gila dan tamat

10 1 2
                                    

"lo udah gila??!!" Teriak mio pada sera. Sera langsung menatap tajam ke arah mio.

"Iya! Gue udah gila!! Lo pikir gue bisa waras liat si bangsat ini berkeliaran bebas! Gak ada yang mau hukum mereka!! Hukum yang di buat pemerintah tumpul ke irang-orang kayak mereka!!!" Ucap sera.

"Gara-gara mereka rea pergi!! Mereka gak di hukum!! Kalo bukan gue siapa lagi yang mau kasih pelajaran ke mereka?!! Mereka masuk penjara doang juga gak cukup!!! Mereka lebih pantes mati di siksa dulu!!!" Ucap sera. Mio langsung menampar sera lagi.

"Lo pikir rea bakal seneng liat lo begini??!!! Lo pikir rea tenang??!!!" Tanya mio.

"Gue gak peduli!! Menurut gue emang ini yang harus gue lakuin!" Ucap sera.

"Yang lo lakuin gak ngebantuin sama sekali malah nambah masalah!" Ucap mio.

"Kalo lo kenapa-napa gimana??!!! Gue gimana??!!! Gue gak mau kehilangan lagi!!!" Ucap mio.

"Gue gak selemah itu!! Apalagi lawan cowok pengecut kayak mereka!!" Ucap sera.

"Tetep aja itu bahaya!!! AAARRGGHH!!!" teriak mio sambil menangis sangat keras. Joshua langsung menenangkan mio. Tak lama mio langsung pingsan.

"Ayo kita pulang" ucap joshua.

"Enggak! Gue gak bakal pulang sebelum menghabisi mereka semua!" Ucap sera.

"Sera!! Berhenti membuat masalah semakin besar!" Bentak joshua.

"Gua yang bakal ngurus mereka nanti, sekarang kita pulang dulu" ucap joshua. Lalu berjalan membawa mio menuju mobil.

"Sera, ayo" ajak azen menggandeng tangan sera. Membawa sera menuju mobil.

Mereka kembali ke rumah rea yang masih ramai. Joshua membawa mio ke dalam untuk beristirahat. Sedangkan sera duduk di halaman depan rumah rea. Sera melamun menatap langit yang gelap.

"Sera, minum dulu" ucap azen sambil memberikan segelas air putih untuk sera.

Sera menerimanya lalu meminumnya sampai habis. Azen menatap wajah sera dalam, azen melihat pipi sera yang memar dan luka kecil di pinggir bibir sera. Azen juga melihat tangan sera yang terluka dan penuh bercak darah.

Azen mengambil tisu dan juga kotak p3k. Azen mengobati luka sera dengan pelan-pelan. Sera hanya diam saja menatap langit, tidak peduli dengan apa yang di lakukan azen.

"Kamu jangan begini lagi, semua orang khawatir" ucap azen.

"Rasanya sakit banget, zen" ucap sera.

"Di sini sakit banget" ucap sera sambil memegang dadanya lalu meremas bajunya erat.

"Hidup ku selalu suram, tapi setelah ada rea, rasanya menyenangkan, rasanya hangat, orang tua ku selalu berantem buat hidup ku makin melelahkan, tapi ada rea ada mio, mereka bantuin aku, nemenin aku, selama ada mereka aku pasti bisa" ucap sera.

"Itu yang aku pikirin selama ini, selama ada mio...ada rea..aku kehilangan orang tuaku, ku pikir hidupku akan semakin gelap, tapi rea datang dia menyalakan cahaya di sekitarku" ucap sera.

"Rea pergi, cahayaku pergi...aku tidak tau hidup untuk apalagi" ucap sera menatap azen.

Azen melihat ke arah sera, menatap mata sera. Terasa kosong, gelap, suram, azen langsung merinding. Azen memegang lengan sera erat.

"Sera, sadar!" Ucap azen langsung memeluk erat sera.

"Masih ada mio...ada aku..banyak orang di sekitarmu, kamu pasti akan ketemu lagi dengan rea, tapi bukan sekarang" ucap azen berusaha menenangkan sera.

Sera menangis dalam pelukan azen. Jari sera meremas erat baju azen. Sera menangis sangat keras, azen mengelus-elus punggung sera. Sera menangis selama beberapa menit, akhirnya sera mulai tenang.

Azen mengambilkan minum untuk sera. Sera kemudian minum air dan berusaha untuk mengatur nafasnya.

"Makasih, azen" ucap sera.

"Sama-sama" ucap azen.

Tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah. Suara itu berasal dari suaranya mio. Sera dan azen bergegas masuk ke dalam rumah untuk melihat mio.

"Aarrgghh!!! Rea!! Rea!!! Sera!! Seraaa!!" Teriak mio yang menangis sambil terus meneriaki nama rea dan sera.

Sera masuk ke dalam kamar lalu memeluk mio erat-erat. Orang tua rea juga berusaha untuk menenangkan mio, namun ibunya rea juga ikut menangis.

"Seeraaa" ucap mio menangis sangat keras dalam pelukan sera.

"Aku di sini, tenanglah" ucap sera menenangkan mio.

________

Sudah satu tahun lebih sejak kematian rea. Saat ini sera sedang libur semester, sera menemani mio untuk pergi menemui psikolog. Mio mengidap Prolonged Grief Disorder, dan mengharuskan mio untuk pergi menemui psikolog setiap sebulan sekali.

Setelah menemani mio, sera pergi ke makam rea sendirian. Sebelum ke makam sera membeli bunga untuk di tabur di makam rea.

"Kita nanti ketemu lagi, kan" ucap sera sebelum pergi dari area makam rea.






















~~End~~

Angry Girl (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang