CUPLIKAN

276 26 0
                                    


BAB 01

Suara deru motor yang terdengar di depan rumah langsung membuatku mengusap air mata yang sejak tadi terus mengalir. Aku tidak mau diejek lagi oleh Randi.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aku menjawab salam dengan sedikit suara yang masih bergetar. Sudah melangkah ke arah ruang tamu tapi pintu sudah terbuka dan Randi langsung meletakkan tas ransel yang dicangklongnya ke atas sofa.

Lalu tiba-tiba melangkah ke arahku dan menarikku masuk ke dalam pelukannya. Tangis yang sebenarnya sudah aku tahan sejak tadi kini malah pecah begitu saja. Setiap kali aku dipeluk Randi pasti akan langsung terbuka semuanya.

"Dani ngapain kamu lagi?"

Setelah aku sedikit tenang dia mengurai pelukan dan kini duduk di sofa sambil menatapku.

Aku langsung menggelengkan kepala.

"Kali ini beneran putus, nikahnya juga batal."

Randi tidak mengatakan sesuatu lagi tapi aku tahu dia marah. Aku menghela tubuhku untuk bersandar di sofa. Rasanya begitu lelah setelah tahu kalau Dani ternyata menghamili Nancy, sahabat terbaikku sendiri. Aku dan Dani sebenarnya akan menikah 2 bulan lagi. Semua persiapan sudah 60 persen, tinggal sedikit lagi.

"Mel, apa perlu aku ke tempatnya Dani dan menghajarnya?"

Tiba-tiba Randi mengatakan hal itu yang membuat aku langsung menggelengkan kepala.

"Nggak perlu, kamu buat dia bonyok pun dia tetep harus tanggung jawab, Dia hamilin Nancy."

Randi tampak terkejut mendengar penjelasanku. Aku juga tidak habis pikir, kenapa dua orang itu berani berselingkuh di belakangku. Padahal Nancy sendiri yang menjodohkanku dengan Dani. Dia yang memaksaku untuk menerima Dani. Saat kami sudah benar-benar akan melangkah ke jenjang yang lebih serius, ternyata dia malah menusukku dari belakang.

"Om sama Tante udah tahu?" Aku menganggukkan kepala dengan lemah. Randi akhirnya beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana?" Aku menatapnya bingung yang malah sudah melangkah ke arah dapur.

Dia tidak menjawab tapi aku tahu dia pasti membuatkanku makanan. Selalu seperti itu.

Aku dan Randi itu terlahir bersamaan. Kami tetangga dan kedua mama dan papa bersahabat sejak kami belum lahir. Jadilah kami juga bersahabat sejak kecil. Kalau kata orang kami seperti anak kembar.

Dulu, jaman masih kecil kami sering diberi pakaian sama dengan Randi. Jadi banyak yang mengira kami memang anak kembar.

Lalu saat sekolah pun Randi selalu saja ada untukku. Tapi sejauh ini kami benar-benar tidak terbersit perasaan romantis sedikitpun, karena mungkin sejak kecil sudah terbiasa bersama, tidurpun dulu kami juga satu kasur.

Saat kami sudah beranjak dewasa, persahabatan ini malah makin erat. Kalau aku ada kesulitan, Randi pasti akan datang membantu. Begitupun sebaliknya.

Bulan lalu, Randi putus dari Novita,kekasihnya selama 1 tahun ini, aku yang datang menenangkannya dan membuat dia tidak putus asa. Aku juga kalau sedang ada masalah dengan kekasihku, curhatnya dengan Randi.

"Ran, nggak usah masak. Aku lagi males makan."

Aku berteriak saat benar-benar mendengar dia memasak di dapur. Tapi yang namanya Randi tentu saja tetap keras kepala. Beberapa menit kemudian nasi goreng sudah terhidang di meja.

"Makan."
Setelah itu dia mengambil tas ransel yang tadi dibawanya dan mengeluarkan isinya ke atas meja.

"Mau ngapain?"

Randi hanya melirikku sekilas tapi sibuk lagi dengan buku-bukunya. Dia seorang desain grafis dan tiap kali mengerjakan pekerjaannya dia pasti akan ke sini.

"Kamu telepon pas aku lagi beneran dikejar klien."

Jawabannya itu langsung membuatku terdiam. Kalau dia sudah mode begitu artinya tidak mau diganggu. Makanya aku memilih untuk memakan nasi goreng buatannya.

****

"Buat apalagi kamu ke sini?"

Suara itu terdengar saat aku selesai mandi.

"Aku masih calon suaminya Amel."
Dan kau bersandar di pintu kamar, tidak mau mendengar suara Dani lagi.Dia benar-benar sudah menorehkan luka di hatiku. Kami berpacaran 2 tahun, lalu kami sudah benar-benar serius saat ini.

"Amel nggak mau ketemu kamu lagi."

Randi terdengar menahan emosinya, karena aku tahu dia juga begitu marah dengan Dani.

"Apa hak kamu? Aku dan Amel adalah tunangan, kamu? Hanya seorang pria yang digunakan Amel sebagai Cadangan."

Mendengar ucapan itu aku segera membuka pintu dan melangkah cepat ke arah ruang tamu.

Randi sudah mencengkeram kerah baju Dani. Aku segera memegang lengan Randi.

"Ran, udah. Lepaskan!"

Randi menoleh ke arahku tapi dia tetap masih mencengkeram Dani, aku segera menggelengkan kepala. Lalu perlahan Randi melepaskan kerah baju Dani, Di depanku Dani tampak hampir terjengkang, tapi kemudian menegakkan diri.

"Mel, aku mau bicara sama kamu. Kita tetap harus melanjutkan pernikahan kita. Mami sakit, Mel, kalau dia tahu kita gagal nikah Mami pasti akan terkejut. Aku nggak mau Mami."

"Bilang saja kamu mau nikah sama Nancy."
Aku memotong ucapan Dani. Dia tampak mengernyitkan kening.

"Ya nggak bisa gitu. Yang calon istriku itu kamu."

Aku tidak habis pikir dengan pria di depanku ini, dan kenapa aku dulu bisa begitu mencintainya.

"Jangan bawa status lagi. Sejak kamu berselingkuh dengan Nancy, pantaskah kamu masih menyebutku sebagai calon istri kamu?"

Aku tidak tahu kalau Dani benar-benar orang yang egois. Pria tampan di depanku ini hanya berdiri tak percaya. Karena memang selama ini kami sudah sering bertengkar, bahkan putus, tapi nantinya aku akan kembali kepadanya lagi. Karena ya aku memang begitu mencintainya.

"Mel, ayolah. Aku berselingkuh karena Nancy yang menggodaku. Dan kamu...selama ini kamu sibuk, aku kesepian jadi..."

Aku sudah mengepalkan tanganku karena tidak tahan dengan omongannya itu. Tapi tiba-tiba sebuah siraman air di wajahnya membuat aku terkejut.

"Keluar! Jangan ganggu Amel lagi."
Randi sudah menyiramkan air dari gelas yang ada di atas meja ke wajah Dani. Tentu saja membuat Dani tampak marah, tapi segera aku mendorongnya untuk keluar rumah.

"Aku sudah tidak mau melihatmu lagi. Kalau kamu masih membuat kehebohan di sini, aku akan panggil keamanan."

Mendengar ucapanku itu, Dani akhirnya melangkah mundur, dan dengan cepat dia masuk ke dalam mobilnya lalu pergi meninggalkan halaman rumahku. Aku menghela nafas lega.

"Itu pria yang kamu cintai dan belain terus di depanku. Ternyata juga seorang pecundang."

Ucapan Randi membuatku kini menatapnya.

"Nggak usah omelin aku."
Randi hanya mengangkat bahu dan dia kembali ke mejanya lalu meneruskan pekerjaannya. Dia itu sangat perhatian kepadaku tapi kadang suka kelewatan kalau sudah memarahiku.

SUDAH READY DI KARYAKARSA DENGAN HARGA 10RB YA'

YANG MAU PROMO PDF BISA LANGSUNG KE WA 085643297626

CERITA INI SUDAH TAMAT YA HANYA MINISERI SAJA.

SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang