tidak membiarkan sup itu hilang begitu saja melalui tenggorokannya.
"Hai Pa. Gimana, enak makan sup tulang?"
"Wah. Ini enak banget, tapi sayang yang punya resep tidak ada."
"Iya nih Pa. Si Paul sibuk sekarang."
"Coba kamu telpon dia. Bilang kalo papa ada disini. Biarlah dia menginap disini beberapa hari. Papa mau ngomong sesuatu sama dia."
"Bentar Pah." Salma mengotak atik ponselnya untuk menelpon Paul. Tapi beberapa kali menelpon Paul tidak mengangkatnya. "Nggak diangkat Pah."
"Ya sudah nanti aja kamu telpon lagi. Sekarang makan dulu."
Salma kembali menyantap sisa makanannya yang tadi sempat ia tinggal. Dihabiskannya sampai tak bersisa.
Setelah makan dan bersih-bersih, Salma dan Papa Alex duduk berdua di sofa depan sambil menonton televisi.
"Pah."
"Iya. Ada apa?"
"Papa lama disini?"
"Emmm. Sepertinya iya, Papa sudah semakin tua. Papa mau kumpul sama anak-anak Papa. Apalagi kalian berdua sudah mau menikah. Papa tidak punya banyak waktu lagi untuk kalian."
"Papa jangan ngomong gitu."
"Kenapa? Kan betul? Kalau kalian masing-masing sudah menikah, Papa akan sendiri."
"Nggak. Papa nggak sendiri, kecuali kalau Papa mau tinggal disini sama Salma."
"Kamu yakin soal itu?"
"Kenapa nggak?"
"Ya liat saja nanti."
"Pah."
"Apa lagi?"
"Dulu Papa kok bisa kenal Mama? Gimana ceritanya?"
"Wah. Dulu itu Mama kamu keren banget. Dia adalah wanita pemberani yang pernah Papa temui."
"Masa sih?"
"Iya betul. Dulu itu, Papa ketemu mama kamu waktu kita masih sama-sama kerja di perusahaan milik Jepang yang ada di dekat patung kuda. Jadi ada kawan Mama kamu yang kena marah bos, tapi Mama kamu tidak takut, dia membela temannya mati-matian agar tidak dipecat. Sampai akhirnya karena dianggap melawan, dialah yang dipecat. Tapi dia tidak menyerah. Papa melihat sendiri perjuangannya untuk bisa tetap jadi wanita karir yang hebat persis seperti kamu. Dari situ Papa tidak bisa lupa dan memutuskan untuk melamarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Pulang / Teka-Teki Salma 2
FanfictionSalma sudah berjuang banyak menjelang proses pernikahannya dengan Rony. Namun ternyata cinta saja tidak cukup, ada banyak hal yang masih saja mengganjal bahkan menyandung perjalanan mereka. Beberapa kali keinginan untuk menikah benar-benar harus di...