1

1 0 0
                                    

Sinar mentari pagi mengusik kenyamanan Kumala saat mengarungi pulau mimpi. Teriakan kesal sang ibunda setiap pagi yang memekakkan telinga membuatnya terbangun dari mimpinya.

"Heh bangun adek! Anak perawan bukannya bangun pagi malah molor! Katanya kamu mau wawancara pagi ini!"

Sedangkan anak manusia yang saat ini sedang tidur hanya menggeliat dan menutup kepalanya dengan bantal. Berisik menurutnya. Sebenarnya dosa memang kalau bilang berisik ke orang tua, tapi apa daya, Kumala baru tertidur pukul 02.12 karena memikiran nasibnya hari ini.

"Banguuuun Kumala Anindita Permadi, jangan mentang-mentang kamu wawancaranya masih nanti terus mau bangun siang! Ayo bangun cepat!"

"Apa sih mamiiii, Kumala masih jam 10 nanti kok wawancaranya."

"Terus kalau memang wawancara jam 10 kenapa? Masa kamu mau tidur sampai jam 9? Terus kamu gak ada persiapan sama sekali? Setahu mami, kalau mau wawancara itu ya belajar, bukannya malah bangun siang adek! Hhhhhh!"

"Nah kan, mulai deh ceramahnya mami, masih pagi mi astaga."

"Apa? Coba bilang sekali lagi mami pukul ya mulut kamu pakai spatula!"

Gini ini nih si mami, memang sih maminya itu kanjeng ratu di sini, tapi jangan harap melihat mami duduk manis menunggu sarapan pagi yang disiapkan oleh ART. Tidak. Mami lebih suka memasaknya sendiri. Pernah sekali waktu ada ART baru yang belum tahu kalau Abang Morgan, kakaknya, alergi seafood, setelah makan masakan tersebut langsung mengalami urtikaria sampai berujung masuk rumah sakit. Jangan lupakan juga kalau mami langsung memecat ART tersebut.

"Iya mami iyaaaa, ini lho adek bangun."

"Mami tunggu kamu di meja makan dalam 15 menit. Awas ya kalau gak turun!"

Mami keluar kamar bersungut-sungut sambil membanting pintu. Kasihan sekali pintunya.

Kumala melirik jam dinding kamarnya. Ya ampun masih jam 7 lebihan udah dibangunin. Sambil menghela napas dia pun beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu lemari.

"Gue kudu pakai baju apa nih? Telpon Cindy bentar deh. Dia mestinya tau semuanya."

Kumala meraih handphonenya dan menekan nomor panggilan Cindy. Baru saja nada sambung yang pertama, teleponnya langsung diangkat.

"Heh bocah!"

"Ape lo anjing kaget gue, baru angkat telepon langsung dikagetin!"

Kumala meringis.

"Sorry sorry Cin, nanya doang lo pakai baju apaan? Gue gak paham soalnya."

"Ya baju yang sopan celana hitam sama kemeja putih, sama sepatu pantofel hitam. Pertanyaan lho kebodohan yang haqiqi banget sih!"

"Kok nyolot sih, untung temen gue."

"Emang kalau gue bukan temen lo, lo mau apa anjing?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumala : Antara Lembaran SahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang