Terhitung sampai hari ini, sudah lima kali Haidar belajar mengemudi. Tentunya cowok itu sudah mulai terbiasa dengan tuas serta tombol tombol yang ada di mobil milik majikannya ini.
Wuling cortez itu melaju dengan kecepatan sedang di jalanan komplek perumahan yang cukup elit. Omong-omong, hari ini Haidar belajar mengemudi bersama dengan Sasha. Betul. Emang siapa lagi yang berkuasa di rumah itu selain Sasha? Cewek itu bahkan merayu dan membujuk Pak Dani untuk tidak menemani Haidar belajar mengemudi supaya dirinya saja yang menemani.
"Belok, Dar. Nah, belok kaya tadi tuh kurang tajem gitu loh kalo buat mobil. Lo jangan kaya bawa motor lah." komentar Sasha di bangku sebelah Haidar. Haidar yang mendengar hanya mengangguk saja. Sudah lima kali belajar tetapi dirinya masih saja dag dig dug, alasan utamanya sih karena yang dikendarainya adalah mobil orang lain, tentunya mobil ini tidak murah. Jika dipikirkan sepertinya gaji Emak selama sepuluh tahun juga tidak bisa membeli satu unit mobil ini. Eh, apa bisa ya? Entahlah.
"Neng ngomong kaya gitu kaya udah bisa bawa aja." gurau Haidar. Dia juga agak kaget waktu dengar Sasha katanya mau nemenin dia latihan mobil, tapi cewek itu bilang dia sekalian minta dianter untuk pergi ke minimarket yang lokasinya tak jauh dari komplek mereka.
"Dih, ngeremehin. Liat aja baliknya gua yang bawa, biar gua tunjukkin apa itu pembalap yang sesungguhnya." Haidar cuma ketawa aja, Sasha ini orangnya seru juga ya, minusnya perubahan moodnya aja sih lebih cepat daripada kilat.
Hening kembali mendera, Haidar jadi ingat ucapan Juan beberapa hari lalu waktu mereka bolos di warung babeh. Apa Sasha sudah tau kalau Juan main api di belakangnya? Atau bahkan mereka sudah putus? "Neng, kamu teh sama Juan pacaran kan ya?" Sasha agak mengerutkan alisnya, tumben sekali orang ini kepo akan kehidupannya. "Lo udah tau ngapain nanya? Eh tapi lo kan lumayan deket ya sama circle nya cowok gue, lo ada denger gak dia nyebut cewek lain atau apa gitu?" Haidar tersenyum tipis, sepertinya umpan yang dilemparnya dilahap dengan baik.
"Cewek lain itu maksudnya kayak nyebut nama aja atau selingkuhan gitu, Neng?" Sasha malah semakin melotot matanya, ini kenapa Haidar malah tiba-tiba nyerempet ke selingkuhan? Apa bener pacarnya itu punya simpanan?
"Selingkuhan? Jadi bener tuh orang selingkuh? Anjing lah, gua harusnya percaya omongan temen gue kemarin. Gila ya tuh orang." Sasha menyibak rambutnya kebelakang lalu menggigit kuku jempolnya kesal. Haidar panik, kalau Juan tahu dia yang membeberkan ini, pasti cowok itu akan menghajarnya sampai babak belur. "Eh, ya itu kan juga belum pasti Neng. Seingat saya selama saya main sama mereka sih belum ada neng. Waktu itu ada dua orang kita bahas, satunya si Eneng satunya lagi saya lupa siapa soalnya gak kenal."
"Ck, awas aja tuh cowok. Ih jadi bete gue, udah gak usah ke minimarket deh kita balik aja udah gak mood gue." Haudar menghela nafas, betul kan kata dia tadi tentang perubahan mood Sasha. Tapi ya siapa juga yang tidak kesal jika pacarnya selingkuh, kan?
"Yah masa cemberut, Neng. Kalo gitu saya deh yang jajanin si Eneng di minimarket sana, ambil apa aja saya yang bayar." tawar Haidar. Sasha langsung menoleh dengan cepat dan menarik senyumnya. Aduh, kalau begini sih bisa bisa Haidar nabrak karena terdistraksi yang manis manis. "Bener lo ya? Oke, siap siap aja duit lo abis."
***
Seharusnya tawaran itu tidak pernah Haidar keluarkan dari mulutnya karena ternyata cewek itu malah aji mumpung alias morotin Haidar. Tetapi dirinya ikhlas, kok. Sekarang mereka sudah kembali ke dalam mobil, Sasha terlihat sumringah dengan dua plastik berisi camilan di pangkuannya. "Gila lo baik banget. Makasih deh ya, padahal gak usah reoot repot. Nanti gua traktir balik deh, kalo lo udah lancar bawa mobilnya dan kita dibolehin naik mobil ke sekolah sendiri, baliknya kita hang out."
"Heng ot itu apa, Neng?" tanya Haidar. Mobil belum dinyalakan dan masih terparkir di depan minimarket. Haidar berniat istirahat sejenak karena lengannya cukup pegal. Di sampingnya Sasha mulai membuka bungkus camilan itu, dirinya mengeluarkan satu cup besar ice cream rasa strawberry cheesecake.
"Ih, kampung. Hang out itu kayak nongkrong gitu loh, main di luar, ngopi, nonton bioskop gitu. Apa aja deh pokoknya kegiatan main di luar rumah."
Haidar mengangguk saja, dikatai begitu dirinya tak marah, malah tersenyum senang. Melihat raut wajah Sasha saat berkata 'kampung' membuatnya gemas, tolong jangan beri tahu Sasha karena pasti dirinya akan disemprot amarah oleh cewek itu.
"Ohh, baru tau saya."
"Nih, cobain." Sasha menyodorkan sesendok ice cream, Haidar ragu untuk menerimanya karena sendok itu adalah sendok yang sama yang dipakai oleh Sasha. Memangnya Sasha sudi ya memakai sendok yang sama dengannya?
"H-hah?"
"Apaan hah, hoh, hah, hoh. Ini cobain deh."
Haidar akhirnya membuka mulutnya dan melahap satu sendok ice cream itu. Enak. Terasa sangat enak entah karena memang begitu atau karena Sasha lah yang menyuapinya. Haidar rasa hatinya ikut luruh dengan lelehan ice cream di mulutnya.
"Eh, ayo kita balik. Malah diem di sini."
"Oh, iya."
Haidar cepat cepat mengembalikan kesadarannya. Ia mulai menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya. Jika boleh sombong, Haidar ini sudah mulai bisa juga memarkirkan mobil sebab dirinya memang tipe yang cepat tanggap dalam belajar sesuatu.
Sasha di sebelahnya hanya diam sambil menikmati ice cream, sesekali sendok itu melayang ke arah kanan untuk menyuapi Haidar. Selama ini Sasha tidak pernah memperhatikan Haidar sebegitu detail, tetapi kali ini cewek itu baru menyadari bahwa ternyata Haidar itu tampan juga ya. Memang tidak setampan Hugo ataupun Juan pacarnya, tapi menurut Sasha seorang Haidar ini memiliki fitur wajah yang menarik. Jika seseorang menyadari Haidar ketampanan, maka mereka akan terjatuh pada pesonanya. Seperti Sasha sekarang. Sasha please waras, pacar lo tuh Juan yang paling cakep satu sekolah. Jangan sampe lo malah naksir si kampung di sebelah lo ini.
"Haidar,"
"Hmm?"
"Jangan bilang Mami, ya. Sebenernya gue emang udah bisa bawa mobil." cicit pelan itu membuat Haidar ngerem mendadak, beruntung keduanya sudah memasuki komplek, kendaraan tidak ramai atau mungkin hanya ada mereka di jalan ini.
"REM NYA YANG BENER DONGG!!" teriak Sasha, ice cream miliknya tumpah mengotori jok dan bajunya.
"Eh, maaf saya kaget, saya kira tadi Eneng bilang udah bisa bawa mobil itu cuma bercanda." Haidar segera menarik banyak lembaran tisu lalu mengoper beberapa pada Sasha sementara dirinya mengelap jok mobil.
"Ah elah, basah nih baju gue." keluh Sasha, Haidar mendongak saat pekerjaan membersihkan jok mobil itu selesai. Keduanya saling pandang, terpaku untuk beberapa saat. Haidar mendekatkan wajahnya, mengangkat tangan kanannya menuju wajah Sasha.
Anjing, ni cowok mau cium gue kah?
Dengan jantung berdegup Sasha memejamkan matanya, merasakan jari jari Haidar menyentuh ujung kiri bibirnya, "Ada ice cream disini. Si Eneng makannya gak rapih ya, hehe." mata itu refleks terbuka dan Sasha segera menepis tangan Haidar, "Ck, apaan sih gue bisa bersihin sendiri! Udah buru jalan, kapan sampenya sih."
***
Haloo, jangan luoa vote ya!
2-6-24
KAMU SEDANG MEMBACA
Different |SOMI|
Fanfiction"Sasha, sini dulu sayang!" "Gue Sasha." "Jangan di pegang, tangan lo kotor." "Jangan pernah nyapa gue kalo di sekolah, inget itu." "Maaf ya neng Sasha."