Hari ini gue harus berangkat lebih pagi dari hari-hari biasanya, bukan karena hari ini adalah hari senin, tapi hari ini adalah jadwal pembagian jurnal kelas baru.
Setiap awal bulan, pengurus kelas diwajibkan datang lebih awal dari siswa lainnya untuk mengganti jurnal kelas lamanya dengan jurnal yang baru. Dan disinilah gue, diparkiran motor sekolah yang luas dengan kondisi motor yang masih terbilang sangat sedikit, mungkin sekitar 5 sampai 7 motor.
"Pokoknya gue ga mau tau No, kalau lo bulan depan nyuruh gue lagi, gue coret lo dari absensi."
Samar-samar gue dengar suara dari dalam lobby diikuti suara hentakan kaki yang cukup berisik. Rasa penasaran gue mode on, akhirnya gue berlari kecil melewati koridor menuju lobby agar bisa menghampiri asal suara itu. Belum sampai ditujuan, kaki gue mendadak berhenti seperti ditahan oleh lantai. Kak Marissa. Jarak 3 meter dari tempat gue berhenti ada Kak Marissa yang sedang menarik pintu TU.
Gue ga mau keliatan bodoh dengan mematung disini, walaupun kaki gue rasanya beku banget. Gue sedikit membesarkan volume airpods gue untuk menghilangkan canggung yang sedang membandel ini dan berjalan santai menuju TU.
"Lo mau ngambil jurnal juga?" Tanya Kak Marissa dengan senyum khasnya saat gue baru aja masuk kedalam TU dan mendudukkan diri gue berjarak 1 bangku dari Kak Marissa.
"Iya Kak."
"Ketua kelas dong?"
"Iya Kak."
Kak Marissa hanya mengangguk paham dengan jawaban gue dan tidak melanjutkan topik lagi.
"Marissa, ngapain kamu datang pagi-pagi?"
Mbak Ika tiba-tiba muncul dengan suara ketusnya dan langsung merapihkan tumpukan jurnal yang akan dibagikan nanti. Ya sesuai dengan karakteristik staff TU pada umumnya lah.
Sebagai anak yang baik dan rajin menabung, gue berniat untuk bantuin Mbak Ika merapihkan jurnal. Tebak apa selanjutnya? Kak Marissa ikutan berdiri, menaruh tasnya, dan mendahului gue langsung ke meja dan mulai memisahkan jurnal-jurnal perkelas.
"Ya ngapain lagi Mbak, ngambil jurnal lah."
"Terus itu yang belakang siapa? Pacar mu?"
"Yeuuu sembarangan aja kalau ngomong." Kak Marissa menjawab dengan nyaring sambil mencubiti gemas bahu Mbak Ika. Ini artinya gue ke tolak secara halus ya?
"Saya Selatan Mahardhika Mbak, dari kelas 10 Sejarah 3." Gue memperkenalkan diri untuk memutuskan kesalahpahaman yang terjadi disini.
"Oh. Nih bantuin Maris susun jurnal kalau mau cepat dapat."
"Baik Mbak."
Gue yang irit bicara dan Kak Marissa yang banyak bicara kayaknya memang ga bisa saling memulai percakapan. Buktinya daripada bicara sama gue, Kak Marissa lebih memilih berbicara dengan Mbak Ika yang terkenal jutek. Gue akui Kak Marissa memang sangat pintar dalam tutur katanya, percakapan keduanya justru makin seru saat membahas lelahnya mengurus siswa dispensasi. Mbak Ika yang jutek pun akhirnya larut juga dalam percakapan ringan itu.
Gue? Gue bagian nyimak aja deh, mana gue relate sama kondisi mereka berdua. Yang penting gue bisa dapatin jurnal kelas gue secepatnya.
__
"Selatan! Woi Selatan!"
"Kenapa?"
"Lo ga lupa buat ngumpulin jurnal lama ke TU kan?"
Sialan. Dihantam dengan pelajaran sosiologi selama tiga jam ternyata bisa buat gue amnesia mendadak.
"Otw Lid." Dengan malas gue bangkit dari tempat duduk gue mengambil jurnal kelas bulan lalu dan melangkahkan kaki keluar kelas.
"Selatan! Mau kemana lo? Ikut dong!" Josua tampaknya rela meninggalkan gamenya demi ikut sama gue turun ke bawah untuk mengumpulkan jurnal.
"Ke TU, nih jurnal lupa gue kumpulin. Hampir aja gue diomelin Lidya lagi." Keluh gue sambil mencoba memasang airpods.
"Ya elah Tan, apa gunanya gue kalau lo pakai airpods? Berasa ngomong sama tembok kali ah gue."
"Ngomong aja sama tembok lo."
"Siniin airpods lo!"
Sialan. Lagi. Akibat dari pembajakan airpods secara tiba-tiba, airpods gue menggelinding menuruni tangga dengan sendirinya mendahului gue dan Josua yang masih berada di anak tangga keenam dari bawah dan berhenti di depan sebuah sepatu bermerek lokal berwarna hitam. Milik Kak Elang.
"Maaf Kak, tadi Josua ga sengaja nyenggol airpods saya sampai kegelinding."
"Maaf Kak Elang, Josua ga sengaja. Hehe."
Bocah ini! Sempat-sempatnya bercanda di depan Kak Elang.
"Santai, nih airpods lo. Mau kemana berdua?" Beruntung Kak Elang adalah seseorang yang asik dan bisa diajak bercanda, namun jangan meremehkannya jika sedang dalam mode serius. Kak Elang itu terkenal sebagai Ketua MPK yang tegas.
"Mau ke TU Kak, buat ngumpulin jurnal."
"Kalau Kak Elang mau kemana? Mau ke TU juga? Udah ayo barengan Kak." Josua menyambar masuk dalam percakapan dengan sangat semangat.
"El, kofood dulu ya baru kantin? Gue takut sus cokelatnya habis." Kak Marissa berlari kecil menghampiri gue, Josua, dan Kak Elang, tepatnya mungkin hanya Kak Elang.
"Udah jurnalnya?"
"Iya udah. Halo." Kak Marissa yang sadar akan kehadiran gue dan Josua langsung menyapa dengan ramah.
"Halo Kak! Kapan nih mau ngerasain tosser ala Josua lagi."
"Tosser apaan, gue minta 2 meter keterusan sampai langit ketujuh."
"HAHAHAHAHAHAHA, makanya kak.." Josua menghentikan bicaranya dan membuat gesture tangan diatas kepalanya dengan maksud 'makanya tinggi kak' sambil tertawa cekikikan.
"Hiih! Gue spike juga muka lo!"
"Udah-udah, ayo kofood Sha, nanti sus lo habis." Kak Elang menghentikan perdebatan kecil tersebut dengan menarik tangan Kak Marissa menjauhi gue dan Josua, tak lupa saling pamit yang diakhiri dengan Kak Marissa dan Josua masih saling melemparkan ejekan.
Kak Marissa dengan tingkahnya, lucu sekali.
__
Note:
1. Kofood: Food Koperasi
2. Tosser: Posisi dalam permainan bola voli
3. Spike: Jenis pukulan keras dan menukik dalam permainan bola voli
3. TU: Tata Usaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You; Marissa Fajarasha
Roman pour AdolescentsGue ga tau kenapa gue bisa suka sama Kak Marissa, gue bahkan juga ga tau yang gue rasain sekarang itu perasaan suka, sayang, atau cinta ke Kak Marissa. 2 permen dan senyum itu punya Kak Marissa. Sifat gue yang kurang menguntungkan untuk tau segala...