"Ini apa?" Ajeng melempar hpnya pada Sangkara yang baru saja tiba di kamarnya setelah mendapat WA dari Ajeng berisi foto ia melakukan self harm.
Sangkara yang sedang bermain PS dengan Hira di Engene Hill sontak menghambur keluar kosan dengan sandal beda sebelah dan sempat keserempet mobil di jalan hingga lutut dan sikunya terluka.
Sangkara tidak banyak bicara, hanya memungut hp Ajeng dan mengecek layar ponselnya ingin melihat hal yang membuat Ajeng murka.
Ternyata foto dirinya dan Chaya yang diambil diam-diam masuk base twitter kampus.
Sangkara menelan ludah susah payah.
"Gue cuma nonton sama Chaya." Jelas Sangkara lemas.
"Cuma lo bilang? Lo ga mikir dampaknya buat gue kah, setan?" Ajeng melempar Sangkara dengan guling.
Sangkara kemudian mendekati Ajeng, mencoba menenangkannya.
Namun, Ajeng menampar kepalanya.
"Punya otak tuh dipakai!" Ajeng mendorong dahi Sangkara dengan telunjuknya. "Lo mau gue mati?"
"Maafin gue, Jeng." Ujar Sangkara mengalah.
"Bajingan ga tau diuntung! Sekarang gimana cara lo memperbaiki keadaan ini, hah? Publik mulai bertanya-tanya dengan hubungan kita?" Ajeng seperti ingin menelan Sangkara hidup-hidup.
Melihat Sangkara menunduk dan tak bersuara, Ajeng tau Sangkara sama sekali tidak punya solusi atas masalah yang ia buat ini.
"Gue ga ada hubungan apa-apa sama Chaya, dan sekarang dia pacaran sama Jake." Jelas Sangkara.
"Bodoh!" Kali ini Ajeng menendang Sangkara. "Netizen ga peduli tentang hal itu, bego. Yang penting bagi netizen lo nonton film sama lonte itu! Dan hal itu merusak citra gue yang dianggap perfect selama ini. Lo tau branding gue it girl, every girls dream kan? Karena ulah lo, semua itu hancur karena di mata netizen lo selingkuh, anjing!"
Sangkara menggigit bibir. "Gue tau itu penting buat lo, Jeng. Tapi, gue juga berhak melakukan apa yang gue suka." Pertama kalinya Sangkara bisa membantah Ajeng.
Ajeng membulatkan mata, kini, bonekanya malah bisa berbicara.
"Oh, jadi lo mau gue mati dan nulis surat kematian lo sebagai alasan gue mati?"
"Jeng, cukup. Gue capek. Ga ada manusia yang sempurna, lo bakal capek kalau pengen sempurna, itu mustahil. Lambat laun semua orang juga bakal tau lo punya kekurangan."
Ajeng tidak menjawab Sangkara, ia malah mengeluarkan silet dari dalam laci nakas di samping tempat tidurnya dan akan mengiris pergelangan tangannya.
Sangjara yang menyaksikan itu segera menahan Ajeng, lama keduanya adu kekuatan hingga Sangkara berhasil merebut silet itu meski melukai tangannya dan membuangnya jauh-jauh ke sudut ruangan.
"GUE MUAK YA AJENG!!!" Sangkara kehilangan kontrol.
Tembok emosi flatnya selama ini runtuh.
Gejolak yang baru saja ia alami akhir-akhir ini membuat perasaannya seperti rollercoaster yang membuatnya pusing. Batas kesabarannya digelitik oleh takdir.
Ajeng menatap Sangkara terluka, bonekanya kali ini benar-benar hidup dan Ajeng benci itu.
"Pelacur itu benar-benar ngubah lo. Lo jadi berubah setelah kenal dia. Lo suka sama dia?" Tanya Ajeng penuh dendam.
"Jangan sebut dia kayak gitu!" Jawab Sangkara penuh penekanan.
Ajeng tersenyum licik. "Oh, jadi emang iya. Lo harus ingat lo itu milik gue, harusnya lo ga melewati batas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintke
Cerita PendekTentang mengubah tanda tanya menjadi tanda titik.