Chapter 9

118 10 8
                                    

Hanya ada Surya dan Raphael yang tersisa, masih duduk di dalam ruangan tersebut.

"Paman, apa Andin belum kembali?" tanya Sean menginterupsi perbincangan Surya dan Raphael.

Surya yang sangat antusias berbicara dengan Raphael, tidak menyadari sama sekali kalau putrinya yang meminta ijin keluar tadi, belum kembali juga. "Kemana Andin?" tanya dia balik, dan kernyitan alis Sean lah yang menjawabnya.

"Aku akan mencarinya."

Surya mengangguk dengan senyum kikuk pada Sean, merasa tak enak hati karena mengacuhkan putrinya sampai dirinya tak sadar dimana keberadaan Andin ketika ditanya.

Untung ada kau, Sean. Syukur Surya membatin.

Terdengar iringan musik Edwin McCain I'll Be di aula pesta saat Sean berjalan di koridor yang tampak padat dipenuhi orang-orang.

Beberapa pasangan pun terlihat menikmati iringan musik tersebut sambil saling merangkul penuh kasih di tengah-tengah aula pesta dansa.

Sayang sekali dirinya tidak bisa mengajak Andin berdansa malam ini.

Sean berjalan ke setiap balkon yang ada di rumah besar William, mencari keberadaan Andin. Dia pikir Andin tidak akan terlalu jauh mencari tempat untuk menenangkan dirinya, tapi sudah hampir lima belas menit dia berjalan, Andin tidak sekalipun tampak batang hidungnya.

Kemana sih kau, Ndin?

Kaki Sean berhenti melangkah saat dia melihat di ujung lorong, dengan jendela Perancis terbuka lebar, di luar balkon, sepasang wanita dan pria saling melekat erat.

Karena posisinya, Sean tidak bisa melihat perlawanan Andin pada Aldebaran.

Sean berjalan dengan langkah panjang dan wajahnya mengeras marah karena adegan yang baru saja dia lihat.

"Jauhkan tanganmu dari gadisku, Aldebaran!" perintah Sean dingin.

Sean menarik paksa tangan Andin yang tergantung di sisi tubuhnya kasar, menyebabkan limbung pada tubuh Andin karena tindakannya.

Tapi Sean terlalu terbakar cemburu untuk menyadari kekerasannya barusan.

Pelukan Sean di perutnya yang kuat menekan Andin, membuat dia terpekik dengan suara tercekik. "Sean... Aku bisa muntah kalau lenganmu menekan ugh.. perutku seperti ini." katanya sambil mencoba melonggarkan lengan Sean yang kuat, tapi tenaganya terlalu kecil untuk menghentikan Sean yang sepertinya akan meremukkan isi di dalam perutnya.

Al merasakan kekosongan dari keberadaan seseorang yang diambil dari pelukannya secara paksa. Kekosongan yang sangat tidak menyenangkan buatnya.

Kedua pria dewasa itu saling berpandangan dengan mata tajam. Saling memperingatkan melalui tatapan tajam masing-masing, kalau mereka bersedia melakukan apa pun untuk orang yang mereka cintai. Bahkan jika tangan mereka harus berlumuran darah sekalipun.

Al menendang kaki Ricky yang tak sadarkan diri, memberitahu Sean, "Aku membantu gadismu dari bajingan ini, Mr. O'Neill. Asal kau tahu."

Sean menggertakkan giginya, sambil terus menatap dingin pada Al, "Dan yah, terima kasih atas bantuannya Mr. Wayne. Tapi aku tidak menduga kalau kau menjadi orang yang seperti ini, mengambil keuntungan dari orang yang kau tolong. Kupikir, gosip tentangmu yang suka memaksa wanita ke atas ranjang benar adanya ya!" ucap Sean sarkas. Penghinaan dari matanya diacuhkan oleh Aldebaran.

Mata abu-abunya yang berkilat sedingin es berpindah, melihat pada tangan Sean yang memeluk Andin dari belakang sangat mesra.

"Kau menyakitinya." tunjuk Al dengan dagunya yang terangkat, memberitahu Sean yang tidak merasakan perjuangan dari tangan Andin yang mencoba melonggarkan pelukannya.

Musimnya Cinta (Season's Of Love Series/SoL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang