Chapter 14

91 11 4
                                    

Rendi mengeluarkan berkas-berkas, sebuah disk drive, flashdisk, dan tiga album photo sekaligus, menyerahkan semuanya pada Al.

Netra gelap Al tertarik pada album foto yang bersampul ungu di atas meja. Tangannya yang ramping pucat mengambil foto itu, lalu meneliti sebuah tulisan di atas album foto tersebut, Ice Maiden. Di bawah tulisan itu terdapat tulisan kecil lainnya yang memiliki arti sebagai sosok yang anggun dan terkendali seperti ratu es.

Itu adalah foto-foto yang memuat perjalanan karir Andin selama dia menjadi atlet ice skating. Seorang skater berbakat dan terkenal dengan ekspresi dingin dan wajah cantiknya.

Rendi berdiri, mengambil laptop Think Pad yang ada di atas rak berpelitur rumit dan membawa laptop berwarna hitam tersebut kembali ke tempatnya duduk.

Al membuka album foto itu, dan wajah seorang gadis yang masih bayi berusia tiga tahun tersenyum padanya, menggemaskan sekali. Tanpa sadar bibirnya pun menarik sebuah senyuman juga.

Rendi mengambil sebuah disk, menekan tombol eject pada laptop, dan memasukkan disk itu ke dalam baki drive yang terbuka.

Sebuah instrumen musik kemudian terdengar, menyelimuti pendengaran lelaki dewasa itu dengan santai dan lembut.

Al melirik ke arah Rendi, bertanya-tanya apa maksudnya menghidupkan instrumen klasik itu di momen begini.

Rendi memutar sebuah kliping video yang diberinya judul Polar Pixie dan meletakkannya di depan sahabatnya, dan wajah gadis yang dilihatnya di album foto muncul di dalam video yang baru saja diputar oleh Rendi.

"Lihat sampai habis, Al. Baru setelah kau selesai menonton, aku akan menceritakan semuanya padamu, semua yang aku ketahui." jelas Rendi, lalu tangannya sibuk memilah berkas-berkas yang tadi dibawanya. Dengan alis mengernyit karena bingung, Rendi tidak tahu harus memulai dari mana untuk menceritakan kisah Andin pada Al.

Video yang terputar di dalam laptop sepenuhnya menarik atensi Al, matanya bersinar cerah dan decakan kagum terus dia lontarkan dari bibirnya yang sexy.

Setengah jam kemudian, setelah video yang berisi klip pendek yang sudah di edit kemudian disatukan menjadi video berdurasi panjang seperti sebuah film dokumenter itu berakhir, Al belum berhasil pulih dari kekagumannya pada gadis di dalam video itu.

"Sangat cantik sekali, amat sangat cantik. Tadi itu luar biasa sekali." gumam Al tak henti-hentinya memuji pertunjukan spektakuler barusan.

"Apa itu tadi, Ren?" tanya Al kembali menegakkan punggungnya.

"Apa kau masih belum mengenalinya?" kata Rendi kembali bertanya.

Al membuka dan menutup mulutnya, ragu-ragu untuk berbicara, "Wajahnya persis Andin." katanya tak yakin.

Gadis itu sangat cantik, berseluncur di atas es yang beku, sosoknya tampak seperti peri, bersayap pelangi yang berterbangan lincah di udara, lalu turun ke bumi memamerkan tiap pesona yang dimilikinya. Putih, indah dan murni. Selain kata sempurna, tidak ada kata lain yang bisa Al sematkan pada keanggunan tarian dari gadis tersebut.

Dan yang lebih penting, yang membuat Al panas dingin, adalah video terakhir.

Remaja itu memiliki rambutnya di sanggul dan helai rambutnya yang jatuh berada di sisi kanan dan kiri pipinya. Tungkai kakinya sangat jenjang, ramping dan putih pucat persis seperti es beku yang menopangnya, bisa dengan mantap berdiri, melompat, berputar-putar indah, menari, dan... Mustahil sekali kalau remaja di video terakhir itu adalah Andin.

Andin yang dikenalnya? Wanita yang dia temui berjalan dengan bantuan kruk?

Itu tak mungkin, kan?

Apa Andin memiliki kembaran di luar sana yang tidak dirinya ketahui?

Musimnya Cinta (Season's Of Love Series/SoL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang