Setelah satu bulan berlalu, Syarla dan Novia mulai mempercayai bahwa Nisa adalah sepupu dari Dimas. Awalnya mereka sempat meragukan kebenaran hal tersebut, namun sikap Nisa yang berlagak seperti sahabat atau sepupu pada umumnya membuat mereka yakin.
Terutama Salma, bahkan ia sering mengajak Nisa untuk berkumpul dengan teman-temannya di rumahnya atau bahkan diluar, saat ia dan Dimas sedang berpacaran.
Namun, tetap saja, ada seseorang yang dari awal meragukan itu. Rony, ya. Ia masih meragukan jika Nisa adalah sepupu dari Dimas. Ia juga telah mengatakan kalau ia pernah melihat Dimas dengan wanita lain yang ia duga adalah Nisa, terlihat mesra di dalam mobil.
___
"Sal, Lo yakin mereka sekedar sepupu?" tanya Rony.
Mereka berdua saat ini tengah berada di ruang pantry. Tidak berdua, ada beberapa karyawan lain yang sedang makan dan beristirahat.
Salma mengangguk dengan cepat," iya, gue yakin, Lo kenapa sih Ron?" Tanyanya sewot.
"Sal, gue nggak tahu itu Nisa atau bukan, tapi gue lihat postur badannya mirip dengan Nisa, waktu itu gue ga sengaja liat tuh cewe di mobil bareng Dimas, sikap mereka gue rasa bukan seperti layaknya sepupu, apalagi ini cowo cewek sal, mana ada cowo cewe berduaan di mobil sender-senderan. Sayangnya gua cuma bisa lihat dari samping dan belakang. Jadi gue nggak lihat mukanya dengan jelas, tapi gue yakin itu adalah Nisa." Ujar Rony panjang lebar.
Salma mendengus, "Ron, Nisa itu memang sepupu Dimas, dia kemana-mana kadang memang ikut Dimas, karena dia anak rantau, jadi Dimas yang jagain dia, dan dia itu kata Dimas anaknya emang manja. Jadi Lo stop nuduh Dimas yang enggak-enggak!" Ucap Salma yang mulai emosi mendengar ucapan Rony yang menuduh Dimas tidak-tidak.
"Tapi sal ..."
"Udah deh Ron, gue males sama Lo!" Ucap Salma lalu meninggalkan Rony dengan perasaan geramnya.
Semoga dugaan gue emang salah, gue ga mau liat lo nanti sedih, gue ga mau liat mata indah lo ngeluarin air mata, gue sayang sama elo Sal -monolog Rony, ia menatap sendu ke arah Salma yang sedang berjalan keluar.
_____
"Paul!" Seru Salma memanggil Paul yang sedang berjalan di lorong kantor.
Paul menoleh, ia menghentikan langkahnya, "kenapa mak?" tanya Paul.
"Ga apa-apa, cuma manggil doang,"
Paul menatap Salma malas, kemudian melanjutkan langkahnya.
"Ish! Paul!" Salma menyusul langkah Paul.
"Gue mau nanya aja, soal Rony sama Rere,"
Paul menghentikan langkahnya, "hmm ciee, katanya udah mau move on sama Rony, kok tiba-tiba bahas dia? bilang aja kali Sal, kalau sebenernya lu itu ga bisa buat lupain Rony dari hati lu, iya kan?" Ucapnya dengan wajah meledek.
"Ish! Ga ada ya!" Seru Salma kesal
"Masa?"
"ck iya ..., gue cuma penasaran, apa Rere marah ya sama Rony gara-gara duet sama gue? Gue jadi ga enak sama mereka powl ... " Ujar Salma
"Napa lu mikir gitu, Mak?"
"Ya, soalnya waktu pas di kafe, gue ga sengaja liat Rere nangis di parkiran. Gue duga sih mereka abis berantem, Lo kan seharusnya ada di sana? Lo tau ga kenapa Rere nangis?"
Paul menghela nafasnya.
"Mereka putus." Jawab Paul malas.
Mata Salma terbelalak, "HAH?!" Ucap Salma cukup keras, ia terkejut mendengar ucapan Paul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih di Hati
FanficCinta itu harus diperjuangkan. Meski sekalipun terlihat sangat mustahil untuk bersama. Namun, sebuah perjuangan tidak akan berakhir sia-sia.