"JAKE!!!" Karina berteriak histeris ketika Jake menabrak mobil di depannya saat lampu merah. Cowok itu sangat tidak fokus sedari tadi, Karina sudah super sebal pada Jake.
Sontak pemilik mobil yang menjadi korban Jake keluar dari mobilnya dan mengedor kaca mobil Jake.
Jake akhirnya keluar dengan tatapan kosong.
"Lo buta ya?!" Bentak pengendara mobil sambil melotot pada Jake.
Namun, yang dimarahi sudah seperti kena gendam yang diartikan pengendara itu sebagai bentuk ketakutan padanya. Hal itu membuatnya besar kepala untuk mengintimidasi Jake.
"Punya SIM gak lo, bocah?"
Jake masih diam seribu bahasa.
"WOI!!!" Karena kesal, pengendara berbadan tambun itu menggeplak kepala Jake, "Kalau orang yang lebih tua ngomong itu dijawab bukan masang muka songong. Sok jagoan lo hah? Ga pernah diajarin orang tua sopan santun?"
Dua kata lucu bagi Jake 'orang tua', tanpa sadar Jake malah tersenyum tipis yang di mata pengendara itu terlihat seperti seringai meremehkan.
"Saya emang ga pernah diajarin orang tua, Pak." Kata Jake retoris. "Jadi, mau diganti rugi berapa?"
"Cih, pakai uang orang tua aja bangga lo bocah." Hina pengendara itu menatap Jake jijik.
Jake menghela nafas lemah, "Terus bapak maunya gimana? Stop bahas orang tua karena saya ga punya orang tua."
Wajah pengendara itu agak melembut kemudian berdeham canggung. "Ganti 10 juta atau saya polisikan?";
"Sini nomor rekening Bapak." Ujar Jake tanpa ingin beradu bacot lebih lama.
Karina yang dari dalam mobil menyaksikan semua ketololan Jake merasa geram. Jelas bapak itu memanfaatkan Jake.
"Yang benar aja mobil Ayla gitu lecet dikit doang sampai ganti rugi 10 juta? Bapak mau di polisikan balik?" Karina keluar dari dalam mobil sambil bersedekap dada dan memasang tampang mengintimidasi.
Pengendara mobil itu memasang tampang defensif, "Ya udah, ayo kita ke pos polisi di seberang jalan!"
Karina sudah siap ingin adu ego dengan pengendara aji mumpung itu, tapi Jake menahan lengannya.
"Udahlah, Rin. Gue lagi ga mood."
Karina menatap Jake dengan bibir terbuka dan mata menyipit, "Lo gila? Mau ngasi perut gentong ini 10 juta secara cuma-cuma? Kerusakan gitu doang paling 500k, goblok!" Cerca Karina ingin menyadarkan Jake.
"Apa lo bilang? Dasar lonte!" Tuding pengendara bar-bar itu sembari menunjuk wajah Karina karena tidak terima dikatakan perut gentong dan terancam tidak mendapatkan uang 10 juta.
Pupil mata Karina membesar, Karina menampar mulut pengendara itu. "Bilang sekali lagi, brengsek?!"
Melihat aura galak Karina, nyali pengendara itu ciut juga.
"Karina, udah ya? Bentar lagi lampu hijau. Gue kasi aja uangnya, gapapa, hitung sedekah." Jake berusaha meredam suasana.
Karina menghela nafas jengah, dengan kesal ia masuk ke mobil Jake dan membanting pintu dengan keras.
Pengendara itu tersenyum samar lalu kemudian akting memasang tampang galak sembari menyodorkan ponselnya menunjukkan nomor rekening.
Karina menatap Jake setajam silet saat pria itu masuk ke dalam mobil. "Lo kenapa sih? Kalau ga fokus biar gue aja yang nyetir!"
"Bisa diam nggak? Gue lagi pusing." Ujar Jake datar.
"Pusing! Pusing! Lo begini karena ga sengaja liat Chaya sama Sangkara di bioskop tadi kan?!" Cerca Karina tidak mengindahkan keadaan Jake, mengungkapkan kekesalannya lebih penting baginya.
Melihat Jake diam, Karina sudah tau jawabannya.
Selalu, Chaya, Chaya, Chaya.
"Lo bego apa gimana sih, Jake? Tolong sadar! Buka mata lo lebar-lebar! Cewek di dunia ini bukan cuma Chaya! Ya kali lo masih mengharapkan cewek yang sasimo kayak gitu. Setelah lo, Jay, Hira, sekarang dia juga deketin Sangkara! What's next? Riki? Gue curiga deh Chaya sebenarnya pelacur!" Cerca Karina emosional.
"Jaga mulut lo, Karina!" Jake memberi Karina ultimatum.
"Lo masih belain dia? Apa sih yang lo liat dari cewek penyakitan itu? Kerjaan dia nyusahin lo doang, bego!"
"Lo pilih diam atau gue turunin sekrang?" Ancam Jake serius.
"Astaga, gue gak ngerti kenapa orang kayak lo bisa sebego ini demi cewek spek Chaya."
Jake mencengkram stirnya kuat-kuat, kemudian ia banting stir untuk parkir di tepi jalan lalu menatap Karina tajam dengan rahang mengeras.
Karina agak takut melihat Jake mengeluarkan aura intimidatif. Bagaimana pun juga, semua orang tau reputasi Jake Radeva yang jago adu jotos sampai beberapa kali merumah sakitkan orang.
"Lo serius benar-benar ngerasa lebih baik dari Chaya?" Ujar Jake penuh penekanan.
Bukan Karina jika bisa diam apalagi saat merasa egonya terluka, " We both know how to answer that." Jawab Karina penuh percaya diri.
Jake tersenyum miring, "Of course, everybody know Chaya better than you. Chaya never bring others down, Chaya don't give a fuck ngurusin hidup orang lain. Chaya bisa menempatkan diri kapan harus bicara dan kapan harus diam. Chaya cewek yang kuat, yang meski dunia memberi dia luka, dia tetap berusaha memberi dunia cinta. Semakin gue kenal lo, semakin gue ngerasa Chaya sangat berharga. Makasih ya, Rin, lo udah nyadarin gue kalau Chaya emang pantes diperjuangkan karena cewek kayak dia emang one in a million."
Tangan Karina mengepal, setelah bertemu Chaya, Karina banyak mendapatkan pengalaman direndahkan orang lain.
Seolah bisa memahami perasaan Karina, Jake melanjutkan perkataannya, "Gue kasi tau ya, Rin, sebelum lo hancur karena sifat lo sendiri, Dari pada lo ngejelekkin Chaya sana sini, mending lo benahi cara lo berpikir dan melihat sesuatu. Bukan Chaya yang salah, tapi lo sendiri, ego lo, kepribadian lo, mindset lo. Lo udah gede kan? Udah jadi maba. Di dunia kuliah dan kedepannya nanti, di dunia dewasa ini, lo ga bisa andelin tampang doang, Rin. Dengan modal tampang maybe lo bisa impress siapapun saat mereka pertama kali liat lo, tapi orang-orang bertahan di sisi lo karena kepribadian lo, cara lo memandang sesuatu, makna yang bisa lo kasi ke orang-orang di sekeliling lo. Sekarang, gue mau lo turun dari mobil gue sekarang juga dan renungkan perkataan gue."
Sangat berat bagi Karina menerima semua ucapan Jake. Baru kali ini ia mendapatkan kritikan terang-terangan seperti ini. Ego, harga diri, dan kepercayaan dirinya terluka. Selama ini ia selalu merasa superior dibanding semua orang. Tapi, perkataan Jake berhasil membuatnya merasa kecil, merasa bukan apa-apa.
"Lo bakal nyesal pernah memperlakukan gue kayak gini. Ingat itu Jake." Ujar Karina penuh dendam sembari keluar dari mobil Jake dengan menyedihkan.
Jake menghela nafas muak. Memang tidak ada gunanya berbicara dengan orang seperti Karina. Jake sebenarnya tulus dengan ucapannya, bukan semata-mata tentang kemarahannya karena Karina mencaci maki Chaya, cewek yang dia suka, melainkan sebagai manusia. Apalagi Jake lebih tua dan merupakan senior Karina di kampus.
Selama ini Jake tidak pernah membenci Karina atas semua kelakuannya, karena Jake open minded dan melihat dari berbagai perspektif.
Jake pikir Karina bersikap demikian karena ia manja, karena Karina masih sedikit lebih muda untuk memahami bagaimana menerima cara dunia bekerja.
Namun, melihat bagaimana Karina tidak merasa bersalah atau menyesal atas tindakannya, Jake rasa memang itulah jati diri Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintke
Short StoryTentang mengubah tanda tanya menjadi tanda titik.