Part 1: Invitation
-
"Papi!" Yujin berlari memasuki rumahnya setelah papa membuka pintu, mencari papi Hao untuk memberikan sebuah amplop putih berisi hal penting dari sekolahnya. Hari ini hari Sabtu. Sekolah libur, namun murid-murid kelas 6 SD dan orang tua murid di undang ke sekolah pagi ini untuk menerima pengarahan kelulusan akhir tahun dan memberikan undangan pada mereka. Karena ini acara wisuda pertama mereka, maka ada beberapa hal yang harus diarahkan pada anak-anak dan orang tua mereka.
"Yujin, nak. Hati-hati, hey lepaskan sepatumu dulu-" Hanbin yang menyusulnya dari belakang pun harus memberikan himbauan kepada anak 12 tahun-nya itu. Walaupun sudah 12 tahun, Yujin masih selalu saja ceroboh. Sama seperti papinya.
Yujin yang sudah sangat excited pun tidak menanggapi papanya dan terus berlarian di rumah mencari papi Hao yang ternyata sedang ada di toilet. Jadilah Yujin harus menunggu papi selesai dengan urusannya.
Tak lama, pintu toilet di dekat dapur pun terbuka dan Yujin, yang duduk menunggu di kursi kecil di dekat meja makan dengan menggerak-gerakkan kakinya tanpa henti, pun langsung berlari lalu menghampiri papi Hao. "Papi!"
"Oh! Yujin-ah! Apa? Ada apa, kenapa kamu terlihat sangat senang sekali?" Hao menangkap Yujin di pelukannya. "Oops, sangat excited sampai tidak melepas sepatu, huh?" ujarnya dengan mata melotot dan senyum miringnya.
"Papi ini ada undangan graduationnya Yujin hehehe" Yujin memberikan amplop itu pada Hao.
"Wow, terima kasih! Wah, kamu ternyata sudah mau SMP ya" ucapnya dengan mata yang tak kalah berbinar dari anaknya itu. "Papa mana, nak?"
"Papa mungkin di kamar. Tadi aku langsung lari mencari papi. Papa teriak suruh Yujin lepas sepatu tapi Yujin tidak peduli hahaha" ceritanya dengan nada ceria.
Hao pun ikut tertawa, namun tetap memberikan nasihat pada anaknya supaya mendengarkan papa. "Nanti kalau kamu tersandung lalu jatuh, kan repot juga. Lain kali papanya di dengarkan. Kasihan nanti papa cemberut seharian hahaha"
"Ngomongin aku ya? Seru banget, ikutan dong" celetuk Hanbin yang baru selesai berganti baju dan keluar dari kamarnya. Ia langsung menghampiri dua orang tersayangnya yang sedang tertawa-tawa, dan langsung memeluk Hao sambil menciuminya kecil-kecil hingga mendapatkan pukulan dari Yujin.
"Papa sudah, kasian papi tidak bisa nafas! Hahaha" Hanbin pun berhenti, lalu melihat ke arah Yujin.
"Sini kamu. Kamu harus diberi pelajaran. Kenapa sepatu masih dipakai di dalam rumah, hm?" omelnya sambil memeluk Yujin erat. Hanbin dengan bercanda menyerang wajah Yujin, menciumi pipi hingga matanya, menggesek-gesekkan kepalanya di semua area bahu Yujin hingga anaknya itu tertawa terbahak-bahak dan geli, ingin melepaskan diri dari papanya. Hao yang melihat itu hanya bisa tertawa dan berlagak memisahkan keduanya dari perkelahian ini, karena Yujin mulai menabok-nabok kepala papanya.
"Sudah-sudah. Hey!" usahanya mulai membuahkan hasil. Keduanya mulai berdamai, Hanbin melepaskan Yujin yang masih tertawa lebar. Yujin hanya bisa berbaring di lantai dapur sambil memegangi perutnya karena ulah papa Hanbin. Hanbin pun lelah dan terduduk di lantai sambil memegangi dadanya.
"Papa Yujin capeeekk. Huh.." keluh Yujin sambil mengusap air mata yang keluar karena intensnya ia tertawa.
"Papa jugaaa. Hahahaha" Hanbin juga mengusap air mata dan kepalanya karena ditabok-tabok oleh Yujin.
"Kalian kalau tidak papi pisahkan, perut kalian tidak akan bisa masuk makanan karena kram. Ada ada saja kalian ini" pungkas Hao yang lalu berjalan ke ruang TV meninggalkan Hanbin dan Yujin melakukan pendinginan masing-masing.
Hao duduk di sofa lalu membuka amplop undangan kelulusan anaknya. Ia mulai membaca agenda acara, hingga tanggal yang adalah bulan depan, dan venue kelulusan yang ada di aula sekolah. Setelah itu ada kriteria pendamping yang hanya membolehkan dua orang tua saja. Menurutnya tidak ada masalah. Pasti ia dan Hanbin yang akan datang. Namun, mengingat Yujin punya empat orang yang sangat berarti di hidupnya sekarang, ada baiknya jika Hao menanyakan pada Yujin. Siapa yang ia beri kesempatan untuk menyaksikan kelulusannya.
"Kaak, sini sebentar" panggil Hao.
Yujn dan Hanbin pun bersamaan berdiri dan berjalan menuju di mana Hao duduk.
"Iya pi?" jawab Yujin sambil meletakkan sepatunya di rak sepatu dekat pintu masuk.
"Sini. Duduk dekat papi dan papa" ujar Hao sambil menepuk tempat kosong antara dirinya dan Hanbin di sofa panjang itu.
Setelah duduk, Hao menunjukkan kertas undangan itu pada Yujin. "Kak, di sini tulisannya hanya dua orang tua yang bisa hadir. Kakak mau siapa yang datang lihat upacara kelulusan kamu?"
"Itu hanya dua yang bisa masuk aula, pi. Jika mau lebih dari dua, diperbolehkan saja. Tapi yang lainnya menunggu di luar. Seperti itu penjelasan dari sekolah tadi" jelas Hanbin pada Hao agar tidak menimbulkan kegelisahan.
"Oh, rupanya begitu. Oke kalau begitu, papa dan papi pasti hadir. Tinggal kamu, nak. Yang kamu ajak masuk ke dalam mau papi dan papa, atau papi dan ayah?" tanya Hao.
Benar, setelah ulang tahun ke-9 Yujin, ke-empatnya hidup harmonis. Mereka benar-benar saling berbagi peran dan berkolaborasi dalam membesarkan Yujin. Tidak ada pertengkaran lagi. Tidak jarang juga Yujin ikut berlibur bersama ayah dan paman Matthew, memberi kesempatan papa Hanbin dan papi Hao menikmati bulan madu mereka yang kesekian kalinya.
Yujin diam, dia mengatupkan bibirnya, memikirkan sesuatu. Ia melihat ke arah papinya, lalu bergantian ke arah papa Hanbin.
"Papa..." ia memanggil Hanbin lirih. Ia sendiri juga bingung. Ia ingin ayah yang hadir namun ia juga sayang pada papa Hanbin. Selama ini ia mendapatkan kasih sayang yang banyak dari papa. Ia tinggal bersama papa. Apa ia tega meminta ayah yang hadir alih-alih papa?
"Yujin boleh pilih, nak. Tidak apa-apa. Terserah kamu, kalau kamu ingin papi bersama ayah, papa akan tunggu di luar. Bukan masalah besar"
"Tidak apa-apa, pa?" Yujin memastikan lagi sambil memeluk lengan Hanbin.
"Yes. Tidak apa-apa sekali. Lagi pula, Yujin kan sudah lama bersama papa dan jarang bersama ayah. Ayah pasti senang sekali jika kamu ajak untuk masuk lihat upacara kelulusanmu" Hanbin mengusap kepala Yujin lembut. "Tapi besok saat Yujin lulus SMP, papa yang hadir ya. Bergantian dengan ayah. Papa juga ingin lihat anak papa menerima ijazah kelulusan di panggung" ujarnya lengkap, setengah menggoda Yujin dengan raut muka ramahnya. Tidak lupa Hanbin juga memberikan cubitan gemas di pipi Yujin.
Tidak lama setelah Hanbin mengatakan itu, bel pintu rumah pun berbunyi. Hao dan Hanbin saling memandang satu sama lain, tidak ada yang memiliki janji untuk bertemu dengan siapapun hari ini.
"Biar aku yang bukakan pintu. Mungkin ayah Ollie" ujar Hao yang lalu berdiri berjalan ke pintu depan.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Graduation [a sequel to BIRTHday] - Part 1
FanfictionKelanjutan kisah Yujin dan keluarganya dalam 3300 kata 😆 - Disclaimer: - all fictional - mpreg reference - I suggest you to read BIRTHday first :) first posted on twitter/X